The Alchemists: Cinta Abadi

Liburan Berdua Vega & Mischa



Liburan Berdua Vega & Mischa

0Vega melambaikan tangan kanannya kepada JM dan Altair yang masuk ke dalam mobil Mercedes hitam untuk kemudian berangkat ke bandara.     

Keduanya menurunkan kaca jendela mobil dan melambai ke arah Mischa dan Vega yang berdiri di pelataran parkir dengan bergandengan tangan.     

"Selamat bersenang-senang ya!" seru Altair sambil mengedip. "Jangan keasyikan pacaran sampai tidak bisa kasih kabar."     

Vega cegukan mendengar ucapan kakaknya yang blak-blakan. Ia menoleh ke arah Mischa dan ternyata pria itu juga menoleh ke arahnya sambil tersenyum lebar.     

"Kami pasti kasih kabar," kata pria tampan itu dengan suara kalem. "Hati-hati di perjalanan."     

"Dag!!"     

Altair melambai sekali lagi, dan JM meniupkan ciuman ke arah Vega sambil mengedip jahil. Altair mengetuk jendela  mobil dan memberi tanda kepada supirnya untuk melajukan kendaraan mereka.     

Tidak lama kemudian, kendaraan itu pun meninggalkan parkiran dan segera menghilang dari pandangan.     

Vega dan Mischa kembali bertukar pandang. Keduanya tersenyum lebar. Mischa terlihat kalem sementara pipi Vega berubah kemerahan. Ia menunduk malu-malu ketika Mischa menggenggam tangannya dan memberi tanda agar mereka juga masuk ke mobilnya.     

Keduanya sama-sama menyukai kepraktisan dan tidak membawa terlalu banyak barang dalam perjalanan liburan mereka kali ini. Hanya ada dua buah tas kecil dengan barang-barang esensial saja di bagasi mobil Bentley beratap terbuka itu.     

Mischa dan Vega memutuskan akan membeli segala barang yang mereka butuhkan setelah mereka tiba di kota berikutnya.      

"Baiklah, dari sini kita akan jalan-jalan dan mampir di salah satu kota di Prancis seperti Cannes atau Nice,"  kata Mischa. "Setelah itu kita akan melanjutkan perjalanan ke Italia."     

"Aku suka sekali," komentar Vega. Ia sangat senang karena Mischa memilih untuk menemaninya bertualang selama ia inginkan, dan Altair bersedia segera mengurusi pengunduran diri Mischa dari Grup RMI.     

Ia sadar kedua pria ini sangat peduli kepadanya dan akan melakukan apa pun untuk membantunya. Ahh.. ia merasa sangat bersyukur.     

Selain karena Vega memang ingin melihat dunia, ia juga merasa perjalanan bersama Mischa ini akan menjadi tahap sangat penting dalam hubungan mereka.     

Setelah ia menerima cinta Mischa saat mereka berada di atas kapal beberapa hari yang lalu, kini saatnya mereka untuk lebih saling mengenal secara pribadi.     

Orang bilang, kalau kita ingin mengetahui seperti apa sesungguhnya seseorang itu, kita harus bepergian dengannya. Semua sifat aslinya, dan bagaimana cara mereka menghadapi konflik pasti akan terungkap dengan sebenar-benarnya.     

Ini juga akan menjadi kesempatan baik untuk saling melihat apakah kita memiliki kecocokan dengan seseorang. Traveling bersama adalah versi mini dari tinggal bersama seseorang.      

Banyak orang yang menganggap bahwa sangat penting untuk tinggal bersama sebelum menikah untuk dapat menentukan apakah mereka akan cocok untuk menjalani kehidupan berdua seumur hidup setelah menikah.     

Dengan hidup bersama, mereka akan dapat melihat pasangan dalam kesehariannya. Apakah orangnya rapi atau jorok, apakah kebiasaan dan perbuatan pasangan di rumah membuat mereka senang atau malah kesal.     

Dengan demikian, setelah mereka menikah nanti, tidak akan ada kejutan yang tidak perlu.     

Namun demikian, untuk orang yang tidak memiliki kesempatan untuk tinggal bersama, baik itu karena ia dan pasangan tinggal berjauhan, atau memang tidak ingin hidup bersama sebelum menikah, traveling bersama dapat menjadi pilihan yang baik.     

Dan hal inilah yang ingin dilakukan Vega bersama Mischa sekarang. Gadis ini belum mengatakan apa-apa kepada Mischa, tetapi sebenarnya ia akan menjadikan momen liburan mereka bersama ini untuk menguji hatinya dan hubungannya dengan Mischa.     

Kalau memang mereka dapat bepergian bersama dengan baik, dan ia menemukan bahwa Mischa memang laki-laki baik seperti dugaannya... maka Vega akan menerima lamarannya.     

Vega ingin menikah dengan laki-laki ini dan menjalani hidup bersama dengannya selama-lamanya. Karenanya, ia ingin tahu apakah hidup bersama Mischa akan menyenangkan atau tidak.     

"Kita bisa menginap di kota Cannes. Bagaimana menurutmu?" tanya Mischa setelah mereka sudah meninggalkan Monaco.     

Vega membuka ponselnya dan mencari tahu tentang Cannes. Gadis itu lalu menggeleng. "Sepertinya Cannes agak membosankan. Bagaimana kalau kita lanjut ke Nice?"     

"Boleh juga," kata Mischa sambil tersenyum. "Tetapi tidak ada hotel milik Schneider Group di sana. Tidak apa-apa, kan? Kita akan menginap di hotel lain."     

Vega tersenyum lebar. "Justru itu tujuannya. Aku lebih senang mencoba tinggal di tempat baru. Kalau di hotel milik keluarga kakekku, rasanya semua sama saja."     

"Oh... itukah sebabnya tadi kau menolak kita menginap di Cannes?" tanya Mischa.     

Vega mengangguk malu-malu. "Benar. Sebaiknya kita menghindari kota-kota besar. Aku ingin mencoba menjelajahi kota yang lebih kecil dan hidup seperti orang biasa."     

"Ahh.. boleh juga," komentar Mischa. "Aku suka itu."     

Tadinya Mischa kuatir Vega ingin bepergian dengan cara yang mewah dan terjamin. Namun, ternyata Vega justru ingin merasakan hidup seperti orang biasa.      

Ahh.. ia tambah menyukai gadis ini. Mischa sendiri senang bertualang dan ia tidak keberatan tinggal di tempat-tempat biasa.     

"Baiklah. Kalau begitu, kau saja yang pilih hotel untuk kita menginap," kata Mischa. Ia mengambil ponselnya dari saku dan menyerahkannya kepada gadis itu. Tidak lupa ia juga mengeluarkan dompetnya dari laci dasbor mobil. "Kau bisa memesan dan membayarnya dengan kartu milikku."     

"Ahh.. baiklah," kata Vega dengan ekspresi senang.     

Wahh... ini pertanda yang sangat baik. Mischa sama sekali tidak segan memberikan ponsel dan dompetnya kepada Vega dan membiarkan gadis itu mengatur liburan mereka.     

Sambil bersenandung gembira, Vega membuka ponsel Mischa yang tidak dikunci dan mencari-cari berbagai pilihan hotel menarik di kota Nice.     

Kota ini terletak tidak jauh dari Cannes tetapi berukuran lebih kecil dan tidak terlalu ramai. Posisinya juga berada di tepi laut, sehingga mereka dapat menikmati pemandangan pantai yang cantik dan cuaca yang menyenangkan.     

"Sudah dapat?" tanya Mischa setelah Vega menyerahkan dompet dan ponselnya kembali. "Tolong simpan saja dulu."     

"Oh, baiklah." Vega terkikik pelan saat menarik kembali ponsel dan dompet itu. Entah kenapa, hatinya terasa berdebar-debar. Mischa benar-benar menyerahkan 'hartanya' kepada Vega dengan tanpa ragu.     

Ia lalu menyimpan kedua benda itu di tas tangannya yang ada di pangkuannya. Mereka lalu mengobrol tentang pemandangan yang mereka lihat di sepanjang perjalananan. Jalan yang mereka lewati terlihat sepi. Hanya ada satu dua mobil yang melintas setiap menitnya.     

Di sebelah kiri mereka ada bukit, dan di sebelah kanan mereka laut mediterania. Udara yang bertiup sepoi-sepoi membuat perasaan keduanya semakin terlena. Vega dan Mischa bercakap-cakap di sepanjang perjalanan.     

Mischa yang sudah menjelajahi dunia memiliki sangat banyak cerita menarik untuk disampaikan. Sementara itu, Vega mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia sangat senang mendengar suara Mischa berbicara.     

Ketika mereka akhirnya memasuki kota Nice, Vega mengatur GPS untuk membawa mereka ke alamat hotel yang dipilihnya.      

"Kita menginap di Gregory Hotel," kata Vega. "Sudah tidak jauh dari sini. Letaknya tepat di tepi laut. Dari foto-foto yang kulihat, mereka punya bangunan yang cantik dan kamarnya memiliki akses ke pantai."     

"Kedengarannya bagus," kata Mischa. Ia mengarahkan mobilnya mengikuti petunjuk GPS dan sepuluh menit kemudian, mereka pun tiba di pelataran parkir sebuah hotel kecil bergaya mediterania.     

Seperti kata Vega, letaknya memang di tepi laut dan mereka dapat melihat pantai yang cantik di belakang bangunan hotel tersebut.     

Mischa membukakan pintu untuk Vega lalu mengambil dua buah tas mereka dari bagasi. Keduanya lalu berjalan bergandengan tangan masuk ke lobi hotel.     

"Selamat siang! Selamat datang di Hotel Gregorio," kata petugas penerima tamu dengan senyum lebar. "Apakah Anda sudah memesan kamar sebelumnya?"     

Vega mengangguk. Ia mengeluarkan ponsel Mischa dari  tasnya dan menunjukkan pesanan kamar yang dibuatnya beberapa jam lalu. "Kami memesan Suite tepi pantai."     

Sang petugas memeriksa pesanan mereka dengan seksama lalu menyerahkan kembali ponsel itu kepada Vega.     

"Baiklah. Kami sudah menerima pesanan Anda. Satu kamar suite yang menghadap ke pantai untuk dua malam. Silakan ikut saya." Ia lalu keluar dari balik meja resepsionis dan memberi tanda kepada mereka untuk mengikutinya. "Anda tidak membawa koper?"     

"Tidak. Hanya tas ini saja," kata Vega sambil tersenyum lebar. Ia menarik tangan Mischa agar mengikuti sang petugas.     

Sementara itu Mischa mengerjap-kerjapkan matanya, kebingungan. Ia tadi salah dengar kan, ya?     

Vega hanya memesan satu kamar suite untuk mereka? Ah... Mischa pasti salah dengar.     

"Semua kamar yang lain sudah habis terpesan," bisik Vega. Ia menatap pria itu dengan sepasang  mata jahil. "Aku sangat suka desain hotel in dan ingin menginap di sini. Jadi aku memesan suite terakhir yang tersedia. Kau tidak apa-apa kan menginap bersamaku dalam satu kamar?"     

Langkah Mischa seketika terhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.