The Alchemists: Cinta Abadi

Mischa Merasa Sangat Bahagia



Mischa Merasa Sangat Bahagia

2Alaric mendengarkan kata-kata anaknya di telepon dengan wajah sumringah. Istrinya, Aleksis, yang kebetulan sedang ada di ruangan yang sama, tampak keheranan melihat ekspresi suaminya.     

Ia sangat mengenal pria ini setelah 24 tahun menikah dan 14 tahun hidup bersama, ia seolah memiliki hubungan batin dengan Alaric sehingga ia dapat mengetahui apa yang dirasakan atau dipikirkan suaminya. Ia tahu Alaric adalah seorang laki-laki yang dingin dan tidak ekspresif.     

Senyuman hampir tidak pernah terlihat di wajah pria ini, kecuali saat ia memandang anak-anaknya. Nah.. senyuman yang kali ini ia saksikan di wajah Alaric sama sekali berbeda dengan senyum yang biasa ia tampilkan saat ia berbicara dengan salah satu anaknya.     

Ada sesuatu yang istimewa. Sepertinya pembicaraan di telepon itu membuat hati suaminya yang dingin menjadi sangat senang dan dipenuhi kehangatan yang berlimpah-limpah.     

Ada apakah gerangan?     

Aleksis hanya dapat bertanya-tanya dalam hati sambil menunggu suaminya selesai berbicara dan menutup teleponnya.     

"Tentu saja boleh," kata Alaric. "Sampaikan salam ayah kepadanya. Katakan kepada Mischa ia harus mengantarmu pulang ke New York dan menemui ayah."     

Secara otomatis, Aleksis menekap bibirnya ketika mendengar nama Mischa keluar dari mulut suaminya.     

Ia dapat menduga siapa yang menelepon dan apa isi pembicaraan mereka. Hatinya yang tadi sempat dipenuhi perasaan heran, kini sama seperti suaminya, segera dipenuhi perasaan gembira.     

Ahhh... berarti mereka sudah bertemu dan sepertinya Vega memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama Mischa. Karena itulah ia menelepon Alaric untuk meminta izin.     

"Sampai jumpa. Ayah menyayangimu," kata Alaric sambil tersenyum lebar dan kemudian menutup teleponnya.     

Ia kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Aleksis yang memandangnya dengan sepasang mata membulat. Wanita itu bertanya dengan suara antusias. "Apakah Vega sudah bertemu Mischa? Lalu bagaimana? Apakah mereka bersenang-senang?"     

Alaric mengangguk. "Mereka akan berlayar besok selama beberapa hari. Setelah itu Altair akan pulang ke New York untuk bekerja, sementara Vega masih mau melanjutkan liburannya. Mischa menawarkan diri menemani Vega."     

"Ohh..." Aleksis hampir melonjak gembira, tetapi ia menahan diri. Ia ingin mendengar kelanjutannya dari bibir suaminya. "Ia barusan menceritakan hal itu?"     

Alaric mengangguk. "Benar. Ia ingin meminta izinku untuk bepergian dengan Mischa. Tentu saja aku mengizinkannya. Mischa itu pemuda baik. Aku yakin ia akan menjaga Vega dan mengantarnya kembali ke sini."     

"Ah.. aku sangat senang mendengarnya," kata Aleksis. Ia menghambur ke arah suaminya dan memeluk pria itu. "Aku berharap mereka akan bersenang-senang selama liburan dan bisa jatuh cinta."     

Sebenarnya Alaric masih memegang prinsipnya sedari dulu bahwa anak-anaknya sebaiknya tidak menikah muda. Umur ideal baginya adalah seratus tahun. Namun, bagaimana bisa ia memaksakan keinginannya kepada mereka?     

Ia sendiri tidak memberi contoh yang baik. Ia menikahi Aleksis ketika wanita itu baru berusia 20 tahun. Masih sangat muda.     

Lagipula.. ia merasa Mischa adalah laki-laki yang tepat untuk mendekati anak perempuannya. Alaric telah sangat mengenal Mischa sejak pria itu berumur tujuh tahun. Alaric sangat tahu semua sifat dan kelebihan Mischa.     

Ia tahu pasti bahwa Mischa adalah laki-laki dewasa yang akan bertanggung jawab, mencintai, dan menjaga Vega dengan sepenuh hati. Ia sering merasa bahwa Mischa mengingatkannya akan dirinya sendiri. Hanya kepribadian mereka saja yang berbeda.     

Kalau ia memiliki kepribadian yang dingin dan tertutup, Mischa sebaliknya, memiliki kepribadian yang terbuka dan hangat. Justru sangat tepat untuk Vega yang periang dan lembut.     

Malah, kalau Mischa memiliki sifat yang sama persis seperti Alaric, pria itu justru merasa tidak nyaman menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki seperti itu.     

Alaric sangat mengenal dirinya sendiri. Ia tahu dirinya bukanlah orang yang mudah untuk didekati dan kadang-kadang bisa membuat frustrasi. Ia bahkan tidak mengerti bagaimana bisa istrinya bertahan dan mencintai dirinya dengan begitu dalam.     

Aleksis memang seorang wanita yang sangat istimewa. Namun demikian, Alaric tidak ingin anak perempuan kesayangannya menikah dengan laki-laki pendiam dan dingin sepertinya. Apalagi Vega sempat mengalami hidup penuh penderitaan bersama Ren.     

"Kuharap juga begitu," kata Alaric sambil mencium rambut istrinya dan mengusap-usap punggung wanita itu.     

***     

"Wahh.. cuacanya bagus sekali!" seru Vega. Ia menaruh tangannya di atas kedua matanya untuk menghalangi sinar matahari yang menyilaukan. Mereka baru turun dari mobil dan berjalan menuju ke dermaga di pelabuhan Monte Carlo.     

"Pakai kacamata," kata Mischa yang berjalan di sampingnya sambil menyodorkan sebuah kaca mata hitam.     

"Oh, terima kasih." Vega menerima benda itu dan mengenakannya. "Aku tadi lupa, meninggalkan kaca mataku di mobil."     

Ia merasa sangat berterima kasih karena Mischa begitu perhatian kepadanya. Mischa melihat Vega meninggalkan kaca mata hitamnya di dalam mobil karena terlalu antusias akan perjalanan mereka berlayar nanti.     

Pria itu memutuskan untuk membawakan benda itu dan menunggu hingga Vega membutuhkannya, baru ia menyodorkannya. Kesempatan itu datang tidak lama kemudian. Mischa merasa sangat senang melihat senyum indah Vega dan mengangguk santai. "Aku tahu kau sangat antusias dengan perjalanan ini."     

"Ahh... tentu saja aku sangat senang. Cuacanya sangat bagus, dan kita ada di salah satu negara paling indah di dunia," jawab Vega.     

Ia berjalan gembira mengikuti Altair dan JM yang berjalan bergandengan tangan menuju ke ujung dermaga tempat diparkirnya kapal pesiar berukuran sedang milik keluarga mereka.     

Kakek mereka, Caspar Schneider memiliki kapal pesiar lain yang berukuran besar dan dapat menampung seisi keluarga besar mereka jika mereka memutuskan untuk berlibur bersama yang juga diparkir di Monaco.     

Kapal ini memiliki kapten dan kru yang lengkap dengan berbagai fasilitas mewah yang dibutuhkan semua anggota keluarga mereka saat berlibur.     

Namun, karena saat ini Altair dan Vega hanya berlibur dengan JM dan Mischa, mereka merasa bahwa lebih baik menggunakan kapal pesiar kecil berjenis catamaran milik keluarga mereka sendiri yang dapat mereka kemudikan sendiri.     

Karena mereka sudah sering berlayar dengan orang tua mereka sejak kecil, Altair dan Vega terbiasa mengendalikan catamaran ini.     

Begitu mereka berempat naik ke atas kapal dan mengatur barang mereka di kamar masing-masing, mereka lalu segera menyalakan mesin dan mengemudikan kapal ke laut lepas.     

Karena di catamaran itu hanya ada dua kamar, maka JM berbagi kamar dengan Vega, dan Altair berbagi kamar dengan Mischa. Setelah kapal keluar dari pelabuhan, JM dan Vega segera naik ke dek dengan mengenakan atasan bikini dan celana pendek serta topi lebar.     

Ketika kedua gadis itu naik ke dek, serentak Mischa dan Altair tampak tertegun. JM adalah seorang supermodel yang sangat cantik dan penampilannya yang seksi dan mempesona telah banyak menghiasi majalah.     

Sementara itu, walaupun Vega bukanlah seorang model, ia tidak kalah cantiknya dengan JM. Siang itu adalah pertama kalinya Mischa melihat Vega mengenakan pakaian yang cukup seksi, atasan bikini dan celana pendek dan untuk beberapa saat pria itu kehilangan suaranya.     

"Mau minum wine?" tanya Vega sambil mengacungkan sebotol wine dan dua gelas di tangannya. JM membawa dua gelas lainnya.     

Ia mengerutkan kening karena tidak mendapat jawaban dari kedua pria yang berdiri tertegun di depannya. Altair tampak terpesona melihat JM, dan Mischa terpesona melihat Vega.     

"Kalian kenapa?" tanya gadis itu keheranan. Ia lalu menaruh botol wine di meja dan melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Mischa. "Hei..!"     

Barulah Mischa tergugah dari lamunannya. Ia mengerjap-kerjapkan matanya dan tersenyum malu-malu.     

"Maaf... aku hanya..." Ia menelan ludah. "Kau cantik sekali."     

Di depannya berdiri seorang wanita paling cantik di dunia dengan kulit yang terlihat sehat, wajah tersenyum bahagia, dan penampilan yang santai dan ringan.     

Yang membuat Vega terlihat sangat cantik hari ini, lebih daripada biasanya, dan sangat jauh berbeda dibandingkan Vega yang dulu dikenalnya sebagai Fee adalah.. senyumnya yang terlihat sangat bahagia.     

Fee yang dulu memiliki wajah yang cantik tetapi ia selalu tampak sedih dan tertekan. Namun, hari ini, ia terlihat sangat bahagia.     

Hal inilah yang membuat Mischa tertegun. Ia merasa sangat terharu karena diberi kesempatan untuk melihat hal ini dan menjadi bagian dari proses pemulihan Vega.     

Hari itu, Mischa merasa sangat bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.