The Alchemists: Cinta Abadi

Siapa Yang Membunuh Friedrich Neumann?



Siapa Yang Membunuh Friedrich Neumann?

0Hannah terlalu lemah setelah operasi caesar untuk melahirkan bayinya sehingga ia tidak dapat menghadiri pemakaman suaminya. Sebastian dan Aurora yang mengurus semuanya. Setelah pemakaman, Karl menghilang.     

Ia menghabiskan waktu semalaman di bar di Kota Tua Almstad dan minum hingga mabuk untuk melampiaskan perasaan duka. Ia tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara. Hannah masih terbaring sakit di rumah sakit dan keponakannya berada dalam kondisi kritis karena lahir prematur.     

Karl benar-benar terpuruk. Ia tidak mengerti kenapa kakaknya tiba-tiba bunuh diri. Bukankah bulan lalu ia masih bersemangat untuk menunggu hasil riset klinis pengobatan baru? Ia memang mendengar dari Hannah bahwa akhir-akhir ini Friedrich sering tampak sedih dan depresi akibat penyakitnya, tetapi ini bukan alasan untuk mengakhiri hidupnya.     

Karl tahu betapa kakaknya sangat bersemangat menyambut kelahiran anaknya. Itu benar-benar telah menjadi penyemangat diri Friedrich hingga walaupun sudah hampir dua tahun berlalu, kondisinya tidak menjadi seburuk seperti prediksi dokter sebelumnya.     

Lalu mengapa ia menyerah? Mengapa ia bunuh diri?     

Karl menangis sesenggukan dan membenamkan wajahnya ke meja bar. Ia sungguh merasa sendirian di dunia ini. Satu-satunya orang yang ia kasihi telah tiada.     

Pikiran Karl memusing saat samar-sama ia melihat berita di televisi tentang fenomena aneh di seluruh dunia yang banyak disebut ahli sebagai krisis psikologis massal. Ia mengerutkan keningnya dan berusaha menyimak laporan dari pembaca berita.     

Apa katanya? Kasus bunuh diri meninggkat sebanyak 20 persen selama seminggu terakhir? Ada apa gerangan?     

Karl berusaha memperhatikan layar TV dengan seksama, tetapi otaknya menolak bekerja karena ia telah minum alkohol terlalu banyak. Keanehan yang terjadi akibat meningkatnya kasus bunuh diri di seluruh dunia adalah hal terakhir yang diingat Karl sebelum ia terkulai pingsan di konter bar.     

***     

Hannah tampak sangat tabah ketika Karl menemuinya. Gadis itu langsung terlihat beberapa tahun lebih tua akibat berbagai penderitaan bertubi-tubi yang dialaminya.     

Di samping tempat tidurnya ada inkubator berisi bayi kecil merah yang berusaha berjuang agar tetap hidup setelah hampir mati keracunan air ketuban saat ibunya jatuh karena stress, setelah kematian Friedrich yang mendadak.     

"Kak Hannah, maafkan aku tidak ada di sini saat peristiwa itu terjadi.." kata Karl dengan suara serak. Ia tidak dapat menangis lagi karena air matanya telah kering. Ia memegang tangan Hannah dengan penuh keharuan, berusaha saling menguatkan.     

Gadis itu menggeleng-geleng. "Aku tidak mengira, Fred akan tega berbuat seperti itu.. meninggalkan kami dengan cara seperti itu... Aku tidak percaya ini..."     

Karl meremas tangan kakak iparnya dan menggeleng kuat-kuat. "Kak Friedrich tidak berbuat seperti itu. Ia dibunuh. Ia tidak mungkin meninggalkan kalian. Walaupun sampai napasnya yang terakhir, ia akan tetap ingin ada di samping kalian. Dia tidak bunuh diri..."     

Hannah menatap Karl dengan ekspresi keheranan. Sepasang matanya yang sayu tampak membulat besar.     

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti... Mereka menemukan tubuhnya di danau... Polisi mengatakan tidak ada kekerasan dari pihak luar. Ia mengambil nyawanya sendiri." Hannah menggigit bibirnya, berusaha tidak menangis lagi.     

Air matanya telah mengalir begitu banyak selama seminggu terakhir. Ia hanya bertahan demi bayinya yang akan menjadi yatim piatu kalau sampai terjadi apa-apa kepada dirinya.     

Karl menarik napas panjang. Wajahnya yang penuh duka, pelan-pelan berubah, diisi oleh kemarahan yang begitu besar.     

"Kak Friedrich sedang depresi selama beberapa minggu terakhir karena riset klinis yang gagal itu. Ia menjadi korban percobaan orang-orang Alchemist yang ingin menyingkirkan manusia yang mereka anggap lemah." Suaranya terdengar penuh dendam. "Aku sudah menyelidiki, ada begitu banyak kasus bunuh diri selama seminggu terakhir, yang tidak seperti biasanya. Orang-orang menyebutnya sebagai krisis psikologis, tetapi aku mendengar desas-desus di Darknet bahwa ini disebabkan oleh Splitz, yang sekarang berada di bawah Rhionen Industries..."     

Hannah tertegun mendengar penjelasan Karl. Ia menekap bibirnya dan pertahanannya pun rubuh. Ia kembali menangis meraung-raung. Ia tidak mengira Friedrich memang tidak dengan sengaja meninggalkannya bersama anak mereka. Suaminya hanyalah korban.     

"Rhionen Industries... bukankah mereka itu...?"     

Ia tidak menyelesaikan pertanyaannya. Karl mengangguk membenarkan.     

"Kakak ingat ketika Kak Friedrich memberi tahu kita bahwa ia mendengar rencana jahat Alaric Rhionen saat di kantor Atlas X dulu? Rupanya inilah yang mereka rencanakan. Mereka akan menguasai dunia lewat AI (Kecerdasan Buatan) dan menyingkirkan manusia-manusia yang mereka anggap lemah." Karl menarik napas panjang. "Sepertinya mereka sudah mulai."     

Hannah menggeleng-geleng. Ia merasa sangat berduka, sekaligus marah. Ternyata... orang-orang Alchemist itu benar-benar jahat dan memandang rendah manusia biasa yang tidak sempurna seperti mereka.     

Bahkan... walaupun Friedrich hanya memiliki waktu sebentar lagi untuk hidup, tidak seorang pun boleh mengatur kapan ia harus mati, hingga kematian itu sendiri yang datang menjemputnya.     

Bahkan walaupun hanya satu hari, Friedrich berhak menikmatinya bersama istri dan anaknya.     

Tidak seorang pun berhak menentukan hidup dan matinya manusia.     

Tidak seorang pun berhak menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati.     

Mereka mungkin manusia sempurna dan dapat hidup abadi.. tetapi mereka bukan Tuhan.     

Mereka tidak boleh bersikap seperti Tuhan.     

"Aku sangat membenci mereka," bisik Hannah. Ia menatap Karl dengan mata berlinang. "Aku ingin mereka merasakan kepedihan yang kurasakan ini..."     

Karl pun merasakan hal yang sama. Ia sangat membenci Alaric Rhionen dan kekejamannya. Namun, ia bisa apa? Ia hanya seorang mahasiswa tingkat satu yang tidak memiliki kekuatan.     

Kalaupun ia ingin membalas dendam... mungkin akan perlu waktu belasan atau bahkan puluhan tahun baginya untuk dapat membalaskan dendam keluarga mereka.     

"Aku.. aku akan membuat Alaric Rhionen merasakan perihnya duka yang kita alami, Kak Hannah," kata Karl dengan suara bergetar. "Aku tidak tahu kapan dendam ini akan terbalas.. Tetapi aku berjanji akan membuatnya mengerti bagaimana rasanya jika ada orang yang bertindak sebagai Tuhan terhadap dirinya dan keluarganya."     

Hannah mengigit bibirnya dan mengangguk. Ia menepuk-nepuk tangan Karl dan memberikan restunya.      

"Aku akan selalu mendukungmu..."     

Pada hari itulah, Karl memantapkan diri untuk hidup demi membalas dendam. Ia tahu bahwa orang sekaya dan berkuasa Alaric Rhionen dan orang-orang Alchemists lainnya tidak akan dapat dihadapi dengan cara biasa.      

Ia harus bersabar dan pelan-pelan membuat rencana untuk membalaskan dendam keluarganya. Ia akan hidup dalam bayang-bayang seperti mereka, dan suatu kali menyerang di saat mereka tidak menduga. Walaupun ia harus menunggu belasan tahun, ia tidak akan menyerah.     

Kebencian Karl dan Hannah kepada Alaric menjadi semakin besar dan sengit ketika mereka mendapatkan berita bahwa tim peneliti media yang beberapa bulan lalu melaporkan bahwa riset mereka gagal, akhirnya menemukan terobosan besar.      

Penderita penyakit Lewy Body Dementia akhirnya mendapatkan pengobatan yang lebih baik yang dapat memperlambat laju kerusakan sel otak dan kemungkinan besar ke depannya akan dapat menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya.     

Mereka merasa sangat sakit hati. Seandainya Friedrich tidak menjadi korban serangan krisis psikologis yang dilancarkan Alaric lewat Splitz saat itu, sebenarnya Friedrich Neumann dapat sembuh.     

Ia akan dapat merayakan ulang tahunnya yang ke-23 bersama istri dan anaknya, dan hidup sampai tua bersama.     

Kesempatan itu telah direnggut darinya dengan tanpa belas kasihan.     

***     

Karl kemudian memalsukan kematiannya, agar ia tidak dicurigai saat ia bergerak dan membuat berbagai rencana. Dengan bantuan Hannah yang menerima uang warisan dari Friedrich, ia terus menyelidiki tentang Kaum Alchemist secara diam-diam.     

Awalnya ia hampir putus asa dan tidak tahu bagaimana ia dapat membuat Alaric merasakan sakitnya kehilangan keluarga. Karl menemukan bahwa pria itu adalah seorang penyendiri yang tidak memiliki istri dan anak. Ia bahkan tidak pernah dekat dengan wanita mana pun.     

Lalu bagaimana ia harus membalas dendam? Karl bahkan mencoba menyewa penggoda profesional untuk menjebak Alaric, tetapi tidak pernah berhasil.     

Hingga pada suatu hari.. ia menemukan bahwa Alaric Rhionen akhirnya memiliki kekasih.     

Bukan, bukan sekadar kekasih. Ia menikahi wanita itu. Alaric sama sekali tidak sadar bahwa sejak ia membunuh Friedrich Neumann, ia telah menciptakan seorang musuh yang begitu tidak kenal menyerah. Karl selalu mengikutinya dan mengawasinya bagaikan bayangannya sendiri.     

Karena Alaric tidak mengetahui bahwa ia memiliki musuh seperti ini, ia tidak dapat mengantisipasi langkah-langkah Karl. Pria itu sangat sabar dan tertata. Ia bergerak dalam diam dan tidak disadari lawannya.     

Ia kemudian mengetahui bahwa Alaric akhirnya memiliki keluarga. Dan ia juga menemukan Sophia yang menjadi korban Alaric berikutnya. Setelah Alaric mengambil Meier Group dan menggabungkannya dengan Rhionen Industries menjadi RMI, ia tidak mengembalikannya kepada Sophia.     

Hal ini membuat Sophia menjadi sangat benci kepada sepupunya itu. Karl datang di saat yang tepat dan mengajak Sophia bergabung untuk sama-sama membalas dendam kepada Alaric.     

Dan ia sudah memiliki rencana yang sempurna. Namun demikian, ia tahu mereka tidak boleh bersikap gegabah. Mereka harus membiarkan Alaric hidup tenang dan mengira bahwa ia tidak lagi memiliki musuh yang ingin membalas dendam kepadanya.     

Rencana sempurna itu timbul ketika Karl datang ke Moravia untuk menjemput keponakannya yang akan segera bekerja di SpaceLab.     

Renald Hanenberg sangat mirip ayahnya. Setiap kali melihat pemuda itu, Karl akan merasa sedih karena ia seolah melihat Friedrich dalam diri sang keponakan. Seandainya kakaknya tidak meninggal, mungkin Ren akan tumbuh menjadi anak yang bahagia.      

Ahh.. ia begitu mirip ayahnya. Ia bahkan punya cita-cita yang sama dengan Friedrich, ingin membawa manusia menjelajah luar angkasa. Karl yakin bahwa kakaknya akan sangat bangga kepada Ren.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.