The Alchemists: Cinta Abadi

Janji Makan Malam



Janji Makan Malam

0"Kak Mischa sudah makan malam?" tanya Vega kemudian. Ia lalu menoleh kepada saudaranya. "Apakah kau juga mengundang Kak Mischa untuk makan malam bersama?"     

Altair menggeleng. Ia tadinya hanya ingin memberikan kejutan kepada Vega untuk bertemu teman-teman sekolahnya dulu.     

Sedangkan untuk Mischa, ia berharap pria itu dapat mengajak Vega untuk makan malam berdua saja setelah mereka nanti bertemu di eksibisi.     

Ahh.. siapa yang menduga bahwa mereka secara kebetulan akan bertemu di sini secara tidak sengaja.     

"Aku belum makan malam, tetapi aku bisa makan malam sendiri di suite," kata Mischa sambil tersenyum. "Aku tidak mau mengganggu acara kalian."     

"Wahh.. kurasa tidak apa-apa tambah satu orang lagi. Iya, kan, Altair?" tanya Vega. "Lagipula ini makan malam ulang tahun kita. Kak Mischa adalah keluarga."     

Dada Mischa berdebar-debar saat mendengar Vega menyebutnya keluarga.     

Ah, padahal mereka sudah setahun tidak bertemu dan Vega yang sekarang tentu sudah tidak ingat bahwa dulu mereka pernah berhubungan cukup dekat selama berbulan-bulan sebagai bos dan asisten.     

Ternyata Vega masih sangat perhatian kepadanya.      

Altair mengerling dan melihat sikap Mischa yang tampak agak salah tingkah rasanya ingin tertawa terbahak-bahak. Ia lalu mendeham dan mengangguk.      

"Tentu saja. Ini kan malam ulang tahun kami. Kak Mischa ikut saja makan malam bersama kami," katanya.     

"Ahh... aku ingat waktu itu Kak Mischa mentraktirku makan malam saat ia bepergian ke Bordeaux. Jadi biar sekarang biarkan aku yang mentraktimur," kata Vega sambil tertawa. Ia lalu menarik tangan Mischa kembali ke restoran.      

Pemuda itu tampak tidak percaya pada penglihatannya sendiri saat melihat Vega menggandeng tangannya dengan santai berjalan masuk ke The Lily.     

Untunglah sesaat kemudian kesadarannya kembali dan ia berjalan mengikuti gadis itu dengan wajah gembira.     

Ahh.. Ini benar-benar Vega yang dulu, sebelum ia diculik dan dirusak oleh Ren, pikir Mischa.     

Ia ingat bahwa Vega yang dulu, saat masih remaja, sangat percaya diri, selalu ceria, dan hangat.     

Vega yang ia temui di Almstad adalah seorang gadis yang sedih, tertutup, dan sering rendah diri kalau membandingkan dirinya dengan gadis-gadis dari kalangan atas yang kaya dan berpendidikan tinggi.     

Mischa sangat lega melihat perubahan ini. Ia merasa bahwa Vega memang mengambil keputusan yang tepat setahun lalu.      

Altair dan JM bertukar pandang lalu tersenyum. Keduanya ikut berjalan masuk ke The Lily. Seorang pelayan menghampiri mereka dengan penuh hormat dan membawa mereka ke lounge khusus untuk tamu VVIP.     

Lounge ini terletak di bagian ujung yang paling privasi dan memiliki teras sendiri ke luar. Mereka dapat melihat ke bawah lewat dinding kaca dari ketinggian 40 lantai.     

Di sebelah timur, menara Eiffel yang cantik tampak berkilauan dengan lampu yang berpendar-pendar.     

Seluruh pusat kota Paris dapat dilihat dari teras ini dan memberi mereka pemandangan yang sangat istimewa.      

Setelah keempatnya duduk di kursi masing-masing, mereka memesan minuman sambil menunggu teman-teman sekolah Vega datang.     

"Aku sebenarnya penasaran, siapa yang kau undang," kata Vega sambil menyesap wine di gelasnya dengan anggun.     

"Sebentar lagi. Mereka sudah tiba. Sedang naik ke lantai sini," jawab Altair.     

"Hmmph.. kau akan membuatku mati penasaran," omel Vega. Gadis itu lalu mengalihkan perhatiannya kepada Mischa yang sedang menikmati minumannya dengan diam.     

Karena tadi ia sudah minum beberapa gelas, kali ini Mischa hanya memesan air putih. Ia tidak ingin kehilangan kendali di depan Vega karena minum terlalu banyak.     

"Kak Mischa berapa lama di Paris?" tanya Vega kepada pria itu.     

"Acara eksibisinya diadakan selama tiga hari, tapi kalau kalian akan di Paris untuk waktu yang lama, aku bisa memperpanjang kunjunganku ke sini. Kita sudah lama tidak bertemu," jawab Mischa. "Ayahmu menyuruhku untuk menjaga kalian."     

"Ahh.. ayah selalu terlalu kuatir," kata Vega sambil tetawa kecil. "Kami ke sini dengan 20 pengawal yang tangguh. Kurasa kami akan baik-baik saja."     

Memang, sekarang Alaric tidak mau mengambil risiko. Menurutnya lebih baik memiliki terlalu banyak pengawal untuk Vega daripada terlalu sedikit.     

"Hmm... yah, ayahmu melakukannya karena terlalu sayang kepadamu," kata Mischa. "Kuharap kau tidak menganggapnya sebagai hal yang buruk."     

Vega menggeleng. "Tidak, sama sekali tidak. Aku menghargai perhatian ayah, tetapi itu membuatku menjadi malas untuk bepergian. Aku tidak mau merepotkan banyak orang."     

'Ah, Vega.. kau ini terlalu baik,' pikir Mischa.     

"Aku yakin mereka tidak keberatan. Itu tugas mereka," katanya sambil menggeleng-geleng. Ia lalu mendeham. "Tapi kalau kau ingin bepergian dan tidak ingin merepotkan para pengawalmu, kau bisa bilang kepadaku. Aku yakin ayahmu akan mengizinkanmu pergi denganku tanpa membawa mereka. Kau bisa lebih bebas."     

Altair dan JM saling pandang dan batuk-batuk kecil di sudut mereka. Keduanya saling tersenyum dan berusaha menahan diri untuk tidak mengatakan apa-apa.     

Ahh.. apakah Mischa barusan mengajak Vega untuk pergi dengannya.. alias kencan?     

"Ahhh.. aku tidak mau merepotkan Kak Mischa..." Vega tertawa kecil dan menekap bibirnya. "Tapi..."     

Mischa menatap bibir gadis itu, seolah berusaha agar tidak melewatkan satu kata pun dari bibirnya.     

"Tapi?" Ia mengulangi kata-kata gadis itu.     

"Tapi, kalau Kak Mischa tidak keberatan direpotkan, aku akan senang sekali..."      

Vega merasa tawaran Mischa sangat masuk akal. Lagipula, bukankah tujuh tahun lalu saat ia dan Altair ikut karyawisata ke Prancis, ayahnya juga mempercayakan Mischa untuk menjaga dirinya dan Altair?     

Misch menarik napas lega mendengar kata-kata Vega dan tersenyum tipis. "Aku tidak akan pernah keberatan direpotkan olehmu."     

"Ahhh.. aku senang sekali!! Baiklah, aku akan bilang Ayah. Ada beberapa tempat yang ingin kukunjungi tetapi aku tidak ingin membawa pengawal yang begitu banyak," kata Vega dengan gembira.     

Ia mengambil ponselnya hendak menghubungi ayahnya dan memberi tahu percakapannya dengan Mischa, tetapi sebelum ia sempat memencet tombol panggilan, sebuah suara yang familiar segera mengalihkan perhatiannya.     

"VEGA LINDEN!!! Aku sangat merindukanmu!!!"     

Vega mengangkat wajahnya dan melihat ke arah asal suara. Ekspresi keheranan di wajahnya segera berganti dengan ekspresi terkejut dan gembira.     

"HEIII!!! TATIANA PETROVA!!! Aku juga sangat merindukanmu!!" seru Vega sambil melonjak bangun dari kursinya. Ia melihat sahabatnya sewaktu di SMA dulu muncul di ambang pintu lounge.     

Ah.. Tatiana kini terlihat dewasa dan sangat keren. Penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki mengenakan barang-barang mewah karya desainer. Rambutnya juga ditata dengan model terbaru.     

Kalau orang melihat Tatiana sekarang, mereka akan langsung menebak bahwa ia adalah seorang sosialita kalangan atas atau influencer. Di tangannya ada sebuah tas tangan mewah dan dari dalamnya menyembul sebuah kamera mahal model terbaru.     

Memang sekarang Tatiana sudah menjadi public figure, influencer yang sangat terkenal. Vega sering melihat berita tentangnya di berbagai media.     

Tulisan blog dan video Tatiana seputar traveling dan gaya hidup sudah menjadi seperti kitab sucinya banyak wanita muda di dunia.     

Kedua gadis itu saling berpelukan erat sekali. Wajah Tatiana yang cantik tampak begitu haru dan ia sampai menitikkan air mata.     

"Astaga.. jangan menangis.. hahaha.. aku tidak apa-apa," kata Vega sambil tertawa dan menepuk-nepuk punggung Tatiana. "Aku tidak ingat apa yang terjadi selama beberapa tahun, tetapi selain itu semuanya baik-baik saja."     

Dengan susah payah Tatiana lalu melepaskan diri dari Vega dan menatap gadis itu dengan mata berkaca-kaca. "Ya, aku sudah mendengar kabarmu dari Altair. Katanya kau baik-baik saja, hanya perlu waktu untuk memulihkan diri dan ingatanmu. Huhuhu... kuharap kau tidak melupakanku."     

"Tentu saja tidak. Kau adalah sahabatku. Aku selalu mengingatmu. Sebenarnya, aku hanya tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama aku hilang," kata Vega. Ia lalu berbisik dengan wajah super serius. "Kurasa aku ini diculik alien."     

Semua orang di ruangan itu mengerutkan keningnya keheranan mendengar kata-kata Vega. Sedetik kemudian barulah mereka sadar bahwa gadis itu hanya bergurau. Segera saja ruangan lounge diisi oleh tawa semua yang hadir.     

Ahh, Vega bisa saja membuat masalahnya menjadi bahan gurauan, pikir mereka. Semuanya merasa lega karena Vega sama sekali tidak kehilangan selera humornya dan masih bisa menertawakan diri sendiri.     

"Kau ini bisa saja," omel Tatianan yang langsung hilang rasa sedihnya. Ia lalu menoleh ke belakang dan menyuruh teman-temannya yang lain masuk. "Ayo teman-teman, semuanya masuk. Kita rayakan pertemuan kembali dengan Vega, sekaligus ulang tahunnya dan Altair."     

Sharon, Ellen dan Stu berturut-turut masuk dan memeluk Vega. Mereka semua kini terlihat sudah dewasa dan banyak berubah. Setelah tidak bertemu selama tujuh tahun ada begitu banyak hal yang ingin mereka bagikan bersama.     

"Aku mau membuat siara live untuk para followerku," kata Tatiana sambil mengeluarkan kameranya. "Kalian tidak keberatan, kan?"     

"Tidak, tentu saja," kata Vega dengan gembira. Ia mengerling ke arah saudaranya. "Tetapi, tolong jangan sebut siapa kami di dalam videomu. Kami lebih suka kalau identitas kami tidak diekspos. Dan.. itu juga akan lebih aman bagimu."     

Tatiana tertegun mendengar kata-kata Vega. Ah.. benar juga. Teman sekolahnya ini bukan orang sembarangan. Kalau sampai orang-orang tahu Tatiana sedang makan malam dengan Vega Linden dan Altair Linden, mungkin akan ada orang jahat yang mengincarnya juga.     

"Oh.. kau benar juga," kata Tatiana. "Kalau begitu, tidak jadi saja."     

"Tidak apa-apa, Tatiana," kata Altair menenangkan. "Kurasa kau harus tetap bersikap seperti dirimu sendiri. Tapi kalau kau mau menbuat video lagi, kau tidak usah menyebut-nyebut nama Vega sama sekali. Keluarga kami tidak ingin publik tahu bahwa Vega sudah kembali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.