The Alchemists: Cinta Abadi

Kuliah Di Almstad Business School



Kuliah Di Almstad Business School

0Ketika musim panas tiba, Fee mendaftar di universitas Almstad sebagai mahasiswa baru dengan bantuan Karl. Ren menepati janjinya dengan tidak membiarkan Amelia mengurusi apa pun yang berkaitan dengan Fee. Sebagai gantinya, bila ada keperluan apa pun yang membutuhkan bantuan orang lain, ia akan menyerahkannya kepada asistennya, Karl.     

Fee mendaftar di sekolah bisnis karena setelah memikirkan ulang pilihannya, ia sadar bahwa cita-citanya sejak dulu adalah membangun hotel atau resortnya sendiri. Dalam hatinya ia berharap beberapa tahun lagi setelah Ren mengundurkan diri dari posisinya, mereka bisa hidup tenang di Salzsee atau tempat lain yang damai dan membangun resort untuk menerima tamu-tamu.      

Ia dan Ren akan dapat hidup damai, dan pada saat yang sama Fee juga dapat menyalurkan kesukaannya untuk bertemu banyak orang dan terlibat dalam kehidupan sosial yang aktif. Ia belum mengatakan tentang impiannya itu kepada Ren, karena ia tidak ingin suaminya menjadi terbebani.     

Nanti, jika hidup mereka sudah lebih tenang, maka ia akan mengajak Ren bicara tentang hal itu.     

"Kau serius mau sekolah bisnis?" tanya Ren saat melihat brosur sekolah yang diserahkan Fee kepadanya. Ia membolak-baliknya dan membaca baik-baik apa yang ditawarkan di sana. "Tentu saja aku akan mendukungmu. Aku hanya heran karena seingatku dulu kau sempat bilang bahwa kau ingin kuliah sastra."     

"Ah.. kau masih ingat," Fee sangat senang mendengar bahwa Ren ternyata masih ingat apa-apa yang dulu ia ucapkan. Suaminya itu memang sangat perhatian. "Memang benar, aku sempat ingin kuliah sastra, karena aku suka membaca. Tetapi setelah kupikirkan kembali, rasanya aku lebih suka sekolah bisnis agar suatu hari nanti aku bisa membuka usaha sendiri, atau bekerja di tempat yang membuatku dapat berkembang dengan lebih baik."     

Ren merenung sesaat dan kemudian mengangguk. Ia mengerti apa yang diinginkan Fee. Lagipula, kalau memang Fee ingin berbisnis, bukankah ia sudah membeli Kafe Magnolia untuk gadis itu? Nanti kalau waktunya tepat, ia akan memberi tahu Fee bahwa ia sudah membeli kafe tempatnya bekerja dan Fee bisa mengurusinya kalau ia inginkan.     

Bagaimanapun, menurut Ren istrinya jauh lebih pantas menjadi bos di Kafe Magnolia, daripada hanya sekadar pelayan. Namun, tentu saja ia belum dapat mengatakannya sekarang.     

"Baiklah. Aku akan meminta Karl mengurusi pendaftaranmu. Nanti kalau kau sudah mulai kuliah, kau bisa memutuskan sendiri apakah kau akan melanjutkan bekerja di Kafe Magnolia atau berhenti untuk fokus pada pendidikanmu," kata Ren.     

"Terima kasihhhh..." Fee memeluk Ren dan mencium bibirnya.     

Jadilah pada akhir musim panas tahun 2060, Fee resmi menjadi mahasiswa baru di Almstad Business School. Tanpa terasa telah hampir setahun ia dan Ren bersama. Ia merasa sangat bahagia dengan kehidupannya.     

***     

Pada awal September, Fee mulai perkuliahan di sekolahnya yang baru. Di kelasnya ada 30 mahasiswa dan hampir semuanya merupakan lulusan SMA yang langsung berkuliah. Hanya ada beberapa yang berusia lebih tua seperti dirinya.     

Namun demikian, rata-rata mereka bersikap baik kepadanya, tidak membedakan perlakuan kepadanya walaupun Fee mengaku lebih tua dua tahun dari teman-teman sekelasnya dan bahwa ia berasal dari desa.     

"Astaga.. aku tidak percaya kau dari kampung. Penampilanmu sangat cantik dan modis. Kau pasti bercanda," kata Suzette saat ia dan Fee serta beberapa gadis teman sekelas mereka keluar dari kelas pagi itu.     

"Aku tidak bercanda," kata Fee. Aku baru pindah ke Almstad setahun yang lalu. Sebelumnya aku tinggal di desa Salzsee."     

"Astaga.. kau bisa menyesuaikan diri dengan baik di kota ini," tukas Miriam dengan kagum. "Lalu apakah kau mendapat beasiswa untuk kuliah di sini? Setahuku biayanya cukup mahal. Aku saja harus bekerja dulu dua tahun untuk menabung biaya kuliahku."     

"Suamiku membiayai kuliahku, tetapi aku juga bekerja sambilan," kata Fee sambil tersenyum. Aku bekerja di Kafe Magnolia di daerah Kota Tua. Kalau kalian mampir, aku akan memberi kalian diskon karyawan."     

"Oh.. kau sudah menikah?" Miriam dan Suzette menatap Fee dengan keheranan. "Kau kan masih sangat muda... Kenapa menikah cepat?"     

"Ah.. masa sih? Tidak terlalu muda. Umurku sudah 21 tahun," kata Fee malu-malu. "Kurasa aku beruntung bertemu dengan orang yang tepat saat usiaku masih muda."     

"Wahh, aku menjadi penasaran. Seperti apa suamimu? Apakah ia tampan?" tanya Suzette dengan antusias.     

"Sangat tampan," jawab Fee dengan wajah tersenyum lebar. "Tetapi aku tidak akan menunjukkan fotonya kepada kalian. Nanti kalian jatuh cinta kepadanya. Aku tidak mau mengambil risiko... hahaha."     

"Iishh... kau ini bisa saja. Kami tidak mungkin merebut suami orang," omel Miriam. "Ayolah..tunjukkan fotonya, sekaliiii saja. Aku menjadi penasaran seperti apa laki-laki yang berhasil menikahi bunga kampus. Duh.. para pria di sekolah kita pasti akan patah hati ya. Aku tahu ada begitu banyak mahasiswa yang menyukai Fee."     

"Bukan hanya mahasiswa, tetapi ada dosen juga," kata Suzette sambil mengangguk. "Fee ini sangat cantik dan ada begitu banyak pria yang menyukaimu. Pfew.. aku menjadi lega saat mengetahui kau ini sudah menikah. Artinya kami tidak punya saingan... HAHAHAHA..."     

Fee ikut tertawa mendengar kata-kata Suzette. Ia sama sekali tidak keberatan untuk memberi tahu seluruh dunia bahwa ia telah menikah, untuk menghindari kejaran lelaki. Ia tak mau memberi mereka harapan. Sayangnya, ia tak dapat memberi tahu siapa pun tentang identitas suaminya. Maka tentu saja ia tidak akan menunjukkan fotonya bersama Ren.     

"Aku tidak bisa menunjukkan fotonya," kata Fee. "Maaf, ya."     

Miriam dan Suzette saling pandang. Senyum di wajah Miriam berubah menjadi jahil. "Ahh.. tidak susah mencari informasi di zaman ini. Aku tinggal mencari laki-laki dengan nama belakang Lynn-Miller, pasti salah satunya adalah suamimu..."     

"Oh... aku tidak memakai nama belakang suamiku," kata Fee cepat. Ia tak ingin Miriam dan Suzette mengejar orang yang salah. Itu bisa menimbulkan masalah. "Nama belakangnya bukan Lynn-Miller."     

"Lho, kalau kalian memang sudah menikah, kenapa kau tidak menggunakan nama belakangnya?" tanya Suzette keheranan. "Atau.. jangan-jangan kau ini hanya pura-pura sudah menikah untuk menghindari kejaran lelaki, ya? Hahaha.. aku bisa mengerti kok."     

Fee merasa bingung bagaimana ia harus menjelaskan situasinya. Semakin ia menjelaskan, justru Miriam dan Suzette semakin tidak percaya bahwa ia memang benar telah menikah.     

"Kau tahu tidak, Fee. Dari kelas sebelah, saat kita kuliah gabungan, ada beberapa gadis norak yang menggosipkanmu di belakang. Aku langsung menegur mereka, tetapi sempat ada omongan di antara mereka bahwa kau ini dibiayai Om-om untuk kuliah di sini karena sekolah ini sangat mahal," kata Suzette kemudian. "Aku tentu saja tidak percaya, karena aku mengenalmu, dan aku memarahi mereka karena menggosipkanmu yang tidak-tidak. Itu jelas karena mereka iri kepadamu. Tapi bayangkan, orang lain yang tidak mengenalmu bisa jadi akan menganggap omongan mereka itu benar."     

Fee membelalakkan matanya mendengar kata-kata Suzette barusan. "Apa? Aku dibilang peliharaan Om-Om hanya karena aku bisa kuliah di sini? Kok aneh sekali. Gadis yang kuliah di sini sangat banyak. Kenapa hanya aku yang digosipkan?"     

"Uhm.. itu karena mereka iri kepadamu, jadi mereka mencari-cari bahan untuk menjatuhkan nama baikmu. Jadi menurutku, kalau memang kau sudah menikah, sebaiknya kau buka saja kepada semua orang, bukan hanya kepada kami, tentang suamimu. Sehingga mereka tidak akan ada yang berani memfitnahmu lagi."     

Fee mengerutkan keningnya. Ia tidak mau dan tidak boleh membuka jati diri suaminya kepada siapa pun. Tetapi ia juga tidak mau digosipkan yang tidak-tidak oleh orang lain.     

"Aku tidak ada waktu untuk menanggapi gosip," kata Fee akhirnya. Namun, suaranya terdengar agak kesal. "Aku harus bekerja. Sebentar lagi shift-ku di kafe akan dimulai. Kita bertemu besok ya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.