The Alchemists: Cinta Abadi

Hari Pernikahan



Hari Pernikahan

0Fee tidak mengira ia akan menikah secepat ini!     

Umurnya baru menginjak 20 tahun, tetapi ia sudah mengikatkan dirinya dalam satu komitmen sakral bersama seorang laki-laki yang baru dikenalnya selama sebulan. Namun demikian, Fee sama sekali tidak merasa kuatir.     

Ia merasa nyaman bersama Ren dan yakin bahwa mereka memang diciptakan untuk bersama. Kecocokan di antara mereka dan rasa saling pengertian antara keduanya, tak dapat ia bandingkan dengan apa pun.     

Apalagi selama mereka berada di Monaco dan menghabiskan waktu berdua saja selama 24 jam sehari. Ada begitu banyak hal yang mereka bagikan kepada satu sama lain. Fee dan Ren dengan cepat langsung mengenali dan memahami kebiasaan masing-masing dan hal-hal yang mereka sukai dan tidak sukai.     

Selama Fee tinggal di rumah Ren, mereka hanya bertemu saat sarapan, makan malam, dan tidur bersama karena Ren sangat sibuk di luar. Tetapi, dengan kepergian mereka berdua ke Monte Carlo, mereka dapat menghabiskan banyak waktu bersama.     

Biasanya, orang yang tidak cocok, jika dipaksa untuk bersama secara terus-menerus akan merasa bosan atau terganggu, tetapi sebaliknya yang terjadi pada Fee dan Ren. Mereka malah semakin dekat dan mesra.      

Ini semua membuat mereka yakin bahwa keduanya tidak salah pilih dan semakin mantap untuk menghabiskan hidup mereka bersama hingga tua.     

"Kau sudah siap?" tanya Ren sambil mengetuk pintu kamar tidur. Fee sedang dirias di kamar oleh seorang makeup artist sementara Ren duduk di ruang tamu dan melakukan sesuatu di laptopnya. Setelah waktu menunjukkan pukul 10 pagi, Ren lalu menyimpan laptopnya dan berjalan ke kamar hendak menjemput Fee.     

"Sudah siap." Terdengar jawaban sang pengantin dari dalam.      

Ren membuka pintu dan masuk ke kamar tidur. Pandangannya yang tajam telah melihat Fee dalam balutan gaun pink lembut dan rambut yang disanggul anggun di atas kepalanya. Mereka telah sepakat agar Fee tidak mengenakan gaun pengantin supaya lebih praktis karena mereka menikah di balaikota.     

Namun demikian, saat Ren melihat gadis itu, pandangannya terkesima dan ia tidak dapat berkata apa-apa selama beberapa saat.      

Fee terlihat cantik sekali! Walaupun ia tidak mengenakan pakaian pengantin tradisional berwarna putih, pesonanya tidak kalah, Fee tetap terlihat bagaikan seorang ratu. Pakaiannya membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan setiap lekuknya dengan penuh pesona.     

Ia mengenakan kalung mutiara pemberian Ren dan cincin ibunya. Wajahnya yang tidak pernah mengenakan riasan kali ini dirias natural oleh sang makeup artist dan kecantikan Fee menjadi semakin terpancar.     

"Kau.. cantik sekali," gumam Ren, tanpa dapat berkedip.      

Ia telah bertemu sangat banyak wanita selama 30 tahun hidupnya... tetapi tidak ada yang memiliki kecantikan, keanggunan, dan pesona seperti gadis desa ini. Kalau Ren tidak mengenal Fee sebagai gadis desa yang miskin, jika mereka bertemu di jalan, pria itu pasti akan mengira Fee berasal dari keluarga kaya dan terpandang.     

"Terima kasih..." Fee menunduk tersipu-sipu. "Kau juga sangat tampan."     

Ren tersenyum senang mendengar pujian calon istrinya. Ia menghampiri Fee dan menyentuh pipinya. "Aku sangat ingin menciummu.. tetapi nanti riasanmu rusak. Sebaiknya kita pergi ke balaikota sekarang agar kita cepat menikah dan bisa segera membiarkan riasanmu rusak...."     

Fee mengerti apa maksud Ren dan ia kembali menjadi tersipu-sipu. Ia mengulurkan tangannya ke arah Ren dan pemuda itu segera menggandengnya.     

Mereka berjalan sambil berpegangan tangan turun ke lobi Hotel De Paris. Di depan lobi hotel telah menunggu mobil mewah yang akan membawa mereka ke balai kota.     

Pukul 10.30, keduanya telah tiba di balaikota Monte Carlo dan bertemu Johann bersama Mariel yang akan menjadi saksi pernikahan mereka hari ini.     

"Kau cantik sekali! Sungguh pengantin yang sempurna," puji Mariel. Johann mengangguk membenarkan.     

"Sangat serasi."     

Ren dan Fee saling pandang dan tersenyum. Wajah keduanya berseri-seri. Walaupun mereka harus menyembunyikan pernikahan ini selama beberapa tahun, keduanya sama sekali tidak keberatan. Perasaan mereka, hubungan cinta di antara keduanya, urusan pribadi mereka... adalah milik mereka saja. Ren sama sekali tidak berniat membagi Fee kepada dunia.     

Pukul 11 tepat, keempatnya masuk ke dalam ruangan pengambilan sumpah pernikahan untuk mencatatkan pernikahan antara Ren dan Fee. Semua identitas mereka dan surat-surat lainnya sudah disiapkan dan diverifikasi, sehingga mereka hanya perlu membacakan janji pernikahan dan menandatangani dokumen pernikahan.     

Fee tidak begitu ingat apa yang terjadi di saat pernikahan berlangsung. Ia terlalu bahagia dan pikirannya dikaburkan oleh perasaan euphoria ketika ia dan Ren bertukar janji pernikahan dan kemudian menyatakan untuk bersumpah saling setia seumur hidup mereka dan saling menjaga.      

"Aku bersedia." Hanya kalimat itu yang terus terngiang-ngiang di kepala Fee ketika ia dan Ren saling menatap, tersenyum, dan kemudian berciuman.     

Dan petugas pencatat pernikahan berkata bahwa dengan kuasa yang diberikan kepadanya oleh pemerintah setempat, ia menyatakan Ren dan Fee sah sebagai suami istri yang tercatat di Monaco.     

"Aku tak sabar ingin hidup selamanya bersamamu," bisik Ren sambil mengangkat Fee ke udara. Ia kembali mencium Fee sebelum kemudian menurunkan gadis itu ke lantai. Sepasang mata gadis itu telah basah oleh air mata haru.     

"Selamat! Selamat.. kami berdua turut bahagia untuk kalian!" Mariel memeluk Fee dan mencium kedua pipinya bergantian. Ia lalu memeluk Ren dan kembali mengucapkan selamat. Johann mengikuti perbuatannya dan memeluk Fee dan Ren bergantian.     

"Sekarang kalian bisa pergi berbulan madu. Kami berdua tidak akan mengganggu," kata Johann sambil tertawa. "Nanti kalian harus mau datang makan malam di rumahku sebelum kalian meninggalkan Monaco."     

"Tentu saja," kata Ren sambil mengangguk. "Hari ini kami mau bersantai dan melaksanakan tugas sebagai sepasang suami istri untuk saling membahagiakan. Besok kami akan jalan-jalan ke Eze dan beberapa desa abad pertengahan lainnya, setelah itu kami akan berlayar selama dua hari dan mampir di Cannes. Apakah kalian mau ikut?"     

Mariel dan Johann saling pandang, lalu keduanya menggeleng bersamaan.     

"Ew... siapa juga yang mau mengganggu pasangan pengantin baru," tukas Mariel sambil tertawa.     

"Baiklah kalau begitu," kata Ren kalem. "Terima kasih atas semua bantuan kalian. Lima hari lagi kami akan datang untuk makan malam di rumah Johann."     

Setelah minta diri dari kedua temannya, Ren mengajak Fee kembali pulang ke Hotel De Paris. Ia menepati kata-katanya kepada Johann tadi di balaikota, bahwa di hari pernikahan mereka ini, Ren dan Fee akan memenuhi tugas sebagai pasangan suami istri untuk saling membahagiakan.      

Begitu mereka tiba kembali di penthouse, keduanya dengan tidak sabar segera bercumbu dan dan dengan cepat melepaskan pakaian masing-masing.     

Tidak lama kemudian pasangan yang baru resmi menikah itu telah bercinta dengan panas di kamar tidur utama dan tidak keluar kamar hingga malam menjelang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.