The Alchemists: Cinta Abadi

Membuka Rahasia



Membuka Rahasia

3Nicolae hanya tersenyum mendengar antusiasme adiknya. Ia mengangguk-angguk sendiri, walaupun Alaric tak dapat melihatnya.     

"Aku berniat mengadakan pernikahan secepatnya. Menurutmu itu bisa dilakukan?" tanyanya kemudian.     

"Tentu saja. Kau mau menikah di mana? Kastil di Targu Mures cukup besar. Kalian juga bisa ke istana ibu di Yorkshire. Kalau kau mau sepertiku dan Aleksis, kalian bisa menikah di Grosetto," kata Alaric. "Dan yang terpenting, kalian mau tinggal di mana setelah menikah?"     

"Pertanyaan bagus," kata Nicolae. "Aku bisa tinggal di mana pun yang Marie inginkan. Aku akan membicarakan ini dengannya. Kalau ia tidak keberatan, aku mau tinggal setahun lagi di New York untuk menyelesaikan pekerjaanku di universitas sambil menunggu anak-anak lulus SMA. Setelah itu, terserah mereka mau kuliah di mana. Kau dan Aleksis juga tentu menyesuaikan dengan keinginan mereka, kan?"     

"Oh...  ya, benar juga. Anak-anak sudah tahu kau bertemu Marie?" tanya Alaric lagi.     

"Belum. Mereka sedang sibuk karyawisata. Aku akan menelepon Altair dan Vega malam ini untuk memberi tahu mereka bahwa aku tidak bisa ikut ke Bordeaux. Besok aku akan menjelaskan dengan lebih detail tentang semuanya," Nicolae tahu ia perlu mempersiapkan dengan baik untuk memberi kabar ini kepada Altair dan Vega. Mereka pasti akan sangat terkejut. Mereka akan turut bahagia untuknya, tetapi pada saat yang sama, mereka pasti akan kaget. "Oh, ya... kau sudah meminta MIscha untuk mampir ke Bordeaux?"     

"Ia akan ke sana besok. Mischa bilang dia bertemu Vega di lift? Apa kau tahu itu?" tanya Alaric. "Lucu sekali. Mischa tidak mengenalinya, Vega juga tidak tahu Mischa seperti apa, kan? Mischa baru mengetahui itu anakku setelah ia bertemu denganmu kemarin."     

"Yah, mereka memang belum pernah bertemu sebelumnya," komentar Nicolae, "Tidak dapat disalahkan. Tapi aku sangat senang ada Mischa yang bisa mengawasi anak-anak. Mereka pasti akan aman."     

"Aku pikir juga begitu. Aku senang tidak perlu merepotkanmu terus. Kurasa kau benar-benar perlu waktu personal dengan keluargamu sendiri," Alaric terdengar sangat senang untuk kakaknya. "Aku akan memberi tahu Aleksis kabar gembira ini."     

"Terima kasih. Aku nanti  hubungi kalian lewat Virconnect dua jam lagi setelah makan malam, ya..." kata Nicolae dengan penuh semangat.     

"Tentu saja. Kami juga mau makan siang dulu."     

Karena perbedaan waktu antara Paris dan New York, saat Nicolae bersiap makan malam di Prancis, Alaric, Aleksis, dan Ireland serta Scotland justru sedang bersiap untuk makan siang.      

Setelah menutup teleponnya dari Alaric, Nicolae segera menelepon Lauriel. Ia juga ingin mempertemukan ayahnya dengan Marie dan Summer. Ia yakin Lauriel akan sangat bahagia mendengar kabar ini.     

TOK      

TOK     

Nicolae mendengar bunyi pintu depan diketuk. Ia segera membukakan pintu penthouse bagi para chef dan pelayan yang datang untuk menyiapkan makan malam istimewa untuknya dan keluarga kecilnya. Setelah mempersilakan mereka bekerja di dapur, Nicolae kembali menelepon ayahnya.     

"Hei, Nic.. Apa kabar?" Terdengar suara Lauriel di ujung telepon. Ada suara deru ombak di belakang ayahnya dan membuat Nicolae penasaran, di mana kira-kira ayahnya berada.     

"Hallo, Ayah. Aku punya kabar penting," kata Nicolae. "Apakah Ayah bisa mengobrol dua jam lagi? Aku ingin memperkenalkan Marie dan Summer kepadamu dan Alaric."     

"Marie dan Summer? Siapa mereka?" tanya Lauriel keheranan. "Tentu saja. Ayah sedang tidak sibuk."     

"Istri dan anakku, Ayah!" kata Nicolae dengan antusias. "Aku berhasil menemukan mereka. Ternyata Marie belum meninggal. Anakku juga. Ia sengaja memalsukan kematiannya dan pindah ke Paris. Ternyata aku salah selama ini... Keluargaku masih hidup, Ayah..."     

Untuk sesaat tidak terdengar suara Nicolae di ujung telepon. Pria itu terdiam. Ia sangat terharu dan tidak dapat berkata-kata.     

"Ayah sangat senang mendengarnya," Setelah beberapa lama, barulah terdengar balasan Lauriel. Suaranya agak serak karena ia menahan haru. "Ayah tidak sabar ingin bertemu mereka."     

"Aku sangat bahagia, Ayah..." kata Nicolae dengan suara dipenuhi keharuan. Ia mengerti perasaan ayahnya. Mereka berdua memiliki nasib yang mirip. Mereka mengira wanita yang mereka cintai meninggal bersama anak mereka dan Nicolae maupun Lauriel sama-sama menyimpan perasaan bersalah.     

Untung bagi Nicolae, ternyata Marie sebenarnya masih hidup dan mereka hanya berpisah selama enam tahun, dan ia kembali bertemu gadis itu dengan bonus Summer, anak mereka yang telah tumbuh menjadi seorang anak yang sangat cantik.     

Sementara Lauriel harus menyimpan duka selama lebih dari seratus tahun, dan hingga akhir tentu saja luka hatinya tidak terobati, karena Luna memang benar-benar meninggal. Perlu waktu lebih dari seratus tahun bagi Lauriel untuk bisa merelakan kekasih hatinya... dan kini akhirnya bisa menemukan cinta yang baru.     

"Aku ingin meresmikan pernikahanku dan Marie secepatnya, Ayah..." kata Nicolae kemudian. "Aku berpikir untuk mengadakannya di Grosetto pada musim panas ini. Apakah menurut ayah hal itu bisa dilakukan?"     

"Tentu saja. Aku akan bicara dengan Luca agar mempersiapkan semuanya." Lauriel terdiam sesaat dan kemudian melanjutkan dengan nada lebih gembira. "Ayah turut bahagia untukmu."     

"Terima kasih, Ayah.. Malam ini aku akan memberi tahu Marie tentang keluarga kita, lalu melamarnya dengan semestinya. Setelah itu aku ingin memperkenalkannya secara resmi kepada Ayah dan juga Alaric."     

"Bagus sekali. Ayah tunggu," kata Lauriel kemudian.     

"Terima kasih."     

Nicolae menutup telepon dan menyimpan ponselnya di kamar. Ia segera menuju ke kamar Summer untuk menemui Marie dan anak mereka. Di sana ia melihat Marie sedang mengeringkan rambut Summer dan menyisirnya.     

Anak perempuannya mengenakan salah satu gaun yang dibeli Nicolae dari marketplace waktu itu. Sungguh anak perempuan yang sangat sempurna, pikir Nicolae. Pemandangan indah ibu dan anak di depannya sesaat membuatnya terpana.      

"Hei.. kau di sini," sapa Marie saat menyadari kehadiran Nicolae di kamar. "Kami sudah siap."     

"Ayo kita ke teras sambil menunggu makanan disiapkan. Aku ingin kita menikmati matahari terbenam bersama-sama." Nicolae menggandeng Marie dan Summer lalu berjalan menuju teras luar yang terletak dekat dengan ruang makan.     

Chef dan dua pelayan yang sedang menyiapkan makanan keluarga kecil itu mengangguk hormat ketika melihat mereka lewat. Nicolae balas mengangguk ke arah mereka.     

"Aku masih tak percaya kita mengundang chef untuk memasak makan malam," komentar Marie sambil melirik ke arah dapur.     

Nicolae hanya tertawa mendengarnya. "Masih ada sangat banyak hal yang akan membuatmu heran. Kuharap kau tidak akan lelah mendengarnya."     

"Seperti apa?" tanya Marie penasaran. "Aku sudah tahu bahwa ternyata kau adalah Wolf, lalu adikmu ternyata adalah Elios Linden, Altair dan Vega adalah keponakan sekaligus anak-anak angkatmu... Hmm. apalagi ya?'     

"Jangan lupa, aku juga seorang dokter," kata Nicolae.     

"Ohh.. aku kira kau hanya bercanda!" seru Marie dengan sepasang mata membulat. "Jadi itu sungguhan?"     

Nicolae mengangguk. "Benar. Aku adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam, tetapi aku sudah lama tidak praktik."     

"Astaga..." Marie menatap Nicolae keheranan. "Aku tidak menyangka bahwa hal itu benar..."     

"Yah.. ayah angkatku adalah dokter, jadi aku hanya mengikuti jejaknya." Nicolae menjelaskan.     

"Ayah angkat? Kau memangnya punya berapa ayah? Apakah beliau yang akan kita temui nanti?" tanya Maarie penasaran.     

"Bukan. Nanti kau akan bertemu ayah kandungku. Ia bukan seorang dokter, tetapi ia sangat ahli tentang racun dan obat-obatan. Bisa dibilang, ia adalah ahli botani terbaik di dunia saat ini."     

"Astaga... keluargamu sungguh luar biasa," komentar Marie.     

"Saat ini di dalam keluargaku, hanya ada tiga orang, yaitu ayahku dan aku beserta adikku. Tetapi adikku menikah dengan putri keluarga Schneider, sehingga kami menjadi keluarga besar. Keluarga Schneider sendiri kebetulan memiliki kekerabatan yang cukup luas. Kau tahu Terrence Chan, President Schneider Group?" Nicolae menatap Marie dengan penuh perhatian.      

Ia ingin menceritakan tentang dirinya kepada gadis itu pelan-pelan. Dimulai dari rahasia yang paling tidak mengejutkan.     

"Ya, aku tahu. Terrence Chan cukup terkenal. Ia memenangkan penghargaan eksekutif di majalah bisnis terkemuka selama beberapa tahun berturut-turut," kata Marie. "Kalau tidak salah ia adalah anak angkat keluarga Schneider, bukan?"     

"Semacam itulah. Ia adalah anak biologis Finland Schneider dari hasil mendonorkan sel telurnya puluhan tahun lalu, saat ia masih kuliah, bersama sahabatnya Jean Pierre Wang, yang merupakan bintang film terkenal dan baru pensiun sepuluh tahun lalu. Jean mendonorkan sel spermanya yang bersama sel telur Finland menjadi embryo, yang kemudian dilahirkan oleh suami istri Chan, orang tua kandung Terry."     

"Ha? Tidak mungkin! Jadi Terrence Chan itu adalah anak biologis Jean dan nyonya Schneider?" Marie sangat terkejut mendengar cerita Nicolae. "Ini sangat mengejutkan..."     

Nicolae tersenyum melihat ekspresi kaget Marie. Ia lalu melanjutkan penjelasannya. "Jean kemudian menikah dengan Marion. Kau tadi siang sudah bertemu istrinya. Makanya tadi Marion mengatakan bahwa kami adalah keluarga. Kami memang masih memiliki hubungan kekerabatan lewat keluarga Scneider. Adikku Alaric, atau Elios Linden, menikah dengan adik Terry, yang merupakan anak biologis Jean, suami Marion."     

"Sebentar... bukankah Marion itu masih sangat muda? Jadi Jean menikah dengan gadis yang jauh lebih muda darinya? Kalau kulihat-lihat Marion itu bahkan lebih muda dari Terrence Chan," tukas Marie. "Apakah Jean memang orang yang seperti itu? Kalau tidak salah dia pasti sekarang sudah berumur 60 tahunan. Astaga... menikah dengan gadis yang begitu muda."     

Nicolae hampir tertawa gelak-gelak mendengar komentar Marie.     

Kalau Jean yang baru berusia 64 tahun dianggap keterlaluan karena menikah dengan wanita yang terlihat lebih muda... Nicolae tak dapat membayangkan bagaimana pendapat Marie saat mengetahui Nicolae sendiri sudah berumur 111 tahun dan sekarang ingin menikah dengannya.     

Haha..     

"Kau salah," kata pemuda itu dengan sabar. "Sebenarnya Marion yang lebih tua. Umurnya sekarang sudah 165 tahun. Ia lebih tua seratus tahun daripada Jean."     

Sepasang mata Marie tampak membulat besar sekali. Ia tidak percaya pada pendengarannya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.