The Alchemists: Cinta Abadi

Kejutan Demi Kejutan Untuk Marie



Kejutan Demi Kejutan Untuk Marie

0"Ahh... kau bercanda lagi," cetus Marie sambil memukul bahu Nicolae. Wajahnya dipenuhi senyum saat ia menggeleng-geleng.     

Namun setelah melihat wajah Nicolae yang serius, gadis itu mengerutkan keningnya dan senyumnya pelan-pelan memudar, berganti dengan ekspresi shock dan keheranan.     

"Aku sungguh-sungguh," kata Nicolae dengan suara kalem. "Sudah kubilang, ada begitu banyak kejutan yang akan kusampaikan kepadamu.. Kuharap kau tidak lelah karenanya."     

"Aku tidak mengerti," Marie mengaku. "Tiba-tiba aku merasa bodoh."     

"Tidak, Sayang... jangan berpikir seperti itu." Nicolae menggenggam tangan Marie dan mengusapnya. "Kau sangat pintar dan aku sungguh kagum kepadamu. Marion memang bukan orang biasa. Dia adalah seorang Alchemist. Kaum alchemist bisa hidup abadi, karena tubuh mereka sempurna dan mereka tidak menua."     

Di titik ini Marie sudah yakin bahwa Nicolae tidak bercanda. Namun demikian, sangat sulit baginya untuk mempercayai ucapan Nicolae barusan. Orang yang bisa hidup abadi? Marion berusia 165 tahun? Bagaimana bisa?     

Nicolae lalu menceritakan sedikit sejarah kaumnya, dan tentang rahasia keluarga Schneider kepada Marie secara perlahan-lahan, agar gadis itu tidak terlalu shock. Selama beberapa menit Marie tampak menekap bibirnya saat ia berkali-kali mengeluarkan suara kaget dan desahan tertahan.     

"Astaga... ini... ini sangat mengejutkan," bisik gadis itu akhirnya.     

"Ayahku, Lauriel Medici, saat ini adalah Alchemist tertua di dunia. Ia berumur hampir 600 tahun. Ia tidak menyukai keramaian dan sangat suka menyendiri. Saat ini ia sedang berkeliling dunia, aku tidak selalu tahu ia berada di mana. Tetapi malam ini ia akan menyempatkan diri untuk bertemu denganmu lewat Virconnect." Nicolae menjelaskan tentang keluarganya sendiri, dan bagaimana ibunya meninggal saat melahirkannya. Lalu ia terpisah dengan adik dan ayahnya selama lebih dari satu abad.     

Marie tampak sangat bersimpati mendengar kisah sedih keluarga Nicolae. Ia memeluk pria itu dengan haru saat Nicolae menceritakan kepadanya tentang pertemuannya dengan ayahnya, 17 tahun yang lalu. Seketika Marie dapat mengerti apa yang dirasakan Nicolae dan ayahnya.     

Tentu tidak berbeda dengan apa yang mereka rasakan sekarang. Bertemu kembali dengan orang yang dikasihi setelah mengira mereka meninggal. Hanya mereka yang mengerti rasanya...     

"Aku sangat senang kau bertemu kembali dengan ayahmu," bisik Marie. "Aku turut berduka atas kematian ibumu... Pasti rasanya sangat sedih."     

Nicolae mengangguk dan mengusap rambut Marie yang memeluknya. Dadanya dipenuhi rasa hangat dan damai yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.     

Sungguh indah rasanya memiliki orang untuk diajak berbagi mengenai semua yang ia rasakan. Alaric memiliki Aleksis, Lauriel sepertinya sekarang sudah bersama Rosalien... dan kini Nicolae memiliki Marie yang mengerti dirinya dan menghiburnya saat ia merasakan kesedihan.     

Nicolae merasa sangat bersyukur!     

"Terima kasih, Sayang. Kami semua sekarang sudah merelakan ibu dan melanjutkan hidup. Setelah aku bertemu ayahku, semua pertanyaan yang membuatku bingung tentang siapa diriku sebenarnya akhirnya terjawab. Aku sangat senang bisa bertemu dengan kaumku, orang-orang yang seperti diriku. Sepuluh tahun kemudian, kami juga akhirnya mengetahui bahwa Alaric Rhionen, pendiri Rhionen Industries adalah adikku yang hilang," Nicolae menarik tubuh Marie agar duduk di pangkuannya dan ia menjelaskan lebih lengkap tentang apa yang terjadi.     

"Apakah Rhionen yang kau maksud itu ada hubungannya dengan Rhionen Assasins?" tanya Marie sambil mengerutkan kening. Sebagai orang yang banyak berkecimpung di dunia hitam, ia pernah mendengar tentang kelompok assassin legendaris itu, yang kini telah menghilang dan tak pernah terdengar kabarnya lagi. "Namanya cukup serupa."     

"Benar. Adikku adalah pendiri Rhionen Assasins, sebelum ia mendirikan grup Rhionen Industries. Ia mengalami kesalahpahaman dengan ayah dan Paman Caspar dan mereka memburunya sehingga ia tertembak dan hampir mati. Setelah kematiannya diumumkan, ia mengalami koma selama bertahun-tahun dan kemudian saat ia kembali ia mengambil identitas baru sebagai Elios Linden. Itulah sebabnya latar belakang Elios Linden dianggap sangat misterius."     

"Aku tidak mengira kalian semua berhubungan... Ini sangat mengejutkan," kata Marie sambil menatap Nicolae dalam-dalam. Rasanya kejutan demi kejutan tak pernah berhenti diterimanya hari ini. "Kalau begitu, apakah Elios Linden memiliki penampilan yang mirip denganmu?"     

"Benar. Kami bukan kembar identik, tetapi bisa dibilang secara fisik kami sangat mirip. Hanya rambutnya yang berwarna sangat terang dan matanya berwarna ungu, ia mewarisi penampilan ibu kami. Warna ungu adalah ciri keluarga Linden," Nicolae mengerling ke arah Summer. "Summer mewarisi mata ibuku."     

"Oh..." Marie ikut memperhatikan Summer yang sedang bermain dengan Koi dan baru menyadari bahwa Nicolae benar. Selama ini ia tidak dapat mengerti mengapa Summer memiliki warna mata yang begitu unik. Seingatnya di keturunan keluarganya tidak ada yang memiliki warna mata seperti itu. Ia juga ingat bahwa warna mata Nicolae adalah biru, bukan ungu...     

Lalu dari mana datangnya warna ungu itu?     

Barulah kini pertanyaannya terjawab. Ternyata keluarga Linden.     

Sepertinya keluarga Nicolae memang sangat unik dan penuh kejutan.     

"Aku senang karena Summer memiliki mata ibumu," kata Marie sambil tersenyum.     

"Aku juga," balas Nicolae. "Ia memiliki wajahmu... tetapi aku dapat melihat mata ibuku padanya. Aku pernah melihat wajah ibuku tahun lalu, saat Ayah membagikan kenangannya tentang ibu, lewat Holodeck. Saat aku melihat Summer, aku seolah melihat ekspresi dan sorot mata Ibu. Summer membuatku sangat bahagia..."     

Marie mengalungkan lengannya ke leher Nicolae dan mengambil inisiatif menciumnya.     

"Aku bahagia kalau kau bahagia..."     

Mereka berciuman beberapa lama. Ketika akhirnya Marie melepaskan diri, wajah mereka masih sangat dekat dari satu sama lain, hingga hidung keduanya hampir bersentuhan.     

"Setelah kita makan malam, aku akan memperkenalkan Alaric dan ayahku kepadamu. Mereka sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu," kata Nicolae dengan lembut. "Setelah itu kita harus mempersiapkan pernikahan. Apakah kau sudah pernah ke Italia?"     

Marie menundukkan wajahnya dan tampak tersipu-sipu. "Sudah, tetapi aku sangat ingin ke sana bersamamu."     

"Kau akan suka Grosetto di musim panas."     

"Aku akan suka di mana pun itu, asal bersamamu," kata Marie pelan. Wajahnya tampak semakin merah.     

Mendengar pengakuan Marie yang diucapkannya dengan malu-malu, Nicolae tersenyum lebar. Ia menyentuh dagu Marie dan kembali menciumnya.     

Sungguh, rasanya ia tak akan pernah puas menciumi gadis ini dan menghabiskan waktu bersamanya. Setiap detik mereka bersama, hatinya dipenuhi rasa bahagia yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.     

Ia seolah melangkah di atas awan dan sekelilingnya selalu terasa nyaman dan menyenangkan. Ia tidak tahu bahwa jatuh cinta bisa begini manis. Ia bahkan tidak merasa seperti ini saat ia bersama Aleksis dulu.     

Apakah ini berarti ia baru sungguh-sungguh jatuh cinta sekarang?     

"Jadi.. sebenarnya berapa umurmu sekarang?" tanya Marie kemudian.     

Nicolae terdiam sejenak sebelum menjawab. "Apakah kau keberatan menikah dengan seorang lelaki yang jauh lebih tua?"     

Marie menggeleng. "Aku menyukai lelaki yang dewasa. Aku mencintaimu dan tidak peduli berapa umurmu..."     

"Ahh.. syukurlah," Nicolae menarik napas lega. "Tahun ini aku akan berusia 111 tahun."     

"Angka cantik," komentar Marie sambil tersenyum. "Aku suka."     

"Ahh.. syukurlah..." Nicolae tampak sangat senang mendengarnya. "Aku tak sabar menghabiskan seumur hidupku bersamamu. Aku mau hidup selamanya denganmu..."     

"Eh.. selamanya?" Tiba-tiba wajah Marie berubah menjadi murung, dan matanya kemudian menjadi berkaca-kaca.      

"Kenapa kau menjadi sedih?" tanya Nicolae. Hatinya seketika menjadi sangat kuatir melihat ekspresi Marie.     

Apakah Marie tidak mau hidup selamanya bersamanya?     

Marie menggeleng-geleng sedih. "Aku... aku ingin hidup selamanya denganmu... hiks... tetapi, kau manusia abadi, sedangkan aku tidak... Aku sedih, karena suatu hari nanti aku akan meninggalkanmu..."     

Nicolae terkesiap. Ia lupa bahwa ia belum memberi tahu Marie bahwa manusia bisa yang menikah dengan anggota klan Alchemist akan dapat memperoleh ramuan keabadian agar mereka juga bisa menjadi abadi.     

Tentu saja Marie sedih dan mengira bahwa suatu hari nanti mereka akan dipisahkan oleh kematian.      

Ia buru-buru mengeratkan pelukannya pada Marie yang ada di pangkuannya dan mencium puncak kepala gadis itu.     

"Tidak... Marie sayang.. Kita tidak akan dipisahkan oleh kematian. Aku hanya ingin hidup selamanya bersamamu." Ia tersenyum menenangkan. "Setelah kita menikah, kau akan memperoleh ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan. Kau dan Summer. Setelah meminumnya, kau dan anak kita juga akan menjadi bagian dari klan Alchemist. Kalian tidak akan menua, dan menjadi sama sepertiku. Kita akan hidup bahagia selamanya..."     

Marie menekap bibirnya sambil mendesah kaget. Ia sama sekali tidak menduga hal ini.     

"Be... benarkah?" tanyanya pelan.     

Nicolae mengangguk. "Aku mengatakan yang sesungguhnya."     

Marie tampak lega sekali. Pelan-pelan wajahnya segera dihiasi senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.