The Alchemists: Cinta Abadi

Cerdas Itu Seksi



Cerdas Itu Seksi

3Johann hanya tertawa mendengar kata-kata Ren. "Kau benar. Kau memang lelaki cerdas. Kau sangat bodoh untuk melepaskan gadis sesempurna Fee."     

Fee menjadi tersipu-sipu mendengar percakapan di antara Ren dan Johann. Ia merasa terharu karena sepertinya Ren sangat membanggakan dirinya di depan orang penting seperti Johann dan Mariel, membuat rasa tidak percaya dirinya sebagai gadis desa tidak berpendidikan menjadi terkikis.     

Kalau Ren sama sekali tidak malu berdampingan dengannya, maka Fee juga harus lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Akhirnya gadis itu bertekad untuk bersikap lebih tenang dan percaya diri. Ia tidak ingin menjadi gadis rendah diri yang justru akan membuat Ren merasa tidak nyaman.     

Makan siang kemudian disajikan setelah mereka puas mengobrol di teras dan minum champagne. Seorang chef kelas dunia datang bersama seorang sous chef dan dua orang pelayan menyiapkan hidangan berkelas bagi kedua pasangan itu.     

Ren dan Fee, serta Johann dan Mariel melanjutkan mengobrol tentang acara pernikahan besok dan tempat-tempat cantik di sekitar Monaco yang dapat dikunjungi Ren dan Fee setelah menikah. Mereka memutuskan untuk berlayar selama dua hari, dan kemudian mengunjungi beberapa desa di pinggir tebing yang cantik, yang hanya berlokasi beberapa kilometer dari Montecarlo.     

"Johann... aku memang tidak mau menikah, tetapi aku juga ingin berbulan madu seperti mereka," cetus Mariel sambil mengerling kepada Johann. "Kau harus memberiku bulan madu yang menyenangkan."     

"Aish.. kita sudah sering liburan bersama," komentar Johann sambil tertawa dan meremas rambut kekasihnya. "Kita bukan pasangan baru seperti mereka. Kita sudah bersama selama sepuluh tahun. Sudah terlalu tua untuk hal begituan."     

Mariel mengerucutkan bibirnya tetapi ia tidak dapat membantah. Fee menjadi tidak enak melihat mereka, tetapi Ren buru-buru berbisik mesra di telinganya.     

"Jangan pikirkan mereka. Mereka memang sering begitu. Johann dan Mariel terlalu saling mencintai dan mereka senang saling mengganggu."     

"Ohh.. begitu ya?" Fee hanya bisa mengangguk dan tersenyum.     

Ia menyadari bahwa setiap pasangan memiliki cara mereka sendiri untuk berkomunikasi. Sepertinya Johann dan Mariel memang senang saling mengejek dan menggangu, sementara dirinya dan Ren lebih serius. Mereka tidak pernah saling menggoda dan mengganggu seperti Johann dan Mariel.     

"Pokoknya.. aku mau mengucapkan selamat sekali lagi untuk kalian berdua. Semoga pernikahan kalian langgeng dan punya banyak anak," kata Mariel sambil mengangkat gelas minumannya. Johann ikut mengangkat gelasnya, siap bersulang.     

Dengan ragu-ragu Fee mengikuti tindakan mereka dan mengangkat gelas wine-nya. Ia menoleh ke arah Ren. Pria itu mengangguk dan tersenyum.     

"Semoga pernikahan kami langgeng dan kami punya banyak anak. Terima kasih."     

Fee tersenyum tipis saat mendengar kata-kata Ren. Ia ingat Ren mengatakan bahwa mereka tidak boleh punya anak dulu hingga ia berhasil melepaskan diri dari statusnya dan kembali menjadi orang biasa. Selama ini juga Ren selalu menggunakan pengaman ketika mereka berhubungan intim untuk mencegah jangan sampai Fee hamil di luar rencana mereka.     

Tetapi barusan pria itu mengiyakan harapan Johann agar mereka punya banyak anak. Ini artinya, suatu hari nanti Ren memang ingin melihat ada anak di dalam keluarga mereka.     

Fee sungguh tidak sabar menunggu saat itu tiba.     

***     

Setelah Johann dan Mariel pamit, Ren dan Fee menghabiskan waktu mereka bersantai di penthouse dengan berenang, berbaring sambil membaca buku dan menonton film.     

"Sudah lama sekali aku tidak sesantai ini," komentar Ren sambil meletakkan bukunya di meja samping tempat tidur. Fee ada dalam pelukannya dan sedang membaca sebuah buku. Gadis itu menoleh ke arahnya dan menatap Ren dengan penuh perhatian.     

"Akhir-akhir ini kau selalu bisa tidur dengan baik. Aku sangat senang melihatnya. Aku pernah harus bergadang untuk belajar menghadapi ujian dan rasanya tubuhku menjadi gampang sakit ketika aku kurang tidur," kata gadis itu. "Aku tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya tidak bisa tidur untuk waktu yang lama sepertimu."     

"Yah... aku bisa tidur sejak bersamamu," kata Ren sambil mengangguk. "Karena itulah, aku merasa bahwa tidak ada wanita sepertimu yang membuatku merasa lebih baik. Sejak aku bersama denganmu.. aku bisa tidur dengan tenang, aku merasa lebih damai karena tidak selalu memikirkan begitu banyak hal di kepalaku."     

"Benarkah? Aku sangat senang mendengarnya." Fee merasa sangat bahagia mendengar kata-kata Ren. Pria itu membuatnya merasa sangat penting dan berharga. "Biasanya apa yang kau lakukan kalau kau tidak bisa tidur?"     

Ren mengangkat bahu. "Kalau aku tidak bisa tidur? Biasanya aku akan membuat rencana untuk menguasai dunia..."     

Fee tertawa mendengarnya. "Kau bisa melucu juga."     

"Aku senang kalau kau menganggapnya lucu," kata Ren. Ia menarik buku dari tangan Fee dan menaruhnya di atas bukunya di samping tempat tidur. Ia lalu memutar tubuh Fee agar menghadap ke arahnya. "Terima kasih kau telah datang dalam kehidupanku."     

Ucapan Ren itu keluar dengan nada yang sangat sungguh-sungguh. Fee mengerjap-kerjapkan matanya dan menatap Ren.     

"Kau yang datang ke Salzsee..." bisik gadis itu. "Aku tidak melakukan apa-apa. Kau yang datang menemuiku."     

"Hmm.. itu benar. Tetapi kau bersedia ikut denganku, walaupun kita belum lama kenal."     

Fee mengerti apa yang dimaksud Ren. Hubungan mereka memang termasuk baru, tetapi keduanya telah langsung memutuskan untuk menikah. Bagi orang kebanyakan, ini bukanlah hal yang lazim. Jangankan menikah dengan orang yang baru mereka temui, banyak wanita dan pria yang masih merasa betah untuk melajang hingga usia mereka di akhir 30-an.     

Apalagi di zaman modern ini, pernikahan semakin menjadi sesuatu hal yang dianggap tidak menarik bagi wanita. Jika mereka bisa mendapatkan segalanya, karier, uang, dan popularitas, banyak wanita memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak.     

"Aku juga tidak tahu..." Fee mengaku. "Tetapi.. saat kau memintaku menikah denganmu, dalam waktu yang begitu singkat, aku merasa tersentuh. Aku merasa bahwa kau adalah lelaki yang dapat dipercaya. Kau memberiku ketegasan dan kepastian. Kau sama sekali tidak menggunakanku hanya untuk seks, padahal kau bisa pergi begitu saja dan mencari wanita lain yang lebih berpendidikan, dari kalangan atas, dan seterusnya...."     

"Hmm... tidak ada yang bisa membeli kelas, Sayang. Kau mungkin bukan berasal dari keluarga kaya, tetapi kau memiliki keanggunan dan kelas seperti layaknya wanita dari kalangan terpandang. Aku tidak akan cocok berhubungan dengan wanita biasa..." komentar Ren. "Mungkin kau tidak menyadari ini... tetapi aku ini sangat pintar. Aku sudah bertemu begitu banyak orang di dunia ini, dan hanya sedikit yang dapat mengimbangiku saat bercakap-cakap. Menurutku kau ini sangat cerdas, dan aku merasa bahwa kita sangat seimbang dan saling mengisi."     

Fee tertegun mendengar kata-kata Ren. Pria genius ini mengatakan bahwa Fee juga sangat cerdas? Benarkah itu?     

"Kau tidak percaya? Kau bisa beberapa bahasa, kau juga bisa mengimbangi semua topik pembicaraan kami saat makan siang tadi. Johann dan Mariel juga mengatakan kepadaku bahwa kau ini sangat mengesankan. Aku tidak berbohong kepadamu..." kata Ren. "Kau sangat cerdas, dan kau tahu? Cerdas itu sangat seksi..."     

Setelah berkata demikian, ia menarik kepala Fee mendekat dan segera mendaratkan ciuman mesra ke bibir gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.