The Alchemists: Cinta Abadi

Ayah Dan Anak



Ayah Dan Anak

0Nicolae diam di sepanjang perjalanan pulang ke Hotel Nobel. Summer yang melihat perubahan sikapnya hanya bisa mengerutkan kening keheranan.     

"Paman... apakah Paman marah kepadaku?" tanya Summer dengan suara bocahnya yang menggemaskan.      

Nicolae seketika tergugah dari lamunannya dan menoleh ke arah Summer yang duduk di sampingnya di dalam taksi. Ia menatap anak itu dalam-dalam dan memasang senyum manis di wajahnya.     

"Sama sekali tidak. Paman hanya sedang memikirkan sesuatu," kata Nicolae. Ia kemudian menyadari bahwa sikap diamnya telah membuat Summer merasa tidak enak. Karena itu, untuk mencairkan suasana ia memutuskan untuk mengajak anak itu makan es krim. "Kau suka es krim? Mau mampir di kedai es krim dan berjalan-jalan?"     

Bekas lecet di tangan dan kaki Summer telah sembuh sama sekali dan kini anak itu tampak sudah baik-baik saja. Sepasang mata peach-nya menatap Nicolae dengan kilau berbinar-binar saat ia mengangguk gembira.     

"Aku mauuuu...!!"     

"Wahh.. kau bersemangat sekali," kata Nicolae sambil tersenyum. Ia lalu menyuruh supir taksi berhenti di kedai es krim terdekat dan keluar membawa Summer. Ia memasang topi musim panas yang lebar untuk melindungi bocah itu dari terik sinar matahari dan menggandeng tangannya berjalan masuk ke sebuah kafe.     

Saat keduanya masuk kedai, satu persatu pengunjung yang sedang duduk di meja menikmati es krim dan minuman mereka tanpa sadar menatap mereka lekat-lekat. Nicolae dan Summer memang sangat menarik perhatian.     

Nicolae sudah terbiasa dipandangi orang-orang kemana pun ia pergi dan ia sudah berusaha mengurangi perhatian itu dengan tampil sangat kasual atau sederhana. Tetapi wajahnya yang tampan dan rambut panjang yang selalu diikatnya dengan pita merah membuatnya terlihat mencolok, walaupun ia hanya mengenakan jeans lusuh dan kemeja simpel.     

Kacamata hitam yang dipakai untuk menutupi sebagian wajahnya malah membuatnya terlihat semakin keren karena membuatnya terlihat acuh tak acuh. Summer sendiri tampak sama sekali tidak menyadari bahwa penampilannya membuat begitu banyak orang menaruh perhatian kepadanya.     

"Uhm... tidak ada meja yang kosong," gumam Nicolae sambil menebarkan pandangannya ke seluruh kafe. Di bagian dalam kafe ada lima set meja dan kursi, dan di terasnya ada dua set. Semuanya penuh oleh orang-orang yang menikmati kue dan es krim.     

Cuaca musim panas yang cerah ini membuat kedai es krim memang menjadi sangat ramai. Pemilik kedai yang mendengar kata-kata Nicolae segera melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa pemuda itu benar.     

Semua meja penuh dan belum ada tanda-tanda pengunjung lain akan mengosongkan salah satunya. Di belakang Nicolae juga banyak tamu yang mengantri dan sudah bersiap untuk memakan es krim mereka sambil berdiri atau sambil berjalan-jalan ke taman.     

"Ahh... tunggu sebentar," sang pemilik kedai tersenyum lebar. Ia telah melihat siapa tamu yang sedang mengantri hendak membeli es krim ini. Untuk sesaat ia terpesona melihat mereka. Tadinya ia mengira pria ini adalah seorang selebriti atau aktor terkenal, karena wajahnya yang sangat tampan, tetapi setelah berusaha mengingat-ingat, ia akhirnya menyadari pria ini bukan orang terkenal.     

Tetapi.. ah, peduli amat dia terkenal atau tidak, yang jelas pria ini sangat menarik perhatian dan ia bisa melihat para pengunjung kedainya mencuri-curi pandang ke arahnya dan anak kecil dalam gendongannya.     

"Kami mau membeli dua es krim gellato kacang pecan dan strawberry serta labu," kata Nicolae sambil tersenyum kepada pemilik kedai.     

"Apakah kalian mau duduk?" tanya sang pemilik kedai dengan ramah.     

"Hmm.. sayangnya tidak ada meja kosong," kata Nicolae sambil mengangkat bahu. Ia lalu bertanya kepada Summer yang menyandarkan kepalanya ke bahu pria itu sambil mempermainkan rambut Nicolae. "Hei... kita makan es krimnya sambil duduk di bangku taman di seberang jalan saja ya?"     

"Ah... tunggu dulu. Mungkin aku bisa mencarikan meja untuk kalian," kata sang pemilik kedai kemudian. Ia mengedip ke arah Summer dan bergegas masuk ke belakang. Ia keluar tidak lama kemudian dengan seorang pelayan yang mengangkut dua buah kursi lipat di kedua tangannya. "Kami masih punya tempat di teras. Sangat pas untuk menikmati matahari di luar dan melihat pemandangan."     

Nicolae tertegun melihatnya. Ia dan Summer serempak bertukar pandang. Ia lalu berjalan mengikuti si pemilik kedai yang memberi tanda agar mereka mengikutinya. Saat mereka berjalan, pandangan para tamu juga mengikuti langkah mereka.     

Di teras kedai yang mungil dan ditata dengan sangat cantik, si pemilik kedai memerintahkan pelayannya untuk mengatur dua kursi lipat itu dan mempersilakan Nicolae dan Summer untuk duduk.     

"Silakan duduk dan tunggu es krimnya di sini. Mejanya akan segera datang," katanya. Ia tidak menunggu Nicolae bicara segera masuk kembali ke kedainya dan keluar beberapa menit kemudian dengan meja kecil yang entah ia dapat dari  mana.     

Pelayannya juga keluar dengan sebuah payung teras berwarna garis-garis biru putih, vas bunga kecil dengan bunga segar untuk ditaruh di atas meja, dan terakhir nampan berisi dua mangkuk es krim pesanan Nicolae barusan.     

"Wahh.. terima kasih.." kata Nicolae sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak mengira si pemilik kedai bisa menyulap area kosong di terasnya menjadi satu set meja tambahan dalam waktu singkat.     

"Sama-sama," kata si pemilik kedai sambil mengedip. Ia menepuk bahu Summer pelan dan bicara kepadanya dengan sangat manis. "Selamat menikmati es krimnya ya. Aku sangat senang melihat ayah dan anak berjalan-jalan berdua. Kalian imut sekali."     

"Tapi kami bukan..." Nicolae tidak jadi membantah kata-kata si pemilik kedai. Ia merasa tidak ada gunanya. Toh mereka tidak saling kenal. Ia tidak harus menjelaskan apa pun. Akhirnya ia hanya bisa mengangguk. "Terima kasih."     

"Sama-sama..."      

Setelah pemilik kedai itu pergi, tinggallah Nicolae dan Summer berdua dengan es krim mereka.      

Nicolae kemudian menyadari kenapa sangat banyak yang yang menatap mereka dengan pandangan penuh perhatian dan kekaguman. Bukan hanya karena penampilan fisik mereka yang rupawan, tetapi karena memang sangat jarang seorang lelaki dewasa bepergian atau jalan-jalan dengan seorang anak kecil sendirian.     

Orang-orang masih terbiasa melihat anak dengan sosok ibunya, dan bukan sosok ayah mereka, sehingga bila ada laki-laki yang tampak telaten mengurusi anaknya yang masih kecil dan terlihat sebagai sosok orang tua penyayang, akan banyak orang yang memandangnya dengan kagum.     

Nicolae ingat, dari dulu ia memang sering mendapatkan tatapan seperti itu dari orang-orang saat ia masih sering bepergian dengan Altair dan Vega seorang diri, tanpa ibu mereka. Mungkin ini juga yang sekarang terjadi. Orang-orang mengira Summer adalah anaknya dan ia sedang mengurusi anaknya sendirian tanpa sang ibu. Ah.. lucu sekali.     

Ia berusaha mengenyahkan pikiran itu dan berkonsentrasi pada es krimnya. Setelah ini ia akan membawa Summer kembali ke Hotel Nobel dan menghubungi Caspar dan Lauriel. Ia perlu mencari tahu kemungkinan bahwa Summer adalah anak seorang anggota klan.      

Summer memakan es krimnya dengan gembira. Di wajahnya sudah tidak terlihat bekas-bekas trauma karena diculik penjahat sehari sebelumnya. Ia menceritakan tentang Koi, anjingnya dan berbagai petualangan mereka.     

Nicolae mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali menanggapi cerita Summer. Ia tidak punya hewan peliharaan, tetapi dulu ia ikut mengurus Pangeran Siegfried Kecil dan Aurora, anjing peliharaan Aleksis dan kedua anaknya.     

Nicolae tidak menyadari bahwa banyak orang yang melewati kedai itu yang berhenti ketika melihat mereka dan kemudian masuk ke dalam kedai untuk membeli es krim. Walaupun antriannya sudah menjadi panjang, orang-orang tidak keberatan. Mereka senang bisa berdiri di kedai es krim berlama-lama dan menatapnya.     

Beberapa orang bahkan diam-diam mengambil fotonya dan mempostingnya di media sosial. Untunglah Splitz sudah secara otomatis menghapus foto Nicolae yang dipasang ke sana atau mengaburkannya agar wajahnya tidak pernah dapat terlihat jelas, sehingga pria itu sama sekali tidak perlu kuatir privasinya akan terlanggar. Summer juga masih mengenakan topi musim panasnya yang lebar dan menutupi sebagian wajahnya.     

Dengan santai keduanya menikmati es krim dan berbincang-bincang. Matahari siang itu bersinar cerah, tetapi panasnya sama sekali tidak terik. Rasanya sangat sempurna untuk berjalan-jalan dan menikmati pemandangan kota.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.