The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan Keluarga



Pertemuan Keluarga

0"Aku tidak tahu bahwa orang luar bisa menjadi  bagian dari kaum kalian,"  kata gadis  itu. Suaranya dipenuhi kelegaan dan rasa syukur. Ia sangat bahagia, karena itu berarti ia dan Nicolae serta anak mereka tidak akan terpisahkan lagi oleh apa pun.     

"Aku akan menceritakan lebih banyak tentang keluargaku dan lain-lainnya," kata Nicolae. "Tetapi sekarang kita makan malam dulu. Aku juga ingin mengajakmu bertemu keluargaku."     

Marie mengangguk. Dari sudut matanya ia juga telah melihat chef datang dari dapur dan dengan penuh hormat memberi tanda bahwa makan malam telah siap.     

Keduanya beranjak masuk dari teras ke dalam ruang makan. Nicolae menggendong Summer, sementara Marie menggandeng tangannya. Mereka lalu menghadapi hidangan istimewa yang telah dipersiapkan chef. Dua orang pelayan dengan sigap menyajikan menu demi menu bagi mereka bertiga dan melayani keluarga kecil itu makan dalam suasana yang begitu hangat.     

Mereka makan malam dengan romantis sambil bercakap-cakap tentang apa saja yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, dan bertukar berita. Marie sangat kagum ketika mendengar Nicolae sedang mengajar di universitas dan ia setuju untuk kembali bersama Nicolae ke New York setelah mereka menikah.     

Ia juga tidak sabar ingin segera bertemu langsung dengan Altair dan Vega, lalu Alaric dan Aleksis serta kedua anak mereka, dan Lauriel. Marie yang dulu sebatang kara dan hanya memiliki Summer dalam hidupnya, kini merasa begitu beruntung. Ia tiba-tiba memiliki suami dan keluarga besar yang sangat mengesankan.     

Setelah mereka selesai makan malam dan para pelayan membereskan semuanya, mereka bertiga kembali ke ruang keluarga yang luas di bagian tengah penthouse, dan Nicolae segera menyalakan akses Virconnect. Ia pertama-tama menghubungi Alaric di New York.     

Tidak lama kemudian ruangan di depannya berubah menjadi ruang tamu luas di mansion keluarga Alaric di Manhattan. Di sofa kulit besar di depan mereka duduklah Alaric dan Aleksis bersama kedua anak lelaki mereka. Wajah mereka berempat tampak sangat cerah begitu melihat Nicolae, Marie dan Summer.     

"Hallo, Nic!" sapa Aleksis dengan antusias. Ia segera bangkit dan mendekati Nicolae. Suaminya berdiri dan mengikutinya, dengan mesra lalu memeluk pinggangnya.      

"Nic," sapa Alaric.     

"Alaric, Aleksis... aku senang melihat kalian." Nicolae ikut berdiri dari kursinya dan menggandeng tangan Marie mendekati mereka. "Perkenalkan ini Marie. Dan ini Summer."     

"Ohhh... cantik sekaliiii.." Aleksis segera bersimpuh dan menatap Summer yang memandangnya dengan keheranan. "Astaga... Summer sungguh cantik dan menggemaskan. Ireland, Scotland.. kemarilah, Nak."     

Kedua bocah berusia enam tahun yang dipanggilnya segera datang mendekat. Mereka berdua mengamati Summer yang segera bersembunyi di balik tubuh ibunya karena malu.     

"Haiii, Summer. Namaku Ireland," kata Ireland dengan suara yang sangat ramah.     

Scotland mengangguk. "Kalau aku Scotland."     

Marie hanya memandangi orang-orang rupawan di depannya dengan ekspresi kaget. Ia sama sekali tidak menduga Alaric dan Aleksis tampak demikian mengesankan. Alaric tampak seperti masih berusia 25 tahun saja.. padahal ia sudah memiliki dua orang anak remaja berusia 16 tahun.      

Rasanya sangat sulit mempercayai bahwa pria ini sudah berusia 111 tahun, sama seperti Nicolae. Ia tampak muda sekali!     

Dah, ah.. inikah Aleksis itu? Pantas saja Nicolae dulu sangat mencintainya, pikir Marie.     

Aleksis tampak sangat cantik, seperti seorang putri. Tubuhnya bagaikan pahatan patung dewi Yunani dan kulitnya halus sempurna. Rambutnya yang berwarna madu tergerai indah hingga ke pinggangnya dan sepasang matanya yang unik, masing-masing memiliki dua warna, biru-hijau yang tampak bersinar dengan indah, menunjukkan kepribadiannya yang hangat dan menyenangkan.     

Walaupun Marie mengetahui bahwa dulu Nicolae mencintai Aleksis dan pernah hampir menikah dengannya, entah kenapa gadis itu sama sekali tidak merasa cemburu. Sebelum ia bertemu Aleksis, Marie sempat merasa sedikit tidak enak hati dan cemburu, membayangkan dulu Nicolae penah menjadi kekasih wanita itu.     

Tetapi, kini, saat melihat betapa Nicolae sangat memujanya dan Aleksis serta Alaric, suaminya, terlihat begitu mesra dan saling mencintai, semua perasaan itu hilang dan Marie sama sekali tidak merasa cemburu.     

Kini ia hanya melihat Aleksis seperti seorang saudara perempuan yang tak pernah dimilikinya.     

"Hallo.. namaku Marie," Akhirnya gadis itu menyapa Aleksis dengan suara merdunya. "Aku sudah banyak mendengar tentang kalian dari Nicolae."     

"Kami sangat senang bertemu denganmu," kata Alaric dengan sopan. "Namaku Alaric, aku adalah adik kembar Nic."     

"Nic sudah menceritakannya. Senang bertemu dengan kalian," kata Marie sambil tersenyum. "Aku pernah mendengar tentangmu sebelum ini. Aku tak pernah menyangka akan dapat bertemu kalian secara langsung."     

"Begitu kalian ke New York, kalian harus mampi ke rumah kami. Tentu Ireland dan Scotland akan sangat senang bisa bermain dengan Summer. Aku juga akan sangat senang bisa berbincang-bincang secara langsung," kata Aleksis dengan gembira. "Ahh.. kalian tampak sangat serasi. Kalian tidak tahu betapa aku sangat bahagia melihat kalian!"     

Kedua keluarga kecil itu bertukar cerita dan berbincang-bincang dengan sangat hangat. Marie sangat menyukai Aleksis yang ramah dan menyenangkan. Alaric jauh lebih pendiam dari Nicolae tetapi Marie bisa merasakan bahwa pria itu sangat menyayangi kakaknya dan tampak sangat bahagia untuknya. Ia bersikap sangat baik kepada Marie.     

"Astaga.. Summer sudah mulai mengantuk rupanya," kata Nicolae setengah jam kemudian. "Kalau begitu kita lanjutkan lagi mengobrolnya lain kali. Aku ingin memperkenalkannya kepada ayah dulu."     

Aleksis tampak kecewa karena ia sangat suka melihat Summer mengobrol dengan kedua anak lelakinya. Tetapi ia sadar, tentu Lauriel juga sangat ingin bertemu cucunya yang baru. Akhirnya ia mengalah dan mengangguk.     

"Tentu saja. Aku yakin Ayah akan sangat senang," kata Aleksis. "Sampaikan salamku untuk Ayah."     

"Baiklah. Sampai jumpa," kata Nicolae sebelum mematikan hubungan. Ia menoleh ke arah Marie dan Summer. "Sekarang kita akan bertemu ayahku."     

"Sampai jumpa," kata Marie sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Summer mengikuti gerakannya.     

Aleksis dan kedua anaknya ikut melambai, dan kemudian mereka menghilang. Nicolae segera menghubungi ayahnya dan memintanya menghubungi Virconnect di penthouse karena ia tidak tahu Lauriel sedang berada di mana.      

Tidak lama kemudian terlihat ruang di depan mereka berubah menjadi sebuah teras cantik dengan pantai di latar belakangnya. Rupanya Lauriel sedang berada di Asia kalau melihat suasana di sekitarnya yang masih terang siang hari.     

"Ayah..." sapa Nicolae sambil tersenyum. Ia menduga Lauriel sedang menghabiskan waktu di Asia lagi, seperti yang akhir-akhir ini sering dilakukannya. Keluarganya tahu Rosalien tinggal di China dan mereka menduga pria itu banyak menghabiskan waktu bersamanya.     

Hingga kini, enam tahun kemudian, Lauriel masih tidak memberi pernyataan jelas tentang hubungannya dengan Rosalien.     

Sahabatnya, Caspar dan anak-anaknya tidak berani menanyakan apa status hubungannya dengan gadis itu karena mereka tahu Lauriel sangat tertutup. Mereka hanya bisa menunggu sampai pria itu sendiri yang menjelaskan kepada mereka.     

"Nicolae," sapa Lauriel dengan wajah yang kini dihiasi senyum. Pria itu sangat jarang tersenyum dan cenderung bersikap dingin. Tetapi hari ini, ekspresinya tampak cerah dan ramah. Ia menatap lurus ke arah Marie dan memiringkan sedikit kepalanya dan kemudian menyapa gadis itu. "Marie. Senang bertemu denganmu. Selamat datang di keluarga kami."     

Marie hanya bisa terpana di tempatnya. Ia tak mengerti bagaimana bisa ada seorang manusia yang berumur hampir 600 tahun tampak semuda dan setampan ini?     

Wajah dan penampilan Lauriel sangat mirip Nicolae, sehingga Marie dapat yakin bahwa memang pria mengesankan di depannya ini adalah ayah Nicolae. Perbedaan yang sangat kentara adalah sikap dan pembawaan mereka. Kalau Nicolae tampak hangat dan ramah, Lauriel tampak dingin dan agak menakutkan.     

Walaupun kini ia sedang tersenyum, ada sesuatu dalam matanya yang membuat Marie menjadi sedikit jerih. Ia segera teringat pada Alaric yang baru tadi ia temui. Mungkin memang Nicolae mewarisi wajah ayahnya, tetapi sifat-sifat Lauriel tampaknya menurun pada Alaric.     

Lauriel juga tampak sangat elegan, walaupun pakaiannya sederhana, ia terlihat seperti seorang bangsawan. Hanya rambut pirangnya yang panjang yang dibiarkan acak-acakan, tidak seperti Nicolae yang berpakaian cuek tetapi selalu mengikat rambutnya dengan rapi.     

"Selamat siang, Paman.. aku senang bertemu denganmu," kata Marie kemudian, ketika ia akhirnya menemukan suaranya.     

"Panggil saja aku Ayah," kata Lauriel dengan ramah. Pandangannya kemudian beralih pada Summer yang berdiri menatapnya dengan ekspresi penuh pertanyaan. Lauriel lalu bangkit dan menghampiri Summer. Wajahnya seketika berubah menjadi seperti malaikat. "Nikita Summer Sorin Medici... Kakek sangat merindukanmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.