The Alchemists: Cinta Abadi

Ajakan Makan Malam



Ajakan Makan Malam

0Vega menyesap tehnya sambil memejamkan mata. Ia mengingat-ingat lagi pria tampan berambut ikal keemasan yang tadi duduk makan di seberangnya. Ahh.. ia memang dulu sangat menyukai Mischa.     

Bagaimana perasaannya sekarang?     

Akhirnya gadis itu membuka mata dan menoleh ke arah Altair. Suaranya terdengar malu-malu saat ia menjawab pertanyaan saudaranya.     

"Aku tidak tahu." Vega tersenyum dan menggeleng perlahan. "Kurasa dulu dan sekarang sudah berbeda. Aku bukan lagi gadis remaja yang tidak kenal malu. Dan... aku juga tidak tahu apa yang terjadi kepada diriku selama aku menghilang."     

"Ahh... tapi kurasa dia tertarik kepadamu," balas Altair. "Apa kau tidak merasakan dari caranya bicara denganmu dan perhatiannya yang begitu besar. Kalau ia memang menyukaimu dan ingin mengajakmu kencan.. apakah kau akan menerimanya?"     

Vega tertawa kecil mendengar kata-kata Altair. "Kau ini bisa saja."     

"Aku serius. Bukankah kalian ada janji makan malam yang gagal? Bagaimana kalau ia mengajakmu untuk menebusnya?" tanya Altair lagi.     

Vega hanya mengangkat bahu. "Kurasa boleh juga. Kau tahu aku suka makan.. hahahaha..."     

"Ah.. baguslah. Kuharap Mischa akan benar-benar mengajakmu kencan. Kalau dia, aku akan mendukung," kata Altair sambil tertawa. Ia lalu menarik tubuh JM ke pangkuannya. "Lihat kami, sangat menyenangkan rasanya memiliki kekasih."     

JM mencubit lengan Altair dan mengomelinya. "Hush.. jangan memaksa Vega. Biarkan dia menikmati melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Kalau jodoh pasti tidak kemana."     

Mereka lalu mengobrol ringan sambil menghabiskan teh mereka. Walaupun baru pukul sepuluh malam, JM harus beristirahat agar ia dapat tampil segar dan menawan untuk show-nya keesokan hari.      

Karena itulah ketiganya segera beranjak ke kamar dan tidur.     

***     

Acara fashion show yang mereka hadiri didatangi oleh para sosialita dan penikmat mode dari seluruh Eropa.     

Kehadiran Vega dan rombongannya segera menarik perhatian orang yang datang karena orang-orang dapat melihat bahwa Vega dan Altair adalah saudara kembar karena wajah dan rambut mereka yang sangat serupa.     

Tatiana meliput acara itu dengan antusias dan bahkan memperoleh kesempatan berbincang-bincang dengan beberapa model dan desainer, sementara teman-temannya hanya dapat menikmati pertunjukan dengan kagum.     

Vega duduk di tengah-tengah Mischa dan Altair di kursi depan yang paling strategis untuk memperoleh pandangan jelas saat JM tampil melenggang di catwal. Secara otomatis, ketiganya menjadi pusat perhatian hadirin yang lain.     

Dua lelaki sangat tampan dan seorang gadis yang jauh lebih cantik dari para supermodel yang melenggang memperagakan desain pakaian terbaru itu mengundang decak kagum banyak orang yang segera menjadi penasaran ingin mengetahui siapa mereka sebenarnya.     

JM yang malam itu menjadi bintang acara terlihat sangat menawan. Hanya ia yang terlihat secantik Vega di ruangan fashion malam itu. Selama kariernya yang berlangsung hampir delapan tahun ia telah memikat hati begitu banyak orang.     

"Kapan kau akan melamar JM?" tanya Vega kepada saudaranya yang tampak terpesona menyaksikan setiap langkah kekasihnya dari ujung runway ke ujung satunya.     

"Kau ini bicara apa?" tanya Altair sambil tertawa. "Kami kan masih 23 tahun.. masih sangat muda. Ia mengunjukkan dagunya ke arah Mischa. "Kak Mischa saja tahun ini 48, tapi dia masih santai."     

Mischa tersenyum mendengar kata-kata Altair dan menggeleng. "Jangan seperti aku. Kalau aku memiliki kekasih, aku pasti sekarang sudah menikah. Tidak ada gunanya menunggu lama-lama kalau kau sudah menemukan wanita yang tepat."     

Vega mengangguk membenarkan. "Ayah dan ibu juga menikah setelah berkencan selama empat hari. Bayangkan! Dan mereka masih sangat saling mencintai padahal sudah 24 tahun lamanya. Sementara kau dan JM sudah saling mengenal selama 13 tahun. Kurang lama apa lagi itu?"     

Altair tidak mempedulikan ucapan adik perempuannya. Ia menatap Mischa dengan senyuman jahil. "Jadi, kalau Kak Mischa menemukan wanita itu sekarang, kau akan segera melamarnya?"     

Mischa mengangguk mantap. "Tentu saja."     

Secara bersamaan Altair dan Vega batuk-batuk saat mendengar ucapan Mischa barusan. Mischa hanya tersenyum melihat sikap keduanya. Ia lalu kembali memfokuskan perhatiannya kepada para model yang berlenggang di catwalk.     

Sementara itu, Tatiana yang berhasil mewawancarai beberapa desainer terkenal dan model papan atas, tampak sibuk dengan siaran live dan berbagai foto dan video yang ia ambil.     

Beberapa model dan pengunjung juga tampak mendekatinya untuk berbincang-bincang. Tatiana cukup terkenal di antara gadis-gadis muda dan menjadi panutan mereka.     

"Astaga.. hari ini sangat melelahkan tetapi sangat menyenangkan," kata Tatiana setelah selesai berkeliling kesana kemari dan kembali duduk di samping Altair. Ia menarik tangan pria itu dan berbisik. "Banyak orang yang bertanya kepadaku siapa kalian.. Wah, gila.. kalian ini sangat menarik perhatian."     

"Oh ya?" Altair tertawa.     

Ia tahu bahwa Tatiana benar. Penampilannya dan adiknya memang selalu menarik perhatian. Selain karena mereka memiliki rambut berwarna platinum dan wajah yang rupawan, keduanya juga terlihat sangat mirip. Orang-orang dapat segera mengetahui bahwa mereka adalah saudara kembar.     

"Iya, aku bilang saja, kalian ini temannya JM," kata Tatiana. "Untung aku tidak mewawancaraimu... kalau iya, JM bisa marah kepadaku karena membuat kekasihnya menjadi terkenal. Kalau Kak Mischa ini yang jadi terkenal kan tidak apa-apa. Soalnya dia single."     

Tatiana lagi-lagi menekankan pada kata single itu, sambil melirik ke arah Vega. Vega pura-pura tidak mendengar ucapan Tatiana. Ia menyadari bahwa sejak tadi malam saudaranya, dan temannya ini terus saja menggodanya dengan Mischa.     

Hal ini membuatnya menjadi merasa bersalah kepada Mischa yang seolah terus didesak untuk mendekatinya. Gadis itu mengerling ke arah Mischa, hendak melihat tanggapannya, tetapi sepertinya Mischa sama sekali tidak merasa terganggu.     

Ahh.. hal itu membuat Vega merasa sedikit lega.      

"Baiklah.. sebentar lagi acaranya selesai, kalian akan langsung pulang atau ada acara lain?" tanya Mischa kepada Altair untuk mengalihkan perhatian.      

"Oh... aku ada janji dengan JM, Kak Mischa bisa mengantar adikku pulang ke hotel?" tanya Altair. Ia menatap Mischa dengan pandangan penuh arti.     

Pria tampan berambut keemasan itu mengangguk.     

"Tentu saja." Ia lalu beralih kepada Vega. "Kau mau langsung pulang atau mau kemana dulu?"     

Vega menatap Tatiana. "Kau tidak ada acara kan? Mau pulang ke penthouse bersamaku? Kita bisa mengobrol lagi."     

Tatiana segera menggeleng kuat-kuat. "Aduh.. maaf, aku tidak bisa. Tadi aku sudah mengiyakan undangan pesta cocktail seorang desainer. Aku perlu ke sana untuk mengambil banyak konten."     

"Oh.. baiklah kalau begitu," Vega menghela napas panjang. Ia lalu menoleh ke arah Mischa. "Sepertinya aku akan pulang saja ke penthouse."     

"Kau tidak ingin ke suatu tempat?" tanya Mischa. "Aku tidak keberatan mengantarmu."     

Vega menggeleng. "Hmm.. rasanya tidak. Aku tidak ada rencana apa-apa."     

"Kalau kau tidak ada acara, apakah kau mau makan malam denganku?" tanya Mischa lagi. Ia terlihat tidak mau menyerah begitu saja. "Kita punya janji makan malam yang gagal."     

Altair mencubit Vega pelan, seakan mengingatkan gadis itu pada ucapannya sendiri di malam sebelumnya. Vega mengatakan bahwa ia akan bersedia jika Mischa mengajaknya makan malam untuk memenuhi janji makan malam mereka yang gagal dulu.     

"Aduh... jangan mencubitku. Sakit, tahu!" cetus Vega sambil memukul lengan kakaknya. Ia mengerucutkan bibirnya dan terus mengomel. "Kau tidak usah memaksa, aku pasti bilang iya."     

"Benarkah?" tanya Mischa dengan suara riang. "Aku akan senang sekali. Kita bisa makan di restoran di Menara Eiffel itu lagi.. atau aku bisa memasak untukmu. Kau bisa pilih."     

"Wahhhh.. Kak Mischa bisa memasak?" tanya Vega keheranan. "Aku tidak tahu ini."     

Mischa tersenyum sedikit saat mendengar kata-kata Vega. Gadis ini sama sekali tidak ingat bahwa dulu saat mereka tinggal bersama, Mischa kadang-kadang memasak untuk mereka berdua.     

"Aku bisa memasak makanan sederhana saja, jadi jangan memiliki ekspektasi terlalu tinggi... hahahaha," katanya sambil berseloroh. "Tapi aku tidak akan membiarkanmu kelaparan."     

"Janji ya," kata Vega, balas tertawa. "Aku ini suka makan. Jadi kalau Kak Mischa mengajakku makan malam, aku pasti semangat."     

Mereka berempat tertawa mendengarnya. Mischa lalu mengangguk-angguk. "Baiklah, aku akan selalu mengajakmu makan malam, agar kau tidak menolak ajakan kencan dariku."     

Seketika suasana berubah menjadi hening.     

Apa tadi barusan? Mischa bilang ia akan selalu mengajak Vega makan agar ia tidak menolak ajakan kencan darinya?     

Tadi itu, Mischa benar-benar menggunakan kata 'kencan'? Mereka tidak salah dengar?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.