The Alchemists: Cinta Abadi

Bekerja Di Kafe Magnolia



Bekerja Di Kafe Magnolia

0Setelah Ren pulang ke rumah malam itu, Fee memberitahunya tentang lowongan pekerjaan di kafe yang tadi ia kunjungi. Pria itu memperhatikan baik-baik kartu nama yang diberikan Fee kepadanya, lalu mengangguk.     

"Kalau kau menyukai tempatnya, aku akan menyelidiki perusahaannya dan mencari tahu apakah aman bagimu untuk bekerja di sana," kata pria itu kemudian.     

"Baiklah. Begitu kau selesai memeriksa mereka, aku akan memasukkan lamaranku," kata Fee dengan gembira.     

"Baiklah." Ren melihat jam tangannya dan memutuskan untuk menelepon asistennya untuk melakukan pemeriksaan yang ia inginkan. "Sebentar aku ke ruang kerjaku untuk menelepon Karl dulu. Biar dia memeriksa kafe itu secepatnya."     

"Iya."     

Fee menatap Ren yang berjalan ke dalam ruang kerjanya dengan wajah berseri-seri.      

Di dalam ruangannya, Ren duduk di kursi kerjanya sambil memperhatikan nama kafe di kartu nama yang ada di tangannya. Begitu Karl mengangkat telepon, ia segera memberikan instruksi.     

"Karl, barusan aku mengirim kontak sebuah kafe di kawasan Kota Tua kepadamu. Namanya Kafe Magnolia. Tolong temui pemiliknya dan beli kafe itu. Berikan berapa pun harga yang ia mau. Begitu kau selesai melakukannya, tolong beri tahu aku."     

"Baik, Tuan. Apakah saya perlu berkoordinasi dengan Nona Amelia untuk mengurusnya?" tanya Karl di ujung telepon.     

"Tidak usah. Amelia tidak perlu tahu apa pun hal-hal yang menyangkut Nyonya."     

"Baik, Tuan."     

Setelah ia membereskan beberapa hal lagi, barulah Ren kembali ke ruang makan untuk makan malam bersama.     

***     

Karl ternyata sangat efisien. Dalam waktu dua hari saja ia sudah menyelesaikan tugasnya dan memberikan laporan kepada Ren bahwa Kafe Magnolia telah menjadi milik Ren. Karl juga memastikan bahwa tidak ada karyawan yang mengetahui bahwa kepemilikan telah berganti agar tidak menimbulkan kecurigaan.     

Bekas pemilik Kafe Magnolia disuruh menandatangani perjanjian untuk merahasiakan identitas pemilik baru. Demikianlah Ren baru merasa aman melepas Fee untuk bekerja di sana.     

"Kau sudah bisa mengirim lamaran ke Kafe Magnolia," kata Ren malam itu sebelum mereka berangkat tidur.     

Fee yang sedang membaca-baca buku di sampingnya tampak sangat gembira mendengar berita itu. Ia menaruh bukunya dan menatap Ren dengan gembira.     

"Benarkah? Berarti tempat kerjanya bagus?"     

"Bagus. Mereka memperlakukan karyawan dengan sangat baik. Gajinya juga lumayan. Dan yang paling penting, di sana tidak pernah ada catatan pelanggaran atau keluhan apa pun dari karyawan yang pernah bekerja di sana."     

"Ah, syukurlah. Besok aku akan mengirim email lamaran."     

"Kapan pun kau merasa bosan bekerja di sana, jangan sungkan-sungkan mengatakannya kepadaku. Aku tidak akan menghakimi atau merendahkan pilihanmu. Aku mengerti sekarang kau sedang bosan, makanya kau sangat ingin mencari kesibukan. Tetapi nanti sesudah kau kuliah dan disibukkan dengan berbagai tugas dan mata kuliah, mungkin kau akan merasa lelah dan ingin berhenti.. Kalau sampai itu terjadi, jangan malu mengatakannya," kata Ren sambil tersenyum.     

"Kenapa aku harus malu kepada suamiku sendiri?" tanya Fee.     

"Bukan itu maksudku. Ada orang yang meyakini bahwa mereka ingin melakukan sesuatu, tetapi kemudian setelah sesuatu itu didapatnya, ia merasa bahwa ternyata apa yang ia inginkan tidak sesuai harapan dan ingin membatalkannya. Namun karena gengsi, ia memaksa bertahan..." kata Ren menjelaskan. "Aku tidak ingin kau merasa gengsi atau merasa sungkan untuk membicarakan apa pun denganku."     

Fee akhirnya mengerti maksud suaminya. Gadis itu menatap Ren dengan sepasang mata penuh cinta dan mengangguk. "Terima kasih. Aku tidak akan merasa sungkan kepadamu. Kau sangat pengertian."     

Semakin lama mereka menikah, semakin Fee merasa nyaman hidup bersama dengan Ren. Walaupun Ren mengaku ia tidak bisa jatuh cinta, namun semua yang ia lakukan untuk gadis itu membuat Fee merasa dicintai. Di titik ini, ia akhirnya merasa bahwa sekadar satu kalimat "Aku cinta kepadamu" tidak lagi menjadi penting.     

Yang penting adalah mereka saling menyayangi dan menghormati, serta berkomitmen untuk saling membahagiakan. Karena apalah artinya kata cinta, jika tidak ditunjukkan dengan perbuatan?     

***     

Sehari setelah Fee mengirim email lamarannya, manajemen Kafe Magnolia memanggilnya untuk wawancara. Mereka sangat menyukai penampilannya yang menawan dan kepribadiannya yang sangat menyenangkan.     

Dalam hatinya, manajer HRD sama sekali tidak menyangka bahwa gadis demikian cantik yang terlihat seperti berasa dari keluarga sangat berada ini ternyata berminat untuk bekerja sebagai pelayan part time di tempat mereka.     

Setelah berbincang-bincang selama setengah jam, Kafe Magnolia dengan senang hati menawarkan Fee pekerjaan dengan gaji yang cukup baik, dan mereka bersedia menempatkannya hanya pada shift seputar jam makan siang. Mulai jam 11 pagi hingga pukul 3 siang. Fee yang merasa bahwa penempatannya sangat pas dengan keinginannya dan segera menerima dengan senang hati.     

Nanti kalau ia sudah mulai kuliah, ia akan meminta penyesuaian jam kerja, sesuai dengan jadwal kuliahnya.     

[Aku sudah diterima. Orang-orang Kafe Magnolia sangat baik kepadaku. Aku bisa mulai bekerja minggu depan.] Fee segera mengirim SMS kepada Ren untuk mengabari hasil wawancaranya.     

Wajahnya tampak sangat sumringah, hingga John, supir Ren yang menungguinya di taman dekat Kafe Magnolia ikut tersenyum. Ia selalu senang melihat nyonya Hanenberg bahagia. Entah kenapa, kalau gadis itu senang, suasana hati orang-orang yang ada di sekitarnya ikut menjadi cerah.     

Bisa dibilang, Fee memiliki kebahagiaan yang menular. Itu pula yang dirasakan Ren sejak ia bersama Fee. Sikap menyenangkan gadis itu dan suasana hatinya yang selalu bahagia membuat Ren ikut merasa nyaman dan bahagia.     

Sejak mereka menikah, hanya sekali ia merasakan perubahan negatif di rumah mereka, yaitu ketika Fee merasa sedih akibat mendengar pembicaraan Ren di telepon bersama Amelia. Setelah peristiwa itu, ia selalu memastikan bahwa Fee selalu merasa senang. Dan benar saja, tiada hari tanpa kebahagiaan di rumah mereka.     

[Selamat! Mereka sangat beruntung memperoleh staf luar biasa sepertimu.] balas Ren satu menit kemudian.     

Di kantor pribadinya di Jalan Almstad Grove, Ren menatap SMS Fee di ponselnya sambil tersenyum tipis. Ia sudah mendengar tentang hasil wawancara Fee dari manajer HRD Kafe Magnolia lima menit sebelum Fee menghubunginya.     

Sang manajer, Stevan, sama sekali tidak mengetahui bahwa bos barunya yang ia kirim laporan tadi adalah suami sang karyawan baru.      

***     

"Sayang sekali kau tidak bisa datang ke kafe dan melihatku bekerja," kata Fee sambil tertawa ketika ia memamerkan seragam Kafe Magnolia di kamar tidur mereka. "Aku bisa memberimu diskon karyawan."     

Ren tersenyum tipis mendengar kata-kata Fee. Ia menarik tangan Fee ke arahnya dan menaruh tubuh gadis itu di pangkuannya.     

"Kata siapa aku tidak bisa datang ke kafe dan melihatmu bekerja?" tanyanya dengan nada suara serak. Tangannya sudah bergerilya ke balik apron Fee dan perlahan-lahan melepaskan talinya. Bibirnya mencari tengkuk gadis itu dan menciuminya dengan rakus. Napasnya yang hangat menghembus di tengkuk Fee, membuatnya kegelian.     

"Aku bisa datang dengan mengenakan jeans dan pakaian kasual seperti mahasiswa.. Tidak akan ada yang tahu siapa aku. Mereka akan mengira aku mirip seseorang yang terkenal... tetapi tidak akan ada seorang pun yang percaya aku adalah Renald Hanenberg..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.