The Alchemists: Cinta Abadi

Gangguan Di Jalan



Gangguan Di Jalan

1Akhirnya Fee memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa kepada Ren. Ia merasa bahwa pekerjaannya di Kafe Magnolia adalah urusannya sendiri. Kalau sedikit-sedikit ia mengadu kepada suaminya maka ia bukanlah seorang wanita yang mandiri dan dapat mengurus kehidupannya tanpa mengandalkan orang lain.     

Namun demikian, peristiwa itu membuat Fee mulai merasa tidak betah bekerja di sana. Ia merasa bahwa apa pun yang dia lakukan tidak ada artinya jika ada orang kaya dan berkuasa yang ingin menjatuhkannya.     

Sore itu, Fee bersiap-siap mengganti pakaiannya di ruang loker karyawan, Ella datang menghampirinya.     

"Fee, maafkan aku, ya," kata gadis itu suara pelan.     

"Kenapa minta maaf?" tanya Fee sambil melipat apronnya.     

"Ini tentang promosi sebagai asisten manajer. Aku tahu Stefan telah menjanjikan posisi itu kepadamu, tetapi karena apa yang terjadi kemarin, rasanya tidak bisa disalahkan kalau ia membatalkan promosi itu," kata Ella menjelaskan. "Aku tidak ingin kau membenciku karena Stevan memberikan jabatan asisten manajer kepadaku."     

"Aku mengerti," kata Fee. "Tidak usah dipikirkan."     

Fee menepuk bahu Ella dan beranjak pergi. Ia memang sedih karena kerja-kerasnya dan promosi yang seharusnya ia peroleh bisa dianggap hilang begitu saja, hanya karena ada orang kaya yang berbuat seenaknya. Tetapi ia sedang tidak ingin bicara dengan Ella dan membahasnya.     

Ia memutuskan untuk menenangkan diri dengan berjalan-jalan setelah selesai bekerja. Ia lalu mengirim SMS kepada John agar tidak menjemputnya di tempat biasa.     

[John, aku akan pulang sendiri. Kau tidak usah menjemputku ke taman. Aku mau jalan-jalan dulu sendiri.]     

Selama ini John akan mengantar jemput Fee setiap kali ia pergi ke kampus ataupun bekerja. Ia akan menurunkan Fee di sebuah taman satu blok dari kampus atau dari Kafe Magnolia dan gadis itu akan berjalan kaki dari sana.     

Ketika ia akan pulang, Fee juga akan kembali ke taman tersebut akan menunggu John menjemputnya di sana . Kali ini ia sedang tidak ingin langsung pulang ke rumah. Ia ingin menenangkan diri dengan berjalan-jalan sendirian.     

Karena itulah ia meminta agar John tidak datang menjemputnya. Fee berjalan-jalan ke arah kota tua dan menenangkan pikirannya.      

[Kau tidak pulang bersama John? Kau di mana sekarang?]     

Fee menatap ponselnya keheranan saat membaca SMS dari Ren. Apakah John mengabari semua langkahnya kepada Ren? Fee tiba-tiba saja memutuskan untuk menghabiskan waktu sendirian, dan memberi tahu John agar tidak menjemputnya. Tetapi belum lama ia berjalan melintasi jalanan Kota Tua yang berbatu-batu, ternyata Ren sudah mengetahui bahwa ia tidak bersama John.     

[Aku sedang bosan dan memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.]     

Fee mengirim balasan kepada Ren.      

[Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?]     

[Aku tidak ingin mengganggumu dengan masalah tidak penting.]     

Fee mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti mengapa Ren begitu kaku. Bukankah merupakan hal yang wajar jika Fee ingin menghabiskan waktu sendiri? Ia tidak ingin selalu merepotkan supirnya. Setelah ia terbiasa dengan jadwal kuliah dan pekerjaannya, Fee merasa ia sudah dapat mandiri dan berangkat serta pergi kemana-mana tanpa harus diantar supir.     

[Kau tidak pernah mengangguku. Justru kalau kau tidak memberi kabar, kau akan membuatku kuatir.]     

Fee menghela napas. Ia mengerti maksud suaminya. Tentu Ren kuatir kalau terjadi apa-apa kepada Fee dan ia tidak tahu di mana Fee berada. Tetapi perlakuan ini membuatnya merasa agak terkekang. Ia tidak selalu tahu Ren ada di mana dan sedang apa, mengapa ia tidak boleh seperti itu?     

[Aku tidak apa-apa, kok. Hanya sedang berjalan-jalan ke Kota Tua. Nanti aku akan meminta John menjemputku setelah aku selesai di sini.] Akhirnya Fee membalas SMS Ren dan menyimpan ponselnya.     

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Suasana Kota Tua sangat ramai dengan turis. Musim panas sudah berakhir tetapi turis masih banyak memadati Moravia. Banyak orang yang mengatakan bahwa musim gugur di Almstad adalah salah satu yang terindah di dunia.     

Fee yang sedang kesal karena promosinya dibatalkan memutuskan untuk duduk di sebuah kedai es krim dan mengamati lalu lalang orang di sepanjang jalan utama Kota Tua. Ia ingat bahwa sudah hampir setahun ia tinggal di Almstad, tetapi baru kali ini ia menghabiskan waktu sendirian.     

Selama ini ia selalu bersama Linda atau diantar jemput John. Selebihnya ia habiskan dengan sekolah atau bekerja. Ia bahkan belum pernah berjalan-jalan hanya berdua dengan Ren di pusat kota. Hanya sekali seminggu Ren akan datang ke kafe dan menyamar sebagai mahasiswa. Itu saja.     

Ia menatap iri kepada banyak pasangan yang berjalan melintasi Kota Tua sambil bergandengan tangan. Udara di musim gugur mulai terasa dingin, dan ada pasangan yang memanfaatkannya dengan berjalan sambil menggandeng atau memeluk pasangannya.     

Minggu depan adalah ulang tahun pernikahannya yang pertama dengan Ren. Setahun telah berlalu, pikir Fee. Usianya sekarang sudah 21 tahun. Empat tahun lagi, saat perjanjian mereka berakhir, ketika Ren berjanji untuk mengumumkan pernikahan mereka setelah mengundurkan diri dari jabatan putra mahkota, Fee akan berusia 25 tahun dan Ren 35 tahun.     

Fee menghela napas. Rasanya ia ingin menjadi Putri Tidur yang menghabiskan waktu empat tahun ke depan dengan tidur dan baru dibangunkan saat semuanya sudah membaik.     

"Hei... kau di sini?!"     

Lamunan Fee tergugah ketika tiba-tiba ia mendengar suara seseorang memanggilnya dengan nada angkuh. Fee mengangkat wajahnya ketika mendengar suara itu. Wajahnya seketika menjadi keruh ketika melihat wajah yang dikenalnya.     

Hendrik sedang berdiri di depannya dengan melipat tangan di depan dada. Di belakangnya ada dua orang lelaki bertubuh besar dengan ekspresi tidak menyenangkan.     

"Tolong jangan ganggu aku," kata Fee. Ia sangat membenci Hendrik yang menyebabkan ia tidak jadi mendapatkan promosi di tempat kerjanya. Namun demikian, ia sama sekali tidak ingin mencari keributan baru.     

"Kau harus memberitahuku di mana laki-laki yang memukulku waktu itu. Kau pasti tahu siapa namanya dan di mana alamatnya..." kata Hendrik dengan nada mengancam.     

"Aku tidak akan mengatakannya," jawab Fee dengan keras kepala.     

Ia buru-buru mengeluarkan selembar uang dari tasnya dan menaruh di meja. Ia lalu berdiri hendak meninggalkan kedai es krim itu.     

"Hei! Kau ini benar-benar tidak sopan, ya. Aku bicara kepadamu!" Hendrik mencengkram lengan Fee yang hendak berjalan pergi. "Ikut aku!"     

"Lepaskan aku..!!" bentak Fee. Ia meronta hendak melepaskan diri dari cengkraman Hendrik tetapi pria itu lebih kuat dan menariknya dengan sangat kuat ke arah jalan. Fee berusaha menjerit-jerit. "Tolong..!! Tolong aku!"     

"Jangan pedulikan dia. Dia ini istriku dan sedang mengalami gangguan jiwa. Aku kemari hendak membawanya pulang.." kata Hendrik ke sekitarnya. Ia memberi tanda kepada dua lelaki bertubuh besar di belakangnya agar menghalangi orang-orang mendekat sementara ia menyeret Fee ke mobilnya.     

"Lepaskan aku!! Kau akan menyesal..!!" jerit Fee. Ia berusaha mengeluarkan ponselnya dan memencet nomor telepon Ren. Namun belum sempat ia berbicara, Hendrik telah menepis ponsel itu hingga jatuh ke tanah. "Tolong aku!!! Orang ini penculik.. aku bukan istrinya!!"     

Orang-orang yang berkerumun di sekitar mereka merasa bingung. Sebagian orang yang ingin menolong Fee merasa takut kepada dua lelaki besar yang menghalangi mereka mendekati Hendrik...     

Tetapi di sisi lain mereka merasa kasihan kepada gadis itu...     

Di kantor Pangeran Renald Hanenberg, Ren menatap ponselnya dengan ekspresi keheranan. Fee meneleponnya tetapi tidak mengatakan apa-apa.     

"Fee... ada apa?"     

Sambungan terputus. Pria itu merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Dengan cepat ia menghubungi John supirnya dan Karl asisten pribadinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.