The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae dan Summer



Nicolae dan Summer

0Nicolae mengerutkan keningnya dan mendecak keheranan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, pikirnya. Ia  sudah mencoba mencari wajah anak itu di berbagai database di Prancis tetapi tidak dapat menemukan apa pun.     

Masa anak ini tidak pernah ke tempat umum yang memiliki kamera CCTV? Mengapa tidak ada rekaman wajahnya di mana pun?     

Siapa dia sebenarnya?     

Nicolae mengangkat wajahnya dari tablet dan memperhatikan bocah itu dengan sepasang mata menyipit. Apakah ia memang selama ini tidak pernah keluar rumah? Atau.. anak ini memang disembunyikan orang tuanya atau mereka dengan sengaja selalu membuatnya terhindar dari kamera?     

Ada banyak cara untuk menghindari tangkapan kamera yang ada di seluruh kota besar dunia saat ini, di antaranya adalah dengan sengaja menggunakan topi di tempat umum, menghindari area-area yang ada kameranya, atau menggunakan infra red.     

Tetapi mengapa orang tuanya melakukan hal itu? Apakah mereka memang sangat menjaga privasinya? Atau mereka menghindari sesuatu?      

Ada begitu banyak pertanyaan yang memenuhi benak Nicolae. Akhirnya ia menyerah setelah jam menunjukkan pukul 2 pagi. Pemuda itu memutuskan untuk tidur ke kamarnya dan menanyai sendiri anak itu setelah ia bangun.     

***     

Nicolae sengaja bangun pagi. Ia tidak ingin bocah itu bangun duluan dan merasa panik karena tidak mengenali tempatnya berada. Pukul 7 pagi ia sudah duduk kembali di sofa di dalam kamar anak yang ditolongnya dan menunggui bocah itu bangun dari tidur.     

Pukul 8 pagi  akhirnya ia mendengar suara keluhan pelan dari tempat tidur dan pemuda itu segera menghampirinya dan duduk di pinggir tempat tidur.     

"Selamat pagi," katanya ramah dalam bahasa Prancis. Wajahnya dipenuhi senyum, Nicolae ingin memastikan anak itu tidak takut kepadanya dan tahu bahwa ia bersama orang baik. "Aku menemukanmu di kapal. Bagaimana keadaanmu?"     

Anak itu mengerjap-kerjapkan bulu matanya yang panjang dan lentik lalu membuka sepasang matanya perlahan. Untuk sesaat Nicolae terpesona dan tidak dapat melepaskan pandangannya dari wajah bocah itu.     

Anak ini memiliki sepasang mata berwarna biru keunguan yang cantik sekali. Bentuk matanya seperti buah peach kecil dan membuat wajahnya menjadi sangat unik karena hidungnya yang mungil dan matanya yang sipit tampak kontras dengan bibir merah jambunya yang penuh.     

Nicolae bisa menebak anak ini tentu memiliki darah campuran yang memberinya ciri genetik terbaik dari ayah dan ibunya. Pikiran ini membuat dadanya seketika terasa sesak. Entah kenapa ia kembali teringat kepada Marie dan anak mereka.     

Kalau mereka masih hidup, tentu akan...     

Anak itu sudah membuka matanya dengan penuh dan kini menatapnya dengan tidak berkedip.      

"Namaku Nicolae, kau bisa memanggilku Paman Nic. Siapa namamu?" tanya Nicolae lagi.      

Anak itu mengerutkan keningnya dan kemudian melihat ke sekeliling ruangan. Nicolae menyentuh kening anak itu dan menarik napas lega. Demamnya sudah turun.     

"Ini di mana?" Akhirnya terdengar suara pelan anak itu dalam bahasa Prancis. Ahh.. suaranya merdu sekali. Nicolae kembali tersenyum.     

"Ini di Hotel Nobel. Apakah kau ingat siapa namamu dan siapa orang tuamu? Aku akan mengantarmu kembali ke rumahmu," kata Nicolae menenangkan anak itu. "Aku menemukanmu di kapal dan membawamu ke sini."     

"Namaku Summer," jawab anak itu akhirnya.     

"Oh.. nama yang sangat indah," kata Nicolae sambil tersenyum.     

"Kata Ibu aku diberi nama Summer karena aku lahir di musim panas," kata anak itu menambahkan.     

"Oh ya? Kebetulan sekali. Paman Nic juga dilahirkan di musim panas." Nicolae mengangguk-angguk. "Bagaimana keadaanmu? Kau lapar? Aku akan membuat sarapan untuk kita. Kau mau makan?"     

Anak itu berusaha duduk dan kemudian mengangguk. Nicolae membantunya melepaskan selimutnya lalu memeriksa tangan dan kaki Summer untuk melihat apakah lecet di pergelangan tangan dan kakinya sudah membaik atau tidak.     

"Hmm... aku akan mengobati kaki dan tanganmu dulu baru kita ke ruang makan. Tunggu sebentar." Ia lalu berjalan ke kamarnya dan mengambil botol kecil berisi obat penyembuh luka buatan Lauriel. Ia telah mengoleskannya tadi malam dan luka lecet pada tubuh anak itu telah membaik, tetapi masih terlihat merah.     

Ia lalu duduk di samping Summer dan dengan sangat telaten mengoleskan minyak obat itu ke pergelangan tangan dan kakinya. Summer hanya menatapnya dengan hampir tidak berkedip tanpa mengatakan apa pun. setelah Nicolae selesai barulah ia mengangguk dan mengucap terima kasih.     

"Terima kasih, Paman Nic."     

"Sama-sama, anak manis. Nah, sekarang mari kita sarapan," Nicolae sangat senang mendengar suara Summer yang terdengar baik-baik saja. Ia lalu menggendong anak itu dengan tangan kanannya dan membawanya ke dapur.     

Setelah tiba di sana, ia mendudukkan Summer di kursi tinggi di dekat konter dapur.      

"Paman akan membuat pancake dan telur rebus. Kau suka pancake strawberry?" tanya Nicolae sambil memasang apron di pinggangnya. Summer mengangguk. "Baiklah. Pancake strawberry dan telur akan segera tiba."     

Ia mengambil bahan-bahan dari kulkas dan segera menyiapkan adonan untuk pancake sambil merebus telur. Ia juga mengeluarkan beberapa buah dan mengirisnya lalu menatanya di piring. Tidak lupa ia menuangkan segelas jus untuk Summer dan secangkir espresso untuk dirinya. Summer melihat semua tindak-tanduknya dengan penuh perhatian.     

Sepuluh menit kemudian mereka berdua telah menghadapi sarapan di meja makan. Tirai tebal di jendela besar dari lantai ke langit-langit telah dibuka dan mereka bisa melihat Menara Eiffel dari sana. Summer tampak terpesona melihat betapa indahnya pemandangan yang mereka lihat dari ruang makan ini.     

"Kau suka pemandangannya?" tanya Nicolae. Summer mengangguk. Nicolae bertanya lagi. "Kau sudah pernah ke Menara Eiffel?"     

"Pernah," kata Summer.     

Nicolae mengangguk-angguk. Dalam hati ia berpikir bahwa Summer bukanlah anak yang disembunyikan di rumah oleh orang tuanya, terbukti ia pernah berjalan-jalan melihat Menara Eiffel.     

Ini artinya anak ini memang tidak tertangkap kamera karena orang tuanya sengaja menghindarkannya dari kamera di tempat umum. Kalau begitu, orang tuanya pasti memiliki kesadaran privasi yang tinggi.     

Siapa mereka sebenarnya?     

Nicolae memutuskan untuk menunda semua pertanyaannya dan memfokuskan semua perhatiannya kepada Summer. Yang penting sekarang adalah mengobati anak ini, memberinya makan dan memastikan ia pulih sepenuhnya. Nanti Nicolae akan dapat mencari orang tuanya.     

"Selamat makan," kata Nicolae. "Ayo makan yang banyak, biar kau cepat sehat. Nanti Paman akan membantu memulangkanmu ke rumah."     

Summer mengangguk. Ia hendak memotong pancake-nya ketika Nicolae mendahului dan mengirisi pancake-nya menjadi potongan kecil-kecil. Pria itu juga mengupaskan telur rebusnya.     

Summer menatap Nicolae dengan pandangan penuh terima kasih. Dan pelan-pelan ia tersenyum.     

"Terima kasih, Paman Nic," katanya pelan.     

Nicolae terpesona melihat betapa manisnya senyum anak perempuan itu. Ia baru melihat Summer ternyata memiliki lesung pipi di kedua pipinya yang cukup dalam ketika ia tersenyum. Sepasang matanya yang berbentuk peach kecil hampir menghilang menjadi garis yang ditutupi tirai bulu mata lebat dan panjang ketika bibirnya tersenyum lebar.     

Nicolae tidak mengira bahwa di luar kaum Alchemist ada manusia yang bisa tampak demikian sempurna seperti ini. Ia menjadi semakin penasaran ingin mengetahui seperti apa orang tua Summer. Apakah jangan-jangan mereka juga anggota klan?     

Ia memutuskan untuk bertanya kepada Caspar tentang kemungkinan ini.     

"Sama-sama, Sayang. Makan yang banyak," kata Nicolae.     

Ia hanya diam memperhatikan Summer saat anak itu menikmati pancake di piringnya, lalu dua butir telur rebus dan berbagai irisan buah. Nicolae mencoba untuk makan tetapi entah kenapa ia sama sekali tidak dapat memaksa makanan masuk ke dalam mulutnya. Tenggorokannya terasa mual dan kepalanya sakit.     

Melihat Summer pagi ini, seolah menyiram garam pada luka di hatinya yang sudah hampir sembuh. Anak itu membuatnya teringat pada calon anaknya yang tidak pernah terlahir...     

Kalau ia hidup, tentu ia sudah sebesar anak ini sekarang...     

Nicolae menarik napas panjang dan setelah beberapa menit akhirnya memutuskan untuk segera mencari orang tua anak ini dengan membawanya ke kantor polisi. Ia benar-benar tidak tahan semakin lama melihat Summer di dekatnya. Bayangan Marie menari-nari di depannya, diikuti berita kematiannya enam tahun lalu  yang terus mengganggu pikirannya.     

Ia biasanya menyempatkan diri ke Singapura setahun sekali setiap liburan semester musim panas untuk menjenguk makam Marie dan anaknya. Tahun ini ia memutuskan untuk menahan diri dan tidak datang ke sana agar tidak terus dilanda kesedihan, tetapi alas, hari ini di Paris, ia malah seolah dipaksa untuk mengingat Marie kembali...     

Kenapa ia tidak pernah dibiarkan tenang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.