The Alchemists: Cinta Abadi

Tragedi Di Salzsee



Tragedi Di Salzsee

1Semangat Friedrich membuat Hannah dapat melupakan kesedihannya karena memikirkan bahwa suaminya itu akan meninggal muda. Ah... Friedrich kan seorang genius? Ia pasti tahu apakah suatu riset memang menjanjikan atau tidak.     

Pelan-pelan setitik harapan kembali muncul di hati Hannah. Ia akan percaya pada penilaian Friedrich. Kalau memang Lewy Body Dementia dapat disembuhkan, maka ia akan sangat bersyukur, tetapi kalau tidak... setidaknya mereka sudah tahu dari awal bahwa waktu mereka memang hanya tinggal sedikit.     

Sementara Friedrich banyak berhubungan dengan para periset dan perusahaan farmasi yang sedang meneliti obat dan perawatan yang dapat meringankan penyakitnya, Hannah akhirnya memutuskan untuk menuruti permintaan suaminya dan menghubungi keluarganya.     

Seperti yang telah ia duga, Raja Gustave dan Ratu Elena masih marah karena menganggap Hannah merusak nama baik mereka terhadap keluarga penguasa Spanyol. Mereka tidak bersedia bertemu dengannya.     

"Aku bilang juga apa? Bagiku mereka sudah mati, dan bagi mereka aku sudah mati. Aku tidak mau lagi mengurusi orang-orang itu," cetus Hannah kesal. "Mereka bukan keluargaku. Aku tidak punya keluarga lain selain kau, Karl, dan anak kita ini."     

Friedrich akhirnya mengangguk dan mengalah. Ia tidak akan lagi menyarankan kepada istrinya untuk mencoba berbaikan dengan keluarganya. Tadinya ia sangat ingin Hannah kembali kepada keluarganya karena ia tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian di dunia setelah ia meninggal.     

Ia menganggap Hannah akan membutuhkan bantuan, bukan saja dari teman dekatnya, tetapi juga keluarga, apalagi ibunya. Hannah masih sangat muda, ia belum pernah memiliki anak dan sama sekali tidak memiliki pengalaman. Alangkah baiknya kalau Ratu Elena akan dapat memberikan nasihat tentang mengurus anak kepada Hannah.     

Tetapi kini ia menyadari bahwa sia-sia saja mengharapkan bantuan dari keluarga itu kalau memang hubungan di antara mereka sangat buruk. Kini, diam-diam Friedrich hanya berharap bahwa penelitian yang sedang berlangsung memang dapat memberikan sedikit kabar gembira bagi orang-orang dengan penyakit seperti yang sedang ia alami.     

Saat kehamilan Hannah menginjak usia delapan bulan, dokter menyarankan mereka untuk mencari udara segar di pedesaan karena gadis itu mengalami sesak napas sebagai akibat samping dari kehamilannya. Friedrich juga mulai terlihat depresi karena baru mendapatkan kabar bahwa uji klinis terbaru yang diadakan kelompok peneliti tersebut mengalami kegagalan.     

Situasi mereka terlihat kurang menguntungkan. Karenanya Hannah menyarankan agar mereka mengambil waktu berlibur untuk mencari udara segar dan menenangkan pikiran.     

"Aku setuju," kata Aurora dengan penuh semangat. "Ibuku bilang, wanita hamil tidak boleh stress. Sebaiknya di bulan terakhir kehamilan, kalian menenangkan diri, bersenang-senang, supaya nanti siap untuk menyambut calon bayi kalian."     

"Hmm.. kau benar juga," kata Hannah. "Aku melihat akhir-akhir ini suamiku menjadi sering murung. Mungkin memang ada baiknya kami pergi ke pedesaan untuk menenangkan diri."     

Hannah masih belum memberi tahu Aurora tentang penyakit suaminya. Selain ingin menjaga privasi Friedrich, ia juga tidak ingin dikasihani. Biarlah nanti, kalau saatnya tiba, Aurora akan tahu sendiri, pikirnya.     

"Bagaimana kalau kalian pergi ke Salzsee? Keluargaku memiliki rumah peristirahatan di sana," kata Aurora menyarankan. "Ada villa cantik di tepi danau. Pemandangannya sangat indah, dan udaranya juga segar. Kalian pasti akan dapat merasa terhibur. Pssst.. tempatnya juga sangat romantis. Kalian bisa jalan-jalan keliling danau atau bersampan. Ibu hamil kan sebaiknya sering jalan kaki agar bayinya cepat turun dan siap masuk jalan lahir."     

"Kau ini bicara seolah kau sudah pernah melahirkan saja," kata Hannah sambil tersenyum. Ia sangat senang mendengar anjuran Aurora dan kebaikan sahabatnya meminjamkan rumah keluarganya agar ia dan Friedrich dapat menenangkan diri.     

"Ah, aku sengaja belajar banyak hal tentang kehamilan dan merawat bayi agar aku dapat membantumu," kata Aurora.     

Hannah sungguh terharu mendengar kata-kata sahabatnya itu. Air matanya menetes perlahan dan ia lalu memeluk Aurora dengan sungguh-sungguh.     

"Terima kasih... terima kasih, Aurora, karena kau selalu ada di sampingku," bisik Hannah. "Aku sangat menyayangimu."     

Aurora mengusap punggung Hannah dengan haru. Mereka telah bersahabat sejak masih bersekolah dan telah berbagi hidup bersama. Tentu saja ia akan melakukan apa pun untuk menolong Hannah.     

***     

Ketika Hannah menyampaikan hal itu kepada Friedrich, pria itu tampak tidak terlalu setuju dengan ide tersebut. Ia tidak tahu seperti apa tempat yang disarankan oleh Aurora tersebut dan ia juga kuatir bila terjadi apa-apa di desa, mereka tidak akan dapat mendapat pertolongan medis yang baik secepatnya.     

"Kau kan sedang mengandung," kata Friedrich sambil mengelus perut Hannah. "Bagaimana kalau nanti kau kenapa-kenapa?"     

Hannah tersenyum manis dan balas mengacak rambut suaminya. "Tidak apa-apa. Di sana ada klinik desa dan dokternya juga sangat sigap. Kalau ada apa-apa, Sebastian akan mengirim helikopter untuk menjemput kita. Bagaimana? Kurasa akan sangat baik bagi kita untuk berlibur sebelum anak kita lahir. Ini adalah kesempatan terakhir kita untuk bersenang-senang sebelum nanti kita menjadi kurang tidur dan harus mengurusi bayi selama 24 jam sehari."     

Karena Hannah berkali-kali membujuk, akhirnya Friedrich mengalah. Ia menyiapkan kepergian mereka untuk berlibur. Karl juga akan datang ke Moravia untuk liburan musim panasnya sekaligus membantu-bantu keluarga kakaknya.     

"Kau bisa langsung datang ke Salzsee," kata Friedrich lewat telepon kepada adiknya. "Kami akan ke sana untuk berlibur. Supir kami akan menjemputmu di bandara."     

"Tentu saja!" kata Karl dengan gembira. Ia sudah mendengar dari Hannah tentang rencana liburan ini dan ia sangat mendukungnya. Ia tahu bahwa akhir-akhir ini Friedrich memang menjadi depresi setelah kabar tentang uji klinis riset yang diharapkannya ternyata gagal. Karl berusaha tetap terdengar ceria saat bicara di telepon dengan kakaknya. "Kalian bersenang-senanglah. Aku akan menyusul."     

Itu adalah saat terakhir Karl berbicara dengan kakaknya.     

Ia sangat menyesal tidak berbicara lebih lama dengan kakak yang sangat disayanginya itu. Seandainya ia tahu itu akan menjadi pembicaraan mereka yang terakhir kalinya, ia tidak akan berhenti bicara.     

Ia akan langsung terbang ke Moravia dan bertemu Friedrich, memeluknya dan menahannya agar tidak pergi.     

***     

Dua hari setelah Hannah dan Friedrich tiba di Salzsee, pemuda genius itu mengambil nyawanya sendiri. Hannah tidak menemukannya ketika ia bangun di pagi hari. Ia tahu Friedrich tidak mungkin pergi ke suatu tempat mana pun tanpa memberitahunya.     

Hannah mencoba menghubungi teleponnya tetapi ternyata Friedrich tidak membawa ponselnya. Hannah langsung menjadi cemas. Ia meminta bantuan supir untuk mengerahkan warga desa melakukan pencarian ke sekeliling mereka.     

Friedrich ditemukan di danau dengan kondisi tak bernyawa, tanpa ada tanda-tanda kekerasan. Hasil penyelidikan polisi menyimpulkan ia bunuh diri.     

Karl yang mendengar kabar itu segera datang dengan penerbangan berikutnya. Ia bahkan tidak membawa tas, hanya pakaian yang melekat di tubuhnya dan paspor. Pikirannya kacau dan ia tak dapat berkonsentrasi. Tragedi ini terjadi begitu tiba-tiba.     

"Apa yang terjadi?" tanya Karl yang berlari menghampiri Aurora dan Sebastian yang duduk lesu di depan ruang operasi. Sebastian telah mengirim helikopter untuk menjemput Hannah dan jenazah Friedrich dari Salzsee. Kini ia dan Aurora mendampingi Hannah di rumah sakit.     

Hannah begitu shock saat mengetahui bahwa suaminya tiba-tiba meninggal hingga air ketubannya pecah dan ia dipaksa melahirkan lebih awal. Kandungannya belum genap berusia delapan bulan dan dokter kuatir salah satu dari ibu atau bayi akan meninggal.     

Aurora spontan bangkit dan memeluk Karl. Walaupun ia belum pernah bertemu Karl secara langsung, ia telah banyak mendengar tentang pemuda itu dari sahabatnya dan langsung mengetahui siapa ia ketika Karl tiba di rumah sakit.     

"Kami turut berduka cita, Karl. Kakakmu orang baik.. Kami semua akan sangat merindukannya." bisik Aurora di sela-sela tangisnya.     

"Aku ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya..." ulang Karl lagi, kali ini dengan gigi bergemeletuk. Ia melepaskan diri dan menoleh ke arah Sebastian yang matanya bengkak karena ikut menangisi nasib malang Hannah. "Tuan, beri tahu aku... kenapa kakakku bisa pergi berlibur ke desa yang kau sarankan dan ia berakhir mati? Jawab aku!!!"     

Ia menarik kerah baju Sebastian dan bersikap mengancam. Untunglah pemuda bangsawan itu mengerti bahwa perbuatan tidak sopan remaja di depannya ini dilakukannya karena ia benar-benar sedang merasa terpukul akibat kematian kakaknya.     

"Tenanglah dulu.. Membuat keributan tidak akan menghasilkan apa-apa," kata Sebastian dengan sabar. Ia menepuk bahu Karl dengan lembut lalu mengajaknya duduk. "Hannah sedang melahirkan di dalam sana. Sebaiknya jangan membuatnya stress dulu. Ia sudah cukup banyak menderita."     

Dengan tenang dan suara penuh simpati, Sebastian lalu menceritakan dari awal sejak Friedrich menghilang dari vila tempatnya tinggal bersama Hannah hingga kemudian warga desa menemukan tubuhnya tenggelam di danau.     

"Kakakku tidak bisa berenang. Untuk apa ia pergi ke danau?" tanya Karl dengan suara tercekat. Ia lalu menatap Sebastian dengan pandangan menyala-nyala. "Kenapa kalian menyuruh mereka pergi ke danau itu???"     

Sebastian seketika merasa bersalah. Ia tidak tahu Friedrich tidak dapat berenang. Rasanya sulit dipercaya bahwa di zaman seperti sekarang ini ada orang yang tidak memiliki life skills yang demikian penting seperti berenang.     

Lagipula.. Friedrich kan tidak disuruh berenang. Mereka hanya menyarankan agar ia dan Hannah menikmati pemandangan desa yang indah untuk menenangkan diri. Mereka juga tidak tahu kenapa Friedrich ke danau dan bunuh diri.     

Karl membenamkan wajahnya di kedua tangannya. Ia benar-benar tak dapat menerima kenyataan ini. Kakaknya yang hebat, kakaknya yang membanggakan.. kakaknya yang sangat ia sayangi, pergi begitu saja tanpa memikirkan dirinya, Hannah dan calon anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.