The Alchemists: Cinta Abadi

Ditangkap Polisi



Ditangkap Polisi

3Semua kasak-kusuk yang beredar di sekitarnya membuat Fee terkejut. Ia tidak mengira Hendrik dipukuli orang hingga kedua kakinya patah.     

Apakah Ren yang melakukan ini? Tetapi rasanya tidak mungkin... Ren adalah orang baik. Ia tidak segan menghajar Hendrik di tempat saat ia mengganggu Fee, tetapi itu dalam konteks perkelahian biasa. Fee tak dapat membayangkan Ren mengirim orang untuk menghajar Hendrik.     

"Jangan sembarangan bicara ya," kecam Fee. Ia tidak takut kepada mereka. "Apa buktinya aku terlibat? Hendrik itu jelas-jelas berkelakuan seperti preman. Aku yakin dia punya banyak musuh di luar sana... Jangan seenaknya menuduh orang."     

Ia menepis ketiga gadis itu dan berusaha lewat, tetapi mereka tidak membiarkannya.      

"Jangan berani-beraninya kau pergi sebelum polisi datang..." tukas gadis yang berambut keriting. Ia menjambak rambut Fee dan hendak menariknya, tetapi Fee berusaha menahan. Dengan sekuat tenaga gadis itu menendang kaki penyerangnya hingga gadis itu terbanting ke tanah.     

"Jangan sentuh aku!" seru Fee. Ia memukulkan tasnya berulang-ulang kepada ketiga gadis itu hingga mereka tersungkur jatuh. Ia benar-benar merasa benci kepada gadis-gadis kaya yang merasa mereka bisa berlaku seenaknya kepada orang lain. Ia mengambil tasnya yang terjatuh ke lantai dan segera berjalan dengan langkah-langkah cepat menjauh dari situ.     

BEEP BEEP BEEP     

Belum sempat ia keluar gerbang, terdengar bunyi sirene polisi mendekat dan datanglah dua buah mobil polisi dan berhenti di depan gerbang. Rupanya gadis-gadis jahat itu bersungguh-sungguh saat mereka mengatakan mereka akan menyuruh polisi menangkap Fee.     

Gadis itu menarik napas panjang. Dengan tergesa-gesa ia mengambil ponselnya dan menghubungi Ren.     

"Ren, aku sedang di kampus dan ada beberapa orang yang hendak menyerangku. Mereka bilang Hendrik, anak walikota yang menggangguku itu, diserang orang dan kedua kakinya dipatahkan. Mereka menuduhku terlibat," kata gadis itu dengan cepat. "Apakah kau yang melakukannya? Aku perlu tahu."     

"Memang aku," jawab Ren dengan santai. "Aku sudah memberinya peringatan, tetapi ia tidak mengacuhkannya dan masih terus mengganggumu. Aku merasa ia perlu diberi peringatan dengan lebih tegas."     

"Astaga..." Fee menekap bibirnya dengan kaget. Ia tidak menyangka Ren melakukan hal itu. Dan suaminya bahkan sama sekali tidak sungkan mengakuinya.     

Untuk pertama kalinya Fee merasa ia tidak mengenal Ren.     

"Kau masih di kampus?" tanya Ren dengan nada suara tenang.     

"Iya.. aku masih di kampus. Ada beberapa gadis yang tadi berusaha menyerangku dan tadi mereka mengatakan bahwa mereka sedang memanggil polisi untuk menangkapku karena terlibat penganiayaan tersebut..." kata Fee sambil menatap para petugas polisi yang keluar dari mobil dinas mereka dan kini sedang berjalan ke arahnya. Suara gadis itu menjadi lemah. "Kalau aku tidak pulang.. artinya aku ditangkap polisi..."     

Ia tahu tidak mungkin ia meminta bantuan Ren dalam hal ini. Kalau sampai Ren terlibat, maka mereka akan mengetahui hubungan di antara mereka. Di saat seperti ini, Fee harus melindungi reputasi sang pangeran.     

Ia berjanji untuk menyembunyikan pernikahan mereka selama lima tahun. Itu berarti, apa pun yang terjadi kepada dirinya, ia tidak boleh menyebut-nyebut nama Ren.     

"Kau tidak usah kuatir.. aku akan melindungimu..." kata Ren.     

Fee mengusap air matanya yang sudah meluncur turun tanpa disadarinya. "Jangan, kau tidak usah ke sini. Waktu itu kita beruntung, tidak ada yang mengenalimu.. Tetapi kalau kau datang ke sini orang-orang bisa mengenalimu dan tahu siapa kau sebenarnya. Aku tidak mau kau terkena akibatnya.. Kita harus melindungi reputasimu..."     

"Fee..."     

"Tenang saja. Kalau polisi menangkapku, aku tidak akan bilang apa-apa. Aku tidak akan memberi tahu siapa pun tentang hubungan di antara kita..." Gadis itu terisak pelan dan kemudian mematikan ponselnya.     

Ia tahu kalau polisi menangkap tersangka, mereka akan menggeledah barang-barangnya dan mereka akan menemukan bahwa ia memiliki hubungan dengan Ren. Walaupun mungkin mereka akan melepaskannya karena menghormati sang pangeran, mereka pasti akan terlanjur mengetahui rahasianya.     

Akan sangat sulit membungkam begitu banyak orang...     

Fee memutuskan untuk berbalik dan menjauhi arah datangnya para polisi. ia menggenggam erat ponselnya dan mencari tempat untuk membuangnya.     

"Hei, Nona! Tunggu!! Jangan pergi!"     

Fee menjadi semakin panik ketika mendengar teriakan salah seorang polisi memanggilnya. Ia berjalan semakin cepat ke arah belakang gedung administrasi, berusaha menghindari ketiga gadis jahat yang tadi hendak menyerangnya.     

Ketika ia melihat tempat sampah, Fee buru-buru melempar ponselnya ke sana, tanpa terlihat siapa pun. Ia terus berjalan cepat, sambil berdoa agar mereka tidak berhasil mengejarnya.     

"Hei, pelacur bangsat! Mau kemana, kau? Lihat polisi sudah datang untuk menjemputmu!!" jerit salah satu dari ketiga gadis yang tadi menyerangnya. Mereka lalu berlari mengejar Fee dan ketika berhasil menjangkaunya mereka bertiga sigap memeganginya dengan sekuat tenaga.     

"Pak polisi!! Ini dia anggota komplotan penganiaya anak walikota... Dia juga tadi menganiaya kami..." jerit mereka memanggil-manggil polisi.     

"Lepaskan aku!" bentak Fee, ia berusaha memukul dan menendang, tetapi ketiga gadis itu benar-benar marah kepadanya dan mereka berusaha sekuat tenaga menahan Fee hingga empat polisi itu tiba.     

"Selamat sore, Nona. Anda yang memanggil kami kemari?" tanya seorang polisi wanita yang tiba duluan di tempat mereka.     

Wajah Fee telah menjadi merah padam. Ia belum pernah dipermalukan seperti ini, dan dituduh sebagai penjahat. Para mahasiswa lain berkerumum mengelilingi mereka, semuanya tampak sangat ingin tahu.     

"Benar. Kami yang menelepon. Dia ini orangnya yang menjadi dalang penyerangan anak walikota. Kalian tangkap dan interogasi dia, pasti dia akan membocorkan siapa saja anggota komplotannya..."     

"Kalian tidak punya bukti!" cetus Fee. Ia lalu menatap polisi itu dengan pandangan memohon. "Bu polisi, mereka justru yang menggangguku. Aku tidak ada urusan dengan mereka."     

"Kalian semua ikut kami ke kantor polisi, biar kita membereskan semuanya di sana," kata polisi wanita itu akhirnya. "Kami tidak akan mengambil kesimpulan sendiri."     

"Terima kasih," kata Fee. Ia menghentakkan tangannya dari cengkraman ketiga gadis itu. "Lepaskan aku..."     

"Tolong lepaskan nona itu," kata sang polisi. Barulah dengan segan ketiga gadis itu melepaskan Fee, Wajah mereka bertiga tampak dipenuhi kebencian.     

"Nona ikut kami dan kami akan membawa tas Anda sebagai barang bukti," kata polisi itu sambil mengambil tas Fee dari bahunya.     

"Kau tadi bilang kau tidak akan mengambil kesimpulan sendiri, lalu mengapa memperlakukanku seperti tersangka?" tanya Fee dengan kesal. "Aku tidak terima diperlakukan seperti ini."     

"Maaf, Nona. Ini adalah prosedur. Kami harus melakukannya."     

Polisi itu tidak menghiraukan protes Fee segera memberi tanda kepada rekannya untuk membawa tas Fee, sementara ia menarik tangan gadis itu untuk berjalan ke arah mobil polisi.     

"Kami membawa mobil sendiri, Bu polisi. Kami akan mengikuti kalian dari belakang," kata gadis berambut keriting.     

"Baiklah. Mobil rekanku akan mengikuti di belakang kalian," kata sang polisi wanita dengan tegas.     

Keributan itu akhirnya mereda setelah rombongan polisi membawa Fee dan ketiga gadis itu berangkat ke kantor polisi.     

Dalam hatinya Fee merasa lega karena ia telah berhasil membuang ponselnya. Kalau para polisi itu tidak dapat menghubungkan dirinya dengan Ren, maka ia sudah merasa lega. Ia tak mau membahayakan reputasi Ren.     

Sementara itu, di kantornya, Ren berusaha menghubungi ponsel Fee berkali-kali, tetapi panggilannya tidak juga diangkat. Ia kemudian menyadari bahwa gadis itu telah mematikan ponselnya.     

Keningnya berkerut saat ia mengingat kata-kata terakhir Fee tadi sebelum mematikan hubungan. Fee tidak akan bicara dan akan tetap menyembunyikan hubungannya dengan Ren apa pun yang terjadi. Ia tidak akan membiarkan polisi mengetahui identitas Ren walaupun Fee ditangkap polisi. Fee ingin tetap melindungi reputasi Ren.     

Mengingat hal ini membuat Ren merasa sangat tersentuh. Fee benar-benar berusaha melindunginya sebisa mungkin. Pria itu menarik napas panjang dan bergumam, "Dasar gadis bodoh..."     

Ia lalu menghubungi John dan menyuruhnya untuk masuk ke kampus untuk mencari Fee.     

Sepuluh menit kemudian laporan dari supirnya itu membuat Ren terkejut.     

"Tadi ada keributan di kampus dan polisi datang membawa mereka pergi. Sepertinya Nyonya juga ikut ditangkap polisi," kata John. "Apakah Tuan mau saya ke kantor polisi sekarang?"     

Ren tertegun. Rupanya Fee memang benar-benar dibawa ke kantor polisi. Ia dapat menduga bahwa gadis itu sengaja membuang ponselnya agar tidak digeledah polisi. Itulah sebabnya Ren sekarang tidak dapat menghubunginya.     

Hmm... ia harus mengeluarkan Fee dari situ secepatnya.      

Ren mencoba berpikir. Memang benar, ia tidak bisa mendatangi sendiri kantor polisi untuk membebaskan istrinya. Mereka akan mengetahui rahasia di antara keduanya. Ia harus mengirim orang lain yang cukup berpengaruh, tetapi tidak akan membuat orang-orang curiga.     

Ia lalu mengangkat ponselnya dan menelepon seseorang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.