The Alchemists: Cinta Abadi

Aromantic



Aromantic

3Ren, apakah kau mencintaiku?     

Dan kalau kau belum mencintaiku.. apakah kau akan dapat mencintaiku di masa depan?     

Itu adalah dua pertanyaan yang telah mengganggu pikiran Fee selama beberapa hari. Ia cukup lama memikirkannya dan akhirnya memutuskan untuk membicarakannya kepada Ren setelah hatinya cukup tenang.     

Ren menatap Fee tanpa berkedip untuk beberapa lama, tetapi ekspresinya sama sekali tidak berubah. Ia tidak terlihat terkejut, seolah ia memang telah menunggu pertanyaan ini dari Fee.     

Ia meremas tangan Fee dengan lembut baru kemudian menjawab dengan suara yang tetap sungguh-sungguh, "Aku tidak mencintaimu. Bukan karena aku tidak mau... tetapi karena aku memang tidak bisa jatuh cinta."     

"A.. aku tidak mengerti..." kata Fee bingung.      

"Aku ini seorang aromantic, Fee. Aku tidak memiliki ketertarikan romantis atau perasaan cinta kepada orang lain. Aku bisa menyayangi dan memperhatikanmu, dan berusaha membahagiakanmu, tetapi aku tidak bisa mencintaimu. Sejak remaja aku sudah didiagnosis sebagai seorang aromantic dan aku memang tidak pernah mencintai seorang wanita sebelumnya."      

"Tetapi... kalau kau tidak bisa mencintai wanita... kenapa kau bisa tidur dengan mereka...?" Fee tahu dirinya bukanlah wanita pertama yang pernah tidur dengan suaminya, karena itu ia sengaja menyebut pengalaman masa lalu Ren dengan wanita lain.     

"Aromantic itu berbeda dengan aseksual. Orang yang memiliki kondisi aseksual sama sekali tidak memiliki ketertarikan seks. Mereka bisa jatuh cinta dengan sangat mendalam kepada seseorang, tetapi mereka tidak memiliki minat sama sekali pada seks. Artinya, mereka bisa jatuh cinta dan menikah.. tetapi mereka tidak akan bisa berhubungan seksual. Sementara orang aromantic sebaliknya.. Ia tidak bisa jatuh cinta, tetapi mereka bisa menjalin hubungan yang mendalam dengan seseorang dan melakukan hubungan seksual seperti biasa. Ada juga orang aromantic yang sekaligus aseksual, artinya mereka sama sekali tidak memiliki ketertarikan pada cinta maupun seks."     

"Oh..." Fee menekap bibirnya. Ia belum pernah mendengar kondisi ini sebelumnya.     

Benarkah kata-kata Ren ini? Ataukah itu hanya alasan saja?     

Ren yang melihat keraguan Fee, kemudian mengambil ponselnya dari nakas di samping tempat tidur dan mencari beberapa sumber ilmiah di internet agar gadis itu membacanya. "Kalau kau tidak percaya kepadaku, kau bisa membacanya sendiri."     

Fee tertegun saat matanya menyapu layar ponselnya dan membaca isi sebuah artikel website ilmiah tentang kondisi aromantic dan aseksual yang tadi barusan dibahas oleh Ren.     

"Jadi... aku sudah tahu bahwa diriku tidak bisa jatuh cinta. Aku sudah bertemu begitu banyak wanita selama hidupku dan tidak ada satu pun yang membuatku dapat merasakan cinta. Aku memang seperti ini." Ren menepuk-nepuk tangan Fee dengan lembut sambil meneruskan kata-katanya.     

"Kenapa aku dengan cepat meresmikan hubungan kita dan memintamu menikah denganku? Karena ketika aku bertemu denganmu, aku langsung merasa bahwa kau adalah wanita yang paling tepat untukku. Aku belum pernah bertemu gadis yang begitu sempurna seperti dirimu, dan saat itu aku mengatakan kepada diriku sendiri bahwa aku sangat bodoh kalau melepaskanmu. Itu saja. Alasanku sangat sederhana."     

Fee mengigit bibirnya. Ia masih shock mendengar penjelasan Ren. Ia percaya kepada pria itu, tetapi informasi yang baru diterimanya ini perlu waktu untuk dapat menyerap ke dalam pikirannya. Sungguh mengejutkan. Ia sama sekali tidak mengira.     

Mungkin pepatah itu benar, bahwa tak ada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna. Ren terlihat sangat sempurna dalam semua aspek. Ia memiliki fisik sangat rupawan, otak genius, harta berlimpah, dan bahkan kedudukan sebagai pangeran sebuah kerajaan kecil di Eropa. Tetapi, di balik semua kesempurnaannya itu, ternyata ia tidak dapat jatuh cinta.     

Pelan-pelan Fee menjadi kasihan kepada suaminya. Ia merasa bahagia saat mereka menikah dan mengira bahwa cintanya berbalas. Ia bisa merasakan perasaan bahagia karena cinta. Sementara Ren tidak akan pernah tahu rasanya. Pria itu lebih dapat merasakan bahagia karena tidur yang nyenyak atau makanan enak.     

Ah... sekarang Fee mengerti mengapa Ren menikahinya. Selain karena semua alasan yang disebutkan suaminya tadi, Fee memang membuat Ren merasakan perasaan yang paling dekat dengan kebahagiaan. Ia bisa beristirahat dan tidur dengan nyaman bersama Fee. Tentu itu merupakan hal yang sangat penting dan berharga baginya.     

Gadis itu mulai menimbang-nimbang perasaannya sendiri. Bukankah lebih baik jika ia yang membuat Ren relaks dan dapat beristirahat dengan baik? Kalau Ren mendapatkan itu dari wanita lain, barulah ia seharusnya merasa gusar.     

Lagipula... Fee harus mengakui bahwa Ren memang selalu memperlakukannya dengan baik, walaupun pria itu tidak mencintainya.     

Kalau memang Ren adalah seorang aromantic, tentunya Fee tidak perlu kuatir suaminya akan tertarik dan jatuh cinta kepada wanita lain, karena ia memang tidak bisa jatuh cinta.     

"Maaf... aku tidak tahu kondisimu..." bisik Fee akhirnya.     

"Hmm.. bukan salahmu. Aku yang tidak memberitahumu karena menurutku itu tidak penting. Aku melihat kau bahagia selama kita bersama. Itu artinya kau puas dengan semua yang kuperbuat untukmu. Aku tadinya berharap kau tidak perlu tahu. Selama kau menganggap semua tindakanku kepadamu kulakukan karena cinta, kita berdua sebenarnya akan baik-baik saja." Ren mengusap rambut Fee yang jatuh ke pipinya saat gadis itu menunduk dan menyelipkannya ke belakang telinga gadis itu. "Aku tidak mengira kau akan mendengar percakapanku dengan Amelia di telepon di saat yang tidak tepat dan kau mendengar kalimat bahwa aku tidak mencintaimu..."     

Fee tersentak. Ia tidak tahu bahwa Ren mengetahui ia mendengar pembicaraan mereka waktu itu.     

"Dari mana kau tahu?" tanya Fee keheranan.     

"Aku hanya menyimpulkan sendiri. Kau berubah sikap setelah aku bicara dengan Amelia di telepon. Setelah aku mengingat-ingat isi pembicaraan kami, aku bisa menduga kau mendengar ucapanku tentang aku yang tidak mencintaimu."     

"Aku tidak mengerti kenapa kau membahas hal itu dengan Amelia. Kalian sepertinya dekat sekali..."     

"Hmm... Kami memang dekat. Dia adalah temanku sejak kecil. Ia pernah menyukaiku, tetapi aku mengatakan kepadanya tentang kondisiku dan menegaskan aku tidak bisa mencintainya. Kami lalu memutuskan untuk tetap berteman. Ketika aku menikah denganmu, ia ingin memastikan bahwa aku tidak berbohong kepadanya tentang kondisiku. Aku memang tidak berbohong. Aku tidak bisa mencintaimu... tetapi karena aku sudah menetapkan hati untuk menjadikanmu istriku, maka aku akan menyayangi, menjaga, dan membahagiakanmu."     

Fee tertegun mendengar penjelasan Ren. Tanpa terasa air mata mengalir turun ke pipinya.     

"Sebenarnya.. aku merasa dicintai dengan semua perlakuan manismu kepadaku. Itu sebabnya aku menerima lamaranmu. Aku ingin menghabiskan sepanjang hidupku bersamamu, sebagai istrimu. Kurasa memang seharusnya aku tidak usah mendengar pembicaraanmu waktu itu.. Walaupun sikapmu sama sekali tidak berubah.. tetapi hatiku terus-menerus memikirkan bahwa aku tidak dicintai, padahal tidak ada yang berubah di antara kita... Oh, aku bodoh sekali..." isak gadis itu.     

"Sshh.. kau tidak bodoh. Itu manusiawi." Ren sigap menghapus air mata Fee dengan jarinya. "Aku mengerti kenapa kau gusar dan sedih. Aku minta maaf karena menyembunyikan kondisiku darimu. Tetapi kuharap kau dapat melihat bahwa aku berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu bahagia sebagai istriku."     

Fee mengangguk pelan. "Aku melihat itu. Terima kasih."     

Keduanya lalu terdiam selama beberapa saat, seolah berusaha memikirkan tentang kondisi mereka yang tidak ideal ini. Fee pernah mendengar bahwa lebih baik bagi wanita untuk menikah dengan laki-laki yang mencintai mereka, daripada menikah dengan lelaki yang mereka cintai.     

Pria yang mencintai seorang wanita akan melakukan apa saja untuk membahagiakan wanita itu. Sementara kalau wanita yang mencintai, maka sang wanita yang akan sering berkorban perasaan.     

Namun, dalam kasus Fee dan Ren, ia sudah merasakan sendiri bahwa Ren memperlakukannya dengan sangat baik, menghormatinya, dan bahkan mengikuti keinginannya untuk melarang Amelia datang ke rumah dan mengurusi sendiri semua hal yang menyangkut Fee, tidak menyerahkannya kepada Amelia.     

Jadi, walaupun Ren tidak mencintai Fee, ia tidak membuat Fee berkorban perasaan dan hidup menderita. Ia menepati kata-katanya saat ia mengucapkan janji pernikahan mereka: untuk saling menyayangi, saling menjaga, dan saling membahagiakan...     

"Lalu... sekarang bagaimana?" tanya Ren dengan sabar. "Setelah kau mengetahui kondisiku.. apakah kau tidak bisa lagi mencintaiku dan hidup bersama denganku?"     

Fee menggeleng. "Tidak... perasaanku kepadamu tidak berubah."     

"Aku senang mendengarnya," bisik Ren, sebelum kemudian mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Fee dengan mesra. "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu merasa dicintai. Aku akan berusaha memberikan semua yang kau butuhkan, lahir dan batin, semaksimal yang aku bisa. Beri tahu aku kalau aku melakukan kesalahan dan kau merasa tidak puas denganku."     

Fee mengangguk pelan. Barusan... ketika bibir Ren menyentuh bibirnya dan mereka berciuman, ia juga merasakan bahwa ciuman pria itu sama sekali tidak berubah. Sentuhannya pun tetap terasa sama.      

"Aku hanya perlu waktu untuk menerima dan mengerti semua ini..." kata Fee kemudian, setelah bibir mereka berpisah dan mereka saling menatap dari jarak sangat dekat. Fee bisa melihat kesungguhan di sepasang mata Ren.     

"Kita punya waktu seumur hidup untuk itu..." Ren tersenyum. "Aku harap kau akan bersabar menghadapiku."     

Fee hanya bisa mengangguk. Ren lalu memegang belakang leher Fee dan menarik tubuh gadis itu mendekat kepadanya. Ia lalu kembali mencium bibir Fee, kali ini lebih mesra dari sebelumnya.     

Ia lalu menurunkan ciumannya ke leher gadis itu, terus ke dadanya, dan meninggalkan gigitan-gigitan kecil di sana, sementara tangannya menyelinap masuk ke balik pakaian gadis itu.     

"Kalau aku bisa jatuh cinta, kau akan menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai, Fee..." bisik Ren.     

Mereka bercinta dengan mesra malam itu sebelum akhirnya tidur sambil berpelukan. Fee memejamkan mata dengan tersenyum.      

Ia menyadari bahwa semuanya masih seperti dulu. Semua ciuman dan belaian Ren, serta ungkapan kasih sayangnya saat pria itu memuaskannya di tempat tidur, sama sekali tidak berubah.     

Fee merasa dicintai, walaupun Ren sebenarnya tidak bisa jatuh cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.