The Alchemists: Cinta Abadi

Rahasia Di Masa Lalu: Kedatangan Valentino



Rahasia Di Masa Lalu: Kedatangan Valentino

3Friedrich mengamati Hannah selama beberapa saat dan kemudian memejamkan matanya, berusaha untuk mengikuti gadis itu yang sudah tidur. Ah, seandainya ia dapat tidur semudah Hannah, tentu ia akan senang sekali.     

Setelah setengah jam ia tidak juga berhasil memaksa dirinya untuk tidur, Friedrich bangkit dari tempat tidur dan mengambil tabletnya. Ia memutuskan untuk membaca beberapa dokumen kantor yang harus ia tandatangani minggu depan.     

Perlahan-lahan tubuhnya menjadi semakin lelah. Ia lalu menyimpan tabletnya dan kemudian mencoba bermeditasi untuk menenangkan pikirannya.      

Ternyata membaca tidak membantu membuatku mengantuk, pikir Friedrich agak sebal. Ia lalu mengosongkan pikiran dan menatap langit-langit. Sepuluh menit kemudian ia menarik napas panjang dan membaringkan tubuhnya di samping Hannah.     

Ia menatap gadis itu lagi. Hmm.. sepertinya Hannah sedang bermimpi, pikirnya.     

Friedrich melihat Hannah mengerutkan keningnya dengan mata masih terpejam. Bibirnya mengeluarkan suara berbisik yang tidak jelas. Semakin lama Friedrich mengamati ekspresi Hannah, ia semakin yakin bahwa gadis itu sedang bermimpi buruk.     

"Jangan... Jangan Valentino... kau tidak boleh... Aku tidak mau menikah denganmu! Ahh.."      

Friedrich mengamati Hannah baik-baik. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa gadis itu sepertinya sangat membenci Valentino hingga terbawa mimpi.     

"Jangaann!!!! Tolong.. ! Tolong aku!!" Suara Hannah terdengar semakin keras dan menyedihkan, seperti seorang gadis yang tidak berdaya dan sedang diserang oleh seseorang. Tangannya memberontak dan kakinya menendang kesana dan kemari.     

Friedrich yang berusaha tidur menjadi tidak fokus pada upayanya untuk beristirahat. Ia merasa kasihan melihat gadis itu tampak seperti diserang dan sangat ketakutan.     

"Ssshh... tidak ada orang jahat itu di sini," kata Friedrich akhirnya. Ia memeluk Hannah dan berusaha menenangkannya dengan menepuk-nepuk bahunya lembut seperti yang ia lakukan ketika menenangkan Karl yang sedang bermimpi buruk.     

Air mata menetes dari sudut mata Hannah dan ia mencengkram jubah tidur Friedrich di dalam tidurnya.     

"Aku takut..." bisik Hannah. Suaranya terdengar sangat menyedihkan. Friedrich menjadi tidak tega. Ia mengusap-usap bahu Hannah dan terus berusaha menenangkannya.     

Dalam hati ia berusaha menduga-duga apa yang telah dilakukan Valentino kepada Hannah hingga gadis itu membencinya begitu dalam dan bermimpi buruk seperti ini.     

Karena Friedrich terus menenangkannya, pelan-pelan tubuh Hannah yang tegang mulai menjadi relaks dan air matanya berhenti mengalir. Cengkramannya pada jubah tidur pemuda itu terlepas dan Hannah kembali tidur.     

Friedrich menatap gadis itu dengan pikiran dipenuhi pertanyaan. Apa yang harus ia lakukan sekarang?      

Ketika ia mencoba melepaskan pelukannya dari tubuh Hannah, terdengar suara mendesis ketakutan dari bibir gadis itu, tangannya kembali mencengkram jubah tidur Friedrich.     

Terpaksa pemuda itu kembali memeluk Hannah dan mengusap bahunya agar gadis itu kembali tenang.     

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Friedrich memutuskan untuk terus memeluk Hannah dan berusaha tidur.     

Entah kenapa, perasaannya menjadi damai dan pikirannya yang sibuk menjadi lebih tenang. Dalam waktu tidak terlalu lama, Friedrich pun tertidur pulas.     

***     

KRIIIIING     

KRIIING     

Alarm yang sangat ribut dari ponsel Hannah membangunkan mereka berdua. Gadis itu terlonjak dari tidurnya dan segera duduk di tempat tidur. Keningnya berkerut ketika melihat Friedrich memeluknya dari samping.     

"Eeehh... apa-apaan ini?" desis gadis itu sambil menarik tangan Friedrich lepas dari tubuhnya. "Ternyata kau ini sama saja dengan laki-laki lain dan mau mengambil kesempatan ya?"     

Friedrich segera terbangun mendengar suara Hannah. Ia membuka mata dan menatap gadis itu yang menatapnya dari atas dengan senyum mengejek. Friedrich sadar bahwa ia telah tidur dengan memeluk tubuh Hannah semalaman.     

Ahhh... itukah sebabnya ia tidur begitu pulas?     

Buru-buru ia duduk di tempat tidur dan meregangkan tubuhnya. Ia hendak memberi tahu Hannah bahwa tadi malam ia terpaksa memeluk dan menenangkan gadis itu karena ia bermimpi buruk, bukan karena Friedrich hendak mengambil kesempatan.     

Namun, saat melihat wajah cantik Hannah yang tampak polos, Friedrich menjadi tidak tega membahas mimpi buruk gadis itu. Pastilah telah terjadi sesuatu yang buruk, dan Hannah akan merasa tersudut atau tertekan kalau Friedrich membahas apa yang terjadi.     

Karena itu, akhirnya Friedrich diam saja dan menerima tuduhan yang diarahkan kepadanya.     

"Ada SMS dari Sebastian," tukas Hannah tiba-tiba. Ia sedang membaca pesan di ponselnya dan mendapatkan informasi bahwa tunangannya, Valentino sudah tiba di Seattle dan langsung menuju ke tempat itu.      

"Lalu?" tanya Friedrich.     

"Ugh... tunanganku yang brengsek sudah tiba di kota ini dan sedang menuju ke sini. Ia akan tiba sebentar lagi..." Wajah Hannah seketika tampak panik. Ia buru-buru melepaskan tali jubah tidurnya dan melemparnya ke lantai. Kemudian ia mengacak-acak seprei di tempat tidur mereka dan kembali menyelinap ke bawah selimut. Ketika ia melihat Friedrich yang masih tertegun di tempatnya, gadis itu buru-buru menepuk tangannya. "Ayo, buka jubahmu!!"     

Friedrich kemudian ingat bahwa ia harus berpura-pura tidur dengan Hannah, agar Valentino dapat 'memergoki' mereka berdua sedang di tempat tidur dan kemudian membatalkan pernikahannya dengan Hannah.     

Tanpa bersuara ia pun melepaskan jubah tidur dari tubuhnya dan melemparnya ke lantai.     

"Sekarang peluk aku," tukas Hannah. Friedrich membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi. Hannah telah memeluknya dan menyandarkan kepala di dadanya. Tanpa sadar Friedrich menelan ludah.     

Sekarang tubuh keduanya sama sekali tidak mengenakan apa-apa di bawah selimut. Friedrich dapat merasakan kulit Hannah yang mulus menyentuh kulitnya. Ia belum pernah merasakan perasaan aneh seperti ini sebelumnya. Ah, ia tahu tentang hubungan seksual karena Friedrich banyak membaca, tetapi ia tidak mengira bahwa hal itu juga akan dapat mempengaruhinya.     

Selama ini ia lebih tertarik pada pengetahuan daripada lawan jenis dan ia tidak memiliki nafsu seksual menggebu-gebu terhadap wanita seperti kebanyakan lelaki seumurnya. Tetapi, saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Hannah begini... mau tak mau fantasinya melayang kemana-mana.     

Ah, ternyata kau hanya seorang laki-laki biasa, Fred, tegurnya kepada diri sendiri.     

 Tubuhnya menegang ketika merasakan sepasang payudara lunak menyentuh dadanya dan... ah, paha Hannah menggesek pahanya. Tubuhnya seketika seperti dibakar oleh api yang panas, namun tidak menyakitkan. Ia merasakan ada perasaan menggebu-gebu di dadanya.     

Friedrich mencoba menarik tubuhnya lepas dari pelukan Hannah, tetapi gadis itu mencegah dengan bisikannya yang terdengar seperti memohon.     

"Sebentar saja.. biarkan kita berpura-pura sebentar. Setelah Valentino 'memergoki' kita, kau bebas. Aku akan berutang budi kepadamu seumur hidup," bisik Hannah. Suaranya serak dan sepasang matanya berkaca-kaca.     

Friedrich tertegun melihat Hannah tampak sangat putus asa dan mengharapkan pertolongannya. Akhirnya ia mengangguk dan membiarkan Hannah terus memeluknya.     

Bertahanlah, Fred. Hanya sebentar...     

Ia menghibur diri sambil berusaha memadamkan api di tubuhnya bagian bawah dengan memikirkan desain pesawat luar angkasa yang sedang ia ciptakan.     

Sementara itu Hannah merasa sangat berterima kasih. Ia menyadari bahwa pemuda di sampingnya ini memang lelaki baik-baik. Bukannya mencoba mengambil kesempatan saat Hannah memeluk tubuh telanjangnya, Friedrich malah berusaha melepaskan diri.      

Hannah dapat merasakan betapa tubuh Friedrich sudah menjadi sangat tidak nyaman karena harus menahan godaan nafsu, tetapi pemuda itu tetap bertahan dan sama sekali tidak menyentuhnya.     

Seandainya semua laki-laki seperti engkau, Fred, pikir Hannah dalam hati.     

BRAK BRAK BRAK     

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari luar kamar. Hannah tahu orang yang ia tunggu-tunggu sudah tiba dan akan segera melabraknya ke kamar ini.      

"Dia datang. Ayo pejamkan matamu," bisik gadis itu. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Friedrich dan memejamkan matanya berpura-pura tidur.     

BRAAAAAAK!!     

"Wanita pelacur! Di sini kau rupanya!!"     

Terdengar suara pintu didobrak terbuka dan terdengar suara kasar seorang laki-laki dengan aksen Spanyol. Hannah pura-pura membuka matanya dan tampak kaget. Ia segera duduk di tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut hingga ke dada.     

Friedrich ikut membuka matanya.     

"Kau ternyata tidur dengan laki-laki lain padahal minggu depan kita akan menikah! Kau ingin membalasku ya? Kau pikir kau akan dapat bebas dariku? Aku tidak akan membatalkan pernikahan kita, tapi aku akan membuatmu menderita!" kata Valentino dengan suara dipenuhi kemurkaan. "Sangat menderita! Kau camkan itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.