The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan Dengan Ren (1)



Pertemuan Dengan Ren (1)

3Vega hanya mengangkat bahu. "Aku tidak keberatan. Mischa orangnya sangat menyenangkan."     

"Bagus. Aku sudah bicara kepadanya. Ia akan menjemputmu ke sini sebentar lagi," kata Altair sambil tersenyum lebar.     

"Ehh... kapan kau bicara kepadanya? Aku kan baru menjawab sekarang..." tukas Vega keheranan.     

"Aku tidak perlu bicara denganmu untuk tahu apa yang kau mau... hehehehe.."      

Vega hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalany melihat sikap kakaknya yang tampak terlalu bersemangat menjodohkan Vega dengan Mischa.     

Sebenarnya, Vega tidak keberatan sih. Ia tahu kakaknya dan ayahnya sangat menyukai Mischa. Ia sendiri menganggap pria itu sangat baik dan... Mischa juga sangat tampan.     

Dulu ia menyukai Mischa setengah mati. Sekarang, Vega tidak tahu seperti apa perasaannya yang sebenarnya kepada pria itu.     

Dadanya memang masih terasa berdebar-debar saat mereka hanya berdua saja, seperti tadi malam ketika mereka berjalan pulang dari Champ De Mars sambil bergandengan tangan menuju ke mobil... atau ketika mereka sama-sama menyiapkan makan malam, dan kemudian duduk makan bersama.     

Namun.. apakah itu cinta?     

Bagaimana ia bisa tahu?     

Vega tidak ingin menutup diri dari segala kemungkinan. Itulah sebabnya ketika Mischa mengatakan bahwa ia ingin mengajak Vega kencan, gadis itu mengiyakan saja dan selebihnya lihat nanti.     

Kalau memang yang dirasakannya kepada Mischa ini adalah cinta... maka ia akan dengan senang hati menyambut lelaki itu ke dalam kehidupannya.     

Benar saja, sepuluh menit kemudian terdengar ketukan di pintu.      

"Itu pasti Mischa," kata Altair. Ia lalu bicara kepada sistem asisten rumah tangga terkomputerisasi di penthouse itu. "Buka pintu kalau yang datang adalah Mischa Rhionen."     

Tidak lama kemudian pria tampan itu telah melangkah masuk ke dalam penthouse dan segera melangkah ke teras.     

"Selamat pagi," kata Mischa kepada Vega, Altair, dan JM yang masih menikmati teh pagi mereka di teras.      

"Selamat pagi. Kak Mischa sudah sarapan?" tanya Vega menawarkan.     

Mischa mengangguk. "Sudah."     

"Oh.. aku sudah hampir selesai. Tinggal menghabiskan tehku saja," kata Vega. "Altair bilang, Kak Mischa akan menjemputku untuk pergi bersama ke pameran RMI?"     

"Benar," kata Mischa.     

"Oh, ya... Tatiana tadi mengirim SMS, ia bilang akan mewawancaraimu setelah jam makan siang. Apakah itu benar?" tanya Vega lagi.     

"Itu benar."     

"Oh.. baiklah. Katanya setelah mewawancaraimu, ia akan minum teh bersama Direktur SpaceLab yang baru. Ia memintaku menemaninya, karena katanya aku menyukai astronomi... hahaha.. ada-ada saja."     

Altair dan Mischa saling pandang saat mendengar kata-kata Vega.     

Direktur SpaceLab yang baru? Renald Hanenberg?     

Keduanya hanya mengangguk pelan. Berarti sudah dimulai, pikir mereka bersamaan.     

Tahun lalu, sebelum Vega melupakan semuanya, ia ingin bersikap adil kepad Ren yang memohon untuk diberikan kesempatan kedua.     

Sebenarnya keluarga Linden marah dan tidak setuju jika Ren diberikan kesempatan kedua setelah Vega mengampuni perbuatannya. Alasan Vega adalah, Ren melakukan semua kejahatannya untuk membalas perbuatan Alaric kepada Friedrich dan ribuan korban lainnya.     

Dengan memaafkan Ren, Vega ingin memutus lingkaran setan di antara keluarga mereka. Vega memilih melupakan semuanya agar ia dapat memaafkan Ren sepenuhnya.     

Kini, setelah mereka memulai hidup baru dengan membuang semua ingatan yang lama yang penuh dengan sakit hati dan dendam, Vega diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Mischa dan Ren.     

Keluarga Linden sudah pasrah. Siapa pun yang nanti akan dipilih gadis itu, mereka akan menerimanya.     

"Kenapa kalian saling pandang begitu?" tanya Vega. "Kalian kenal dengan Direktur SpaceLab yang baru?"     

Altair mendeham. "Bisa dibilang begitu. Aku pernah bertemu dengannya."     

"Oh.. bagaimana orangnya?" tanya Vega. "Tatiana sebenarnya sangat takut kepada orang itu, makanya dia berkeras mengajakku. Katanya Professor Renald Hanenberg itu galak dan ketus."     

Altair membuang muka. "Entahlah, aku tidak terlalu kenal. Aku hanya tahu dia itu sangat pandai. orang bilang, genius."     

"Hmm.. aku belum tahu seperti apa orangnya. Apa aku perlu cari tahu dulu di internet ya?" Vega mengeluarkan ponselnya dan hendak mencari berita tentang Renald Hanenberg, tetapi Mischa segera menggandeng tangan gadis itu dan mengajaknya keluar.     

"Nanti saja di mobil mencari beritanya," kata Mischa. "Ayo kita segera ke pameran."     

"Oh, iya.. benar juga. Kak Mischa tidak boleh terlambat," kata Vega sambil tertawa kecil. Ia lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku dan berjalan gembira mengikuti langkah Mischa.     

Kali ini Vega mengenakan jeans yang simpel dengan kemeja putih tipis dan sepatu stilleto berwarna abu-abu. Udara musim panas di Prancis kali ini sangat panas, sehingga ia merasa lebih baik mengenakan pakaian yang ringan dan nyaman. Namun, walaupun penampilannya sangat sederhana, Vega terlihat sangat cantik.     

Ketika ia berjalan sambil bergandengan tangan dengan Mischa melintasi lobi hotel menuju ke halaman, semua pasang mata mengikuti langkahnya.     

Ia dan Mischa memang tampak sangat menarik perhatian. Vega yang sangat cantik mengenakan pakaian kasual, dan Mischa yang rupawan mengenakan pakaian serba hitam. Lagi-lagi semua orang bertanya dalam hati siapa gerangan keduanya.     

"Ayo masuk," kata Mischa sambil membukakan pintu mobilnya untuk Vega. Pria itu memang sangat senang menyetir sendiri. Sehingga di kota mana pun ia berada, RMI selalu menyediakan fasilitas mobil untuknya.     

Kali ini mereka mengendarai mobil convertible (beratap terbuka) untuk menikmati sinar matahari musim panas yang menyenangkan. Setelah Vega duduk dengan manis dan mengenakan sabuk pengaman, Mischa segera melajukan mobilnya dengan santai.     

"Hmm.. baiklah, Renald Hanenberg," gumam Vega sambil mengetik nama direktur SpaceLab yang baru itu di ponselnya.     

Mischa mengerling ke samping saat mendengar Vega menyebut nama lelaki itu. Lelaki yang sangat dibencinya, namun ia selalu harus bersikap sopan jika bertemu.     

Sebagai perwakilan RMI yang menjadi salah satu pendana SpaceLab, Mischa harus bertemu Renald Hanenberg beberapa kali. Karena Ren sama sekali tidak ingat apa pun tentang permusuhan mereka, tentu akan aneh jika tahu-tahu Mischa bersikap ketus kepadanya.     

Ren akan kebingungan dan bertanya ada apa sebenarnya.     

"Aneh.. jarang sekali ada fotonya di internet," gumam Vega sambil mengerutkan keningnya. "Kalaupun ada, tidak terlalu jelas."     

Tahun lalu, untuk memberi kehidupan baru bagi Vega dan Ren, Alaric menghapus sangat banyak jejak digital yang melibatkan keduanya. Termasuk foto-foto mereka bersama.      

Vega membaca berbagai informasi yang berhasil ia temukan tentang Ren.     

"Wahhh... ternyata Profesor Renald Hanenberg ini adalah seorang pangeran! Astaga.. dan bukan hanya pangeran, dia adalah pangeran putra mahkota kerajaan Moravia. Ia mengundurkan diri sebagai pewaris takhta karena... eh, dia mau menjadi orang biasa." Vega menoleh ke arah Mischa. "Romantis sekali. Ia menikahi seorang perempuan biasa dan karena istana tidak menerima istrinya... ia memutuskan untuk mundur dari takhta Moravia dan memilih hidup sebagai orang biasa agar dapat tetap bersama istrinya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.