The Alchemists: Cinta Abadi

Masa Lalu Ren



Masa Lalu Ren

0Fee menatap Amelia dengan pandangan menyelidik. "Jadi?"     

Amelia mengeluarkan sebuah kartu nama dari sakunya dan menyerahkannya kepada Fee.     

"Ini dokter pribadi Ren yang baru, dokter Henry Lehmann. Sebaiknya kau menyuruh dokter yang kau panggil untuk pulang. Kita tidak ingin ada orang luar yang mengetahui kondisi penyakit pangeran putra mahkota kerajaan Moravia, bukan?" tanya Amelia dengan nada suara tegas. "Ren akan marah kalau kau melakukan itu kepadanya. Ia tidak ingin kondisi kesehatannya diketahui publik, dan kau tidak mungkin bisa memastikan dokter baru itu tidak akan menyebarkan gosip."     

Fee tertegun. Ia membenarkan kata-kata Amelia. Selain karena kondisi kesehatan Ren yang tidak boleh diketahui orang luar, juga karena statusnya sebagai istri Ren yang masih harus dirahasiakan,     

Bagaimana kalau dokter yang dipanggilnya menjadi curiga? Fee tidak boleh mengambil risiko.     

Akhirnya ia mengambil ponselnya dan menelepon dokter rumah sakit yang sudah di perjalanan menuju rumah mereka.     

"Selamat malam, dokter. Mohon maaf sudah merepotkan Anda. Tetapi pasiennya sudah ditangani dokter lain. Anda tidak usah datang. Kondisinya juga sudah mulai membaik." Fee terpaksa berbohong di telepon. "Nanti kami akan mengirim kompensasi. Terima kasih banyak."     

Tepat setelah Fee mengakhiri panggilannya, pintu kamar diketuk dan Linda masuk mengantarkan seorang dokter berusia 50-an berambut serba putih yang membawa tas dokter. Ia mengangguk hormat kepada Amelia dan kemudian mengeluarkan beberapa peralatan kedokteran dari tasnya.     

Amelia menarik tangan Fee agar menjauh dari tempat tidur dan membiarkan dokter Henry mengerjakan tugasnya. Setelah memeriksa tekanan darah, suhu tubuh, dan detak jantung Ren, dokter Henry menuliskan sesuatu di buku resepnya dan menyerahkannya kepada Amelia.     

"Tolong cari obat-obatan ini. Sementara saya akan menyuntikkan obat penurun demam yang saya bawa, tetapi besok pagi ia harus meminum obatnya yang ada di resep," kata dokter Henry. Ia lalu mengeluarkan sebuah jarum suntik dan menyuntik pembuluh nadi di tangan Ren. Setelah mengusap bekas suntikan dengan kasa alkohol, ia lalu membereskan tasnya.     

"Begitu saja? Apakah kau tidak akan memberitahuku apa yang terjadi?" tanya Fee. Dokter Henry mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Amelia untuk meminta penjelasan.     

"Uhm.. Nona ini adalah?" tanyanya kepada Amelia.     

"Nanti biar Ren sendiri yang menjelaskan kepada Dokter. Sekarang silakan pulang. Kami akan menjaga Ren di sini dan melaporkan perkembangan kondisinya besok." Amelia buru-buru mendorong bahu dokter Henry untuk berjalan keluar kamar. "Mari kuantar ke depan, Dokter."     

"Baiklah. Saya permisi dulu, Nona." Dokter Henry membungkuk sedikit ke arah Fee dan berjalan pergi. Amelia mengantarnya ke teras.     

Fee hanya bisa duduk di tepian tempat tidur mengamati wajah Ren yang masih pucat. Ia tidak mengerti ada apa sebenarnya? Mengapa Ren bisa tiba-tiba sakit? Padahal sebulan terakhir mereka berdua baik-baik saja.     

"Ren lahir prematur." Tiba-tiba terdengar suara Amelia mendekat.     

Fee mengangkat wajahnya dan menatap Amelia. Ia menyadari bahwa dibandingkan dirinya, Amelia tentu jauhhhh lebih mengenal Ren. Suaminya tidak pernah bercerita apa-apa tentang masa lalunya, atau tentang riwayat kesehatannya, apalagi fakta bahwa ia lahir prematur.     

Kenapa Ren sama sekali tidak membicarakan itu selama mereka menghabiskan waktu bersama? Selama bulan madu ada begitu banyak kesempatan untuk saling bertukar informasi, tetapi Ren tidak melakukannya.     

Hal ini membuat hati Fee merasa sedikit sakit. Apakah Ren tidak merasa penting untuk membagikan tentang hidupnya kepada Fee?     

"Begitu ya?" Fee menatap Ren yang sedang tidur dengan dada dipenuhi kesedihan. "Lalu apakah ia sering sakit seperti ini?"     

Amelia menggeleng. "Tidak. Sekarang jarang sekali. Tetapi dulu sewaktu dia masih kecil, ia sering tiba-tiba demam dan pingsan. Orang tuaku sudah memanggil begitu banyak dokter ternama, tetapi tidak ada yang bisa tahu pasti apa penyebabnya."     

"Lalu... apa yang harus kulakukan kalau sampai hal itu terjadi lagi?" tanya Fee dengan suara sedih.     

"Tidak ada. Kau harus menghubungi dokter Henry, biar dia yang merawatnya," jawab Amelia. "Aku hanya meminta agar kau tidak menyusahkan Ren. Kau tahu ia sangat sulit tidur karena--"     

"Ren sudah bisa tidur..." kata Fee memotong kata-kata Amelia. "Sudah sebulan ini tidurnya baik..."     

"Apa kau bilang? Itu tidak mungkin!" Amelia menatap Fee keheranan. "Aku kenal Ren. Ia hanya akan tidur setelah beberapa hari."     

"Kau bisa tanyakan sendiri kepadanya," kata Fee. "Setelah ia bangun nanti."     

Amelia terdiam mendengar kata-kata Fee. Ia menatap gadis itu dengan pandangan penuh selidik, lalu menoleh ke arah Ren.      

"Apa yang dia lakukan sehingga dia bisa tidur?" tanya Amelia akhirnya.     

Fee menggeleng. "Aku tidak tahu. Sejak aku pertama bertemu dengannya, dia selalu bisa tidur. Kadang-kadang ia memintaku menyanyi, kadang kami hanya bercakap-cakap... Mengapa dia tidak bilang kepadamu bahwa ia sudah bisa tidur? Aku tidak mengerti."     

Amelia mengerucutkan bibirnya dan menatap Fee dalam-dalam. Tanpa sadar ia menghela napas.     

"Ah.. sekarang aku mengerti," cetus gadis itu kemudian.     

"Kau mengerti apa?" tanya Fee keheranan.     

Amelia melipat kedua tangannya di dada dan tersenyum tipis. "Aku mengerti kenapa ia memutuskan untuk menikahimu. Aku tadinya bingung kenapa ia begitu terburu-buru dan menikah denganmu walaupun kalian baru kenal. Ternyata itu sebabnya. Kau berguna baginya. Kau membuatnya bisa menikmati istirahat yang sangat ia butuhkan. Tentu saja... ada orang yang rela membunuh agar bisa tidur dengan nyenyak... dan ada yang rela menikah."     

Fee menekap bibirnya saat mendengar kata-kata Amelia. Ia mengerti bahwa Amelia sama sekali tidak menghargainya sebagai istri Ren. Amelia menganggap bahwa Ren hanya memanfaatkan Fee karena Fee membantunya untuk tidur.     

Dalam hati, Fee merasa terluka oleh kata-kata Amelia. Memang benar, Ren tidak memanfaatkan Fee untuk seks semata dengan menikahinya... tetapi untuk membuatnya tidur. Bukankah itu sama saja memanfaatkan? Apa pun bentuknya...     

Ia menjadi teringat hubungannya dan Ren yang demikian singkat. Ia sudah jatuh cinta kepada pria itu saat mereka bertemu di Salzsee dan Fee bekerja sebagai pelayan pribadinya di villa. Dan Fee merasa sangat tersanjung ketika Ren ternyata menginginkannya, dan kemudian bahkan melamarnya.     

Ia menikah dengan Ren karena cinta. Tetapi bahkan setelah mereka menikah dan pulang dari bulan madu.. Ren belum pernah mengatakan cinta kepadanya. Ren selalu mengatakan bahwa ia sangat menyukai Fee dan merasa nyaman bersamanya.     

Bahkan, tadi sore ketika mereka baru tiba di rumah dan Fee memeluk Ren serta mengucapkan cinta kepadanya, Ren tidak membalasnya.     

Apakah Amelia benar... bahwa Ren sebenarnya hanya menikah dengan Fee karena ia membutuhkan Fee agar dapat tidur?     

"Tolong.. kalau sudah tidak ada urusan apa-apa lagi, kau pulang saja. Biarkan Ren beristirahat dengan tenang," kata Fee akhirnya. Ia berusaha terlihat tidak terpengaruh oleh ucapan Amelia barusan.     

"Hmm.. baiklah. Aku akan kembali besok untuk memastikan Ren sudah baikan. Selamat malam." Amelia lalu beranjak dan keluar dari kamar Ren. Sebelum keluar dari pintu ia melilhat ke sekeliling dan mengerutkan keningnya.     

Ia baru menyadari bahwa dekorasi di kamar ini telah diganti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.