The Alchemists: Cinta Abadi

Seperti Apakah Hubungan Kita Sekarang?



Seperti Apakah Hubungan Kita Sekarang?

0Fee bangun keesokan paginya ketika burung-burung bernyanyi di luar jendelanya. Ia menggeliatkan tubuhnya dan seketika merasa ada tubuh seseorang di sampingnya yang tidur memeluknya. Dengan kaget ia membuka mata dan segera menoleh ke samping.     

Fee mendesah kaget saat menyadari Ren tidur di sampingnya. Pria itu tampak begitu nyaman menyusupkan kepalanya ke dada Fee, dan napasnya terlihat begitu halus. Gadis itu bisa merasakan bahwa Ren tidur dengan begitu damai. Sesaat Fee tertegun dan tidak berani bergerak.     

Ia sudah mengetahui betapa sulitnya bagi Ren untuk bisa tidur. Saat makan siang kemarin, Linda telah mengatakan bahwa Ren sama sekali belum tidur sejak ia kembali dari Salzsee. Memikirkan ini membuat Fee merasa tidak enak kalau sampai ia bergerak bangun dan turun dari tempat tidur.     

Ia akhirnya kembali memejamkan mata dan berusaha menghalau berbagai pikiran yang membuat kepalanya pusing. Saat ini, yang terpenting adalah membiarkan Ren mendapatkan istirahatnya.     

"Hmm... selamat pagi." Setengah jam kemudian Ren membuka matanya dan menyapa Fee. Gadis itu juga membuka mata dan menatap pria yang ada di sampingnya itu dengan mata dikerjap-kerjapkan.      

"Selamat pagi," Fee menyapa balik.     

"Sekarang sudah jam..." Ren mengangkat tangannya untuk melihat waktu dan mengerutkan kening. "Wah.. aku sudah tidur lebih dari delapan jam. Ini hebat sekali..."     

Fee sangat senang mendengarnya. Ia bangun dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya yang kusut. "Kau pulang jam berapa kemarin?"     

"Sekitar jam 10. Kau masih ada di perpustakaan. Aku membawamu kemari.. tetapi akhirnya aku malah ikut ketiduran." Ren juga bangun dari tidurnya dan duduk menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Maaf."     

Fee buru-buru menggeleng. "Tidak usah minta maaf. Ini rumahmu..."     

"Bukan begitu. Kau di sini adalah tamu. Tentu kau berhak atas privasimu di ruanganmu sendiri." Pria itu tampak agak malu karena telah menyusup tidur bersama Fee tanpa izin. "Aku seharusnya tidak boleh masuk begitu saja. Tadi malam itu adalah kesalahan. Kumohon maafkan aku."     

Ia lalu turun dari tempat tidur dan mengenakan sepatunya. Penampilan Ren pagi ini terlihat sangat segar dan membuat Fee tertegun sesaat saat memandangnya. Ahh.. Ren memang sangat tampan, pikirnya.     

"Aku tidak keberatan, kalau itu bisa membantumu tidur dengan baik..." kata Fee dengan malu-malu. Wajahnya seketika merona sangat merah dan tanpa sadar gadis itu membuang muka untuk menyembunyikan perasaannya.     

Ren menatap Fee agak lama. Ekspresinya tampak rumit dan ia seperti memikirkan banyak hal berat di kepalanya.     

"Fee... apa yang harus kulakukan denganmu?" kata pria itu akhirnya. Ia lalu menggeleng-geleng pelan.     

Fee menoleh ke arah Ren saat mendengar kata-katanya. Ia tidak mengerti mengapa Ren berkata seperti itu.     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya gadis itu.     

"Kau mau tahu semuanya?" Ren tersenyum simpul. "Aku memikirkan kondisi pemanasan global yang semakin memburuk, aku memikirkan tentang penutupan konferensi nanti sore, aku juga memikirkan tentang mengapa kau membaca buku dalam lima bahasa berbeda..."     

"Eh.. dari mana kau tahu aku membaca buku dalam bahasa berbeda?" tanya Fee keheranan.      

Ia sama sekali tidak memberi tahu Ren tentang hal itu.     

"Aku melihat buku-buku yang kau baca di perpustakaan kemarin saat aku membawamu kemari. Linda bilang tidak ada orang lain di perpustakaan selain dirimu..." jawab Ren. "Apakah kau mengerti isi semua buku itu?"     

Fee mengangguk. "Aku juga tidak mengerti. Ternyata aku mengerti bahasa Rumania dan Italia juga.. Aku tidak ingat pernah belajar bahasa asing sebelumnya. Mungkin saat aku masih kecil, orang tuaku pernah membawaku tinggal di sana."     

"Hmm.. mungkin saja. Kedua bahasa itu tidak umum. Orang lebih cenderung belajar bahasa China atau Jepang daripada bahasa Rumania. Maka aku merasa keheranan melihatmu tidur di perpustakaan dengan dikelilingi buku-buku asing..." kata Ren.     

"Kau sendiri.. apakah kau bisa bahasa Rumania dan Italia?" tanya Fee kemudian.     

"Hmm.. bahasa Rumania? Tidak. Itu cukup spesifik dan aku tidak pernah mempelajarinya. Tetapi aku bisa bahasa Italia, Spanyol dan Portugis.. mereka cukup mirip," jawab Ren. "Aku bisa sepuluh bahasa."     

"Oh.. hebat sekali." Fee menatap Ren dengan pandangan kagum yang kentara. "Kau menyukai bahasa asing?"     

"Aku menyukai ilmu pengetahuan," jawab Ren. "Aku selalu belajar apa pun yang bisa memberiku pengetahuan tentang dunia dan segala isinya. Budaya dan bahasa adalah bagian dari aspek kehidupan manusia di dunia.. maka tentu saja aku juga mempelajarinya."     

"Kau pandai sekali..." puji Fee kagum. Ia ingat berdasarkan informasi yang diperolehnya, Ren adalah seorang pria genius yang sudah memperoleh dua gelar Master dan satu gelar doktor saat usianya baru menginjak 20 tahun.     

Ia juga pernah mengajar di universitas dan bahkan memimpin sebuah inisiatif program eksplorasi angkasa tingkat dunia beberapa tahun yang lalu, sebelum ia terpaksa mengundurkan diri dan pulang ke Moravia karena sepupunya meninggal dunia karena penyakit jantung, dan kerajaan Moravia tidak lagi memiliki pewaris laki-laki selain dirinya.     

"Kau juga pandai," kata Ren. "Aku sangat jarang bertemu orang yang menguasai lima bahasa sekaligus."     

Fee seketika terdiam. Ia memang sepertinya menguasai beberapa bahasa, tetapi itu bukanlah hal yang istimewa kalau memang dulu orang tuanya pernah membawanya tinggal di beberapa negara tersebut.     

Yang terpenting sekarang adalah statusnya sebagai seorang gadis desa yang hanya merupakan seorang lulusan SMA. Ia tak dapat dibandingkan dengan Ren yang memiliki pendidikan sangat tinggi. Ia merasa tidak ada apa-apanya dengan pemuda itu.     

Perasaan rendah diri kembali menyelinap ke dalam hatinya dan gadis itu pun mendesah sedih.     

"Aku mau mandi dan bersiap-siap. Apakah kau mau sarapan bersamaku?" tanya Ren kemudian.      

Fee mengangguk. "Baiklah. Apakah kau harus menghadiri konferensi lagi hari ini?"     

Ren mengangguk. "Aku bisa melewatkan beberapa sesi, tetapi yang jelas aku harus menyampaikan pidato untuk menutup konferensi nanti sore."     

"Oh.. baiklah.."     

"Aku tidak akan mengganggumu lebih jauh," kata Ren kemudian. "Silakan bersiap-siap. Aku akan menunggumu di ruang makan."     

Pemuda itu mengangguk lalu melangkah keluar dari kamar Fee dengan kedua tangan di dalam saku. Ia tidak ingin mengganggu privasi Fee lebih jauh dan membiarkan gadis itu sendiri.     

Fee buru-buru turun dari tempat tidur dan mandi. Setelah selesai membasuh diri dan mencuci rambutnya, ia segera memilih gaun yang paling cantik dari walk-in closet. Penampilannya tampak begitu berbeda dari saat ia masih tinggal di desa.     

Fee masih tetap cantik seperti biasa, tetapi penampilannya yang dibalut seperangkat pakaian yang terlihat sangat mahal menjadi berkali-kali lipat lebih menarik. Ia tampak sangat anggun dan berkelas ketika ia melangkah masuk ke ruang makan dan menemui Ren.     

"Aku lupa bilang terima kasih atas semua pakaian yang kau belikan," kata gadis itu malu-malu.     

Ren menatap Fee dengan tidak berkedip selama beberapa saat dan kemudian ia tersenyum lebar dan mengangguk memberikan persetujuan.     

"Cantik sekali," pujinya. "Kau boleh memiliki semuanya. Aku harap kau menyukai mereka."     

"Oh.. aku suka sekali!" cetus Fee dengan penuh semangat. "Terima kasih. Kau punya selera bagus."     

"Hmm.. bukan aku yang memilihkannya. Semua itu diurus oleh Amelia," kata Ren sambil lalu. "Nanti kapan-kapan kau akan bertemu dengannya. Dia adalah sekretarisku. Dia yang mengurusi semua keperluan pribadiku."     

"Oh..." Fee seketika merasa ada perasaan tidak enak saat mendengar Ren menyebut nama seorang wanita lain di depannya. Ren mempunyai seorang sekretaris yang mengurusi hal pribadinya? Apakah mereka dekat?     

Entah kenapa saat itu Fee merasa sedikit cemburu. Ia tidak tahu kenapa ia merasa seperti itu. Bagaimanapun ia dan Ren tidak atau belum memiliki hubungan khusus...     

Tetapi, mereka telah tidur bersama, dan tadi malam juga Ren tidur di tempat tidurnya... apakah itu semua tidak ada artinya?     

Lalu.. bagaimana hubungannya dengan Ren sekarang? Seperti apakah hubungan yang ada di antara mereka ini..? Apakah Fee akan terus tinggal di sini? Apa yang akan terjadi selanjutnya?     

"Sepertinya kau banyak pikiran," tegur Ren. "Sebaiknya makan pagi dulu. Nanti setelah sarapan, kita akan membahas tentang urusan kita."     

Fee tertegun di tempatnya. Ren selalu seolah dapat membaca pikirannya.     

"Hm.. baiklah." Akhirnya gadis itu mengangguk dan duduk di samping Ren dan mulai menikmati sarapan yang disediakan juru masak untuk mereka. Keduanya lalu makan tanpa bicara apa-apa lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.