The Alchemists: Cinta Abadi

Alaric Dan Altair di Almstad



Alaric Dan Altair di Almstad

0Pendapat Alaric terhadap menantunya sedikit berubah. Oke, mungkin Ren tidak seburuk yang ia duga karena tidak dapat melindungi Vega. Setidaknya Ren telah memberikan hukuman kepada Amelia atas perbuatannya kepada Vega beberapa bulan yang lalu.     

Ia menyesap tehnya pelan-pelan sementara Altair menikmati kue strawberry-nya sambil membaca berbagai berita lainnya.      

"Ayah tidak akan mencari tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya antara Ren dan wanita yang mati itu?" tanya Altair.     

Alaric menggeleng. "Tidak perlu. Aku sudah mengetahui semua yang perlu diketahui tentang Ren sebelum kita datang ke Pulau F. Ia berhasil menutupi satu dua informasi dariku, tetapi sekarang aku sudah tahu apa yang disembunyikannya."     

Alaric mengakui bahwa informasi yang diperolehnya dari rumah sakit waktu itu tidak akurat. Ia tidak mengetahui bahwa Vega sempat dirawat di rumah sakit Almstad Internasional karena luka tembak akibat serangan Amelia.     

Informasi yang didapatnya sama seperti informasi yang didapat Mischa waktu itu, yaitu Vega sakit ringan dan catatan medisnya dirahasiakan atas perintah Pangeran Renald. Hanya orang selevel pangeran putra mahkota kerajaan Moravia yang dapat menutup arus informasi sedemikian rupa, hingga bahkan Alaric tidak dapat menyentuhnya.     

Kini ia sudah tahu alasan Ren menutupi rekam medis Vega rapat-rapat. Ia tentu tak ingin publik mencium berita tentang kehamilan dan keguguran yang dialami istrinya. Mengingat ia belum mau bicara terbuka kepada jurnalis tentang pernikahannya.     

"Hmm... sepertinya kondisi Ren cukup parah. Apakah perlu kita menjenguknya ke rumah sakit?" tanya Altair lagi.     

Lagi-lagi Alaric menggeleng. "Tidak perlu. Dia bisa mengurus dirinya sendiri."     

Dalam hati Alaric setuju bahwa Vega tidak usah diberi tahu tentang keadaan suaminya. Anak perempuannya pasti hanya akan menjadi stress dan proses pemulihannya akan terganggu. Ia yakin Ren mampu mengatasi urusannya sendiri.     

Mereka tidak berlama-lama di Kafe Magnolia. Setelah menghabiskan teh dan kuenya dan membayar pesanan mereka, pasangan ayah dan anak itu kembali berjalan-jalan menyusuri Kota Tua dan membayangkan bagaimana Vega menjalani hari-harinya di Almstad.     

"Mischa, aku ingin membeli sebuah kafe di kota Almstad. Vega pernah bekerja di sana. Apakah kau bisa mengurusnya?" tanya Alaric sambil berjalan tenang menyusuri jalan-jalan berbatu di Kota Tua dan kemudian melewati sebuah jembatan kayu yang cukup populer dipadati oleh turis.     

"Kafe Magnolia?" tanya Mischa yang sedang berjalan menyusuri danau di Salzsee.     

"Benar," kata Alaric.     

"Uhm... sepertinya tidak bisa," Mischa terdengar menahan tawa mendengar kata-kata ayah angkatnya.     

Alaric mengerutkan kening keheranan. Ia adalah lelaki terkaya di dunia. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak dapat dibelinya.     

"Kenapa?" tanyanya dengan nada menggerutu.     

"Karena itu milik Vega," kata Mischa. "Aku sebenarnya sempat ingin membeli kafe itu sewaktu Vega masih bekerja di sana, karena aku ingin menolongnya. Tapi ternyata kafe itu sudah dibeli Pangeran Renald sebelum Vega mulai bekerja di sana. Akta kepemilikannya sudah dipindahnamakan menjadi milik Vega."     

"Oh..." Alaric mengerutkan keningnya. Ia sama sekali tidak menduga hal ini. Tadinya ia sempat kesal karena mengetahui Ren membiarkan Vega bekerja untuk mencari uang. Tetapi kini, ia justru mengetahui bahwa Ren sebenarnya membiarkan Vega bekerja di kafe miliknya.     

"Benar. Tapi sepertinya Vega tidak tahu kafe itu sudah menjadi miliknya? Aku tidak paham. Mungkin nanti Tuan bisa bertanya langsung kepadanya."     

Alaric mengangguk. Ia mulai mengerti apa yang dilakukan Ren selama ini. Tentu sebenarnya Vega tidak pernah kekurangan uang sehingga ia harus bekerja di kafe. Ia mendapatkan informasi bahwa gadis itu kuliah di kampus yang cukup mahal dan semuanya sudah dibayar di muka, hingga akhirnya Vega mengambil cuti panjang.     

Ia juga menyadari Vega tidak kelihatan mengalami kekurangan. Ia selalu mengenakan pakaian bagus dan mahal dan tubuhnya tampak sehat. Ia hanya sering terlihat sedih.     

Mungkin Vega yang sengaja meminta diizinkan bekerja agar ia tidak bosan di rumah dan Ren sengaja membeli kafe itu agar ia dapat memberi Vega pekerjaan yang ringan.     

Hmm... baiklah. Kau tidak terlalu buruk, Ren, pikir Alaric.     

"Sudah cukup untuk hari ini," kata Alaric sambil menoleh ke arah anak lelakinya. Mereka telah menjadi sasaran jepretan kamera banyak turis di Kota Tua yang menganggap keduanya lebih menawan dibandingkan kanal, gereja tua, dan berbagai bangunan bersejarah indah di kawasan Kota Tua itu.     

Altair sangat menyukai kesempatan menghabiskan waktu hanya berdua dengan ayahnya ini. Mereka terlihat mirip dan sama-sama mengesankan. Ia dapat melihat begitu banyak wanita yang mencuri pandang ke arah mereka.     

Ahh.. di hatinya hanya ada satu wanita, yaitu JM. Baginya tidak ada satu pun wanita yang lebih cantik, lebih baik, dan lebih mengesankan daripada sang supermodel.     

Sampai saat ini ia dan JM masih belum meresmikan hubungan mereka sebagai kekasih, tetapi kedua keluarga mereka telah mengetahui kedekatan keduanya sejak masih kecil dan secara tidak langsung memberikan restu.     

Sementara bagi ayahnya, tentu tidak ada wanita yang berarti di dunia ini selain istrinya sendiri yaitu Aleksis.      

***     

Ren menatap keluar jendela rumah sakit dan memperhatikan salju tiba-tiba turun di luar. Lajunya cukup deras dan membuat suasana terlihat memutih dalam waktu cepat.     

Pemanasan global brengsek, pikirnya sebal.     

Seharusnya sebentar lagi musim semi berakhir dan mereka memasuki musim panas, tetapi tanpa diduga-duga salju malah turun membasahi bumi. Ia tidak menyukai salju di musim semi seperti ini.     

Tadinya ia ingin pulang ke rumahnya dengan menggunakan helikopter dan melanjutkan perawatan di penthouse. Polisi telah menutup kasus penembakan tersebut dan melepaskan garis polisi dari penthouse-nya.     

Ren tidak suka berlama-lama di rumah sakit karena ia tidak bebas melakukan berbagai rencananya. Namun dengan kondisi salju seperti ini, ia terpaksa menunda kepulangannya.     

Entah kenapa dadanya terasa sesak. Pikirannya melayang kepada Vega dan perasaan rindu memenuhi kepalanya. Sedang apa istrinya sekarang?     

Ren meraih ponselnya dan menghubungi Altair. Ia ingin mendengarkan kabar Vega dari Altair. Ia menduga Vega masih menjalani proses pemulihan dan tidak menggunakan ponselnya, karena istrinya itu sama sekali belum menghubunginya selama beberapa hari.     

[Altair, bagaimana kabar proses pemulihan Vega? Apakah semuanya baik-baik saja?]     

Tidak lama kemudian balasan yang ditunggunya tiba.     

[Vega masih di Targu Mures menjalani pengobatan. Semuanya baik-baik saja. Ia sudah mengalami begitu banyak kemajuan. Bagaimana keadaanmu?]     

[Aku baik-baik saja. Kurasa minggu depan aku sudah bisa mengunjungi Vega ke sana. Kumohon jangan biarkan ia membaca berita-berita gosip di internet. Aku tak ingin ia merasa stress.]     

[Tentu saja.]     

[Terima kasih.]     

Ren merenung dan memikirkan tentang dua orang yang masih harus ia singkirkan. Karl dan Sophia. Ia ingin segera pulang ke rumahnya dan memulihkan diri, lalu diam-diam pergi ke Belanda dan menyingkirkan Sophia, lalu menjebak Karl.     

Sementara itu Altair menyimpan ponselnya dengan tenang. Ia tidak akan memberi tahu Ren bahwa ia dan ayahnya sekarang sedang berada di Almstad. Mereka juga tidak akan menjenguknya di rumah sakit.     

Saat ini prioritas mereka adalah mencari semua keterangan yang berhubungan dengan Vega dan menangkap orang yang bertanggung jawab menculiknya enam tahun lalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.