The Alchemists: Cinta Abadi

Apakah Ini Rose Yang Sama?



Apakah Ini Rose Yang Sama?

0Dalam hati ia tertawa sendiri memikirkan bahwa ia sedang melakukan hal yang persis sama seperti kakaknya, London, saat pria itu sedang mendekati L. Ahh... kalau begitu, ia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti London.     

Kalau dulu rahasia London Schneider hampir terbongkar karena ia hanya memiliki tiga setel pakaian murah, maka kini Rune harus membeli cukup banyak pakaian seperti itu dari marketplace. Tidak lupa, pakaian dalam juga harus yang murah.     

Sambil bersiul-siul ia memesan berbagai perlengkapan yang ia butuhkan. Setelah puas dengan pembeliannya, Rune lalu menaruh tabletnya kembali ke meja dan memutuskan untuk menemui Aleksis di ruang tamu.     

Percuma juga kalau ia ingin berkemas sekarang, sementara pakaiannya belum datang, kan?     

"Baiklah, aku akan menceritakan apa yang terjadi," katanya saat melongok ke dalam ruang tamu dan menemukan Aleksis yang masih tampak kebingungan.     

"Oh.. syukurlah," kata Aleksis. Ia menyerahkan botol wine dan gelas kepada Rune dan memberi tanda agar adiknya itu menuangkan minuman untuk dirinya sendiri.     

Rune tersenyum simpul saat menerima wine dan menuang minumannya. Ia lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara dirinya dan Rose dalam acara makan malam itu, dan mengapa ia mengambil keputusan drastis untuk menerima penawaran Rose.     

"Wahhh, sepertinya ia gadis yang sangat misterius," kata Aleksis setelah mendengarkan cerita adiknya. Ia dapat mengerti kenapa Rune tampak begitu tertarik kepada Rose.     

"Aku sangat menyukainya.. Tidak, malahan aku menduga, aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama," Rune mendesah sedih. "Selama ini aku selalu menertawakan orang-orang yang sedang jatuh cinta karena mereka sering bertindak bodoh. Tapi sekarang.. sepertinya aku terkena karma."     

"Aku juga tidak mengira kau akan seperti ini, saat akhirnya kau jatuh cinta," komentar Aleksis. "Langsung ingin tinggal bersama setelah satu kali makan malam saja. Dan kalian bahkan tidak menjadi kekasih betulan. Hanya kekasih pura-pura."     

"Aku merasa saat itu tidak punya pilihan. Kalau aku bilang tidak bersedia maka ia akan pergi dari hidupku begitu saja, dan aku mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengannya," kata Rune. "Aku harus cepat mengambil keputusan."     

"Hmm.. benar juga," kata Aleksis. "Aku setuju kalau kau tidak ingin menyelidiki Rose. Kurasa gadis itu ada benarnya. Manusia sekarang terlalu banyak mengalami kemudahan dan hal itu membuat mereka malas. Aku juga membayangkan bahwa posisi kita dan manusia biasa tidak adil. Kita bisa mendapatkan informasi apa pun yang kita inginkan, tetapi mereka tidak bisa."     

"Benar, karena itu aku akan memegang kata-kataku dan tidak akan menyelidiki Rose sama sekali," kata Rune.     

"Ahem... ya, aku setuju. Tapi kurasa kau harus mengizinkan kami untuk menyelidiki gadis itu," kata Aleksis cepat-cepat. Ia bertukar pandang dengan suaminya. "Kami hanya ingin memastikan kau akan baik-baik saja. Kami tidak akan memberitahumu hasil penyelidikan kami. Bagaimana kalau begitu?"     

Rune tampak tertegun selama beberapa saat ketika mendengar kata-kata Aleksis. Ia mengerti bahwa kakaknya sangat menguatirkannya. Bagaimanapun, ia adalah anak bungsu dalam keluarganya dan mereka tentu ingin selalu menjaganya.     

Karena itu, akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, kau dan Alaric boleh menyelidiki tentang Rose, tapi kau jangan memberitahuku apa pun tentang dirinya. Kau cukup memberitahuku kalau dia gadis baik atau tidak baik."     

"Setuju," kata Alexis dengan penuh semangat.     

Ia dan Alaric kembali bertukar pandang. Wajah mereka dipenuhi kelegaan. Mereka mengerti bahwa orang yang sedang jatuh cinta kadang-kadang memang bisa bertindak bodoh.     

Tadinya mereka memang sempat kuatir dan mengira bahwa Rune juga menjadi salah satu orang seperti itu, yang tiba-tiba kehilangan akal sehatnya ketika ia bertemu dengan gadis yang membuatnya jatuh cinta.     

Namun, setelah mendengar penjelasan pemuda itu, mereka mengerti bahwa ia tahu apa yang sedang ia lakukan dan mereka dapat mempercayainya.     

Baiklah, asalkan Rune memberi mereka izin untuk menyelidiki Rose, maka Aleksis dan Alaric akan mencari tahu apakah gadis itu dapat dipercaya atau tidak. Dan kalau memang ia dapat dipercaya mereka akan merelakan Rune untuk menjalani kisah cintanya bersama Rose.     

Bagaimanapun, sekarang ia adalah seorang laki-laki dewasa dan sudah saatnya ia merasakan apa itu cinta.     

Setelah membuat kesepakatan, ketiga orang itu melanjutkan minum wine dan mengobrol sampai hampir tengah malam, sebelum kemudian pamit untuk tidur.     

***     

Keesokan paginya, saat sarapan, Rune segera memeluk Ireland dan Scotland dengan hangat ketika melihat kedua keponakannya itu masuk ke ruang makan.     

Kedua remaja laki-laki itu menjadi keheranan melihat sikap paman mereka. "Eh, Paman... Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba memeluk kami?" tanya Ireland. Rune tersenyum lebar dan hanya memandang keduanya dengan wajah misterius.     

Scotland mengerutkan keningnya mencoba memikirkan kemungkinan kenapa pamannya bersikap aneh pagi-pagi begini. Akhirnya ia menebak dengan tepat. "Kencan buta Paman dengan Tante Rose tadi malam berjalan dengan baik ya, Paman?"     

Rune mengangguk, sama sekali tidak membantah. "Kau benar. Paman bertemu dengan Tante Rose dan Paman sangat menyukainya. Dia gadis yang luar biasa."     

"Hahaha... kan aku sudah menduga bahwa Tante Rose memang cocok sekali dengan paman," kata Ireland dengan antusias.     

Rune hanya tertawa dan mengangguk-angguk, "Kalian benar-benar sangat mengenalku ternyata. Terima kasih banyak karena kalian sudah mempertemukan Paman dengan Tante Rose. Paman belum pernah bertemu dengan wanita secantik, sepintar, dan semenarik dia. Dan karena dia adalah wanita yang sangat sempurna untuk Paman, mulai hari ini Paman akan tinggal dengan tante Rose."     

Ketika Ireland dan Scotland mendengar kata-kata Rune, keduanya serempak melompat gembira. Mereka memang sudah menduga bahwa paman bungsu mereka ini akan menyukai Tante Rose. Mereka cukup mengenal laki-laki ini dan sudah menduga bahwa Rose adalah wanita yang tepat untuk Rune.     

Keduanya tos di udara dan tertawa-tawa, sementara Alexis dan Alaric hanya memperhatikan tingkah kedua anak mereka sambil geleng-geleng kepala.     

Baiklah, hari ini mereka akan mencari tahu siapa Rose sebenarnya dan apakah mereka dapat membiarkan Rune tinggal bersama gadis itu.     

***     

Setelah selesai sarapan, Alexis segera menemani Alaric masuk ke ruang kerjanya. Pria itu kemudian menghubungi Pavel dan memerintahkan tangan kanannya itu untuk mencari tahu identitas Rose yang sebenarnya.     

Alaric mengirimkan foto gadis itu dan sedikit keterangan dari situs kencan online yang dipakai anak-anaknya untuk mencarikan Rune pasangan.     

Setengah jam kemudian, Pavel menelepon dan memberitahu Alaric dan Aleksis semua informasi yang berhasil ia peroleh tentang Rose.     

Setelah ia selesai berbicara, Aleksis yang tampak sangat terkejut bertanya memastikan kepada Pavel. "Kau serius? Kau tidak salah orang? Ini benar-benar Rose yang sama?"     

"Aku sudah memeriksanya beberapa kali, Nyonya. Ini memang orang yang sama," jawab Pavel dengan penuh hormat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.