The Alchemists: Cinta Abadi

Kunjungan Raja Dan Ratu Moravia



Kunjungan Raja Dan Ratu Moravia

0Ren menerima Karl di ruang perawatannya di pagi hari kedua setelah ia masuk ke rumah sakit. Pamannya itu datang ditemani John yang memutuskan untuk menunggu Ren di sudut ruangannya.     

"Bagaimana kesehatan Anda, Pangeran?" tanya Karl dengan penuh perhatian.     

Ren mengangkat wajahnya dan menatap Karl dengan tanpa ekspresi. "Lebih baik dari kemarin."     

"Hmm.. baguslah. Aku sudah menyiapkan konferensi pers untukmu setelah kau keluar dari rumah sakit. Tentunya kau perlu bicara dulu dengan Raja Gustave dan Ratu Elena."     

Ren mendengus. "Aku tahu kau sengaja menyebarkan foto-fotoku dan Vega di Bali."     

Karl tersenyum sedikit. Ia menuangkan teh dari poci ke cangkir untuk dirinya sendiri dan mengangguk. "Kau benar. Sudah saatnya kita masuk ke tahap berikutnya. Kurasa sudah waktunya raja dan ratu Moravia bertemu dengan cucu menantu mereka yang selama ini Pangeran sembunyikan."     

"Keluarga Linden tidak mengizinkan aku mengumumkan identitas anak perempuan mereka," kata Ren acuh. "Kau mengambil tindakan sendiri tanpa berkonsultasi denganku dan sekarang kau mengacaukan semuanya. Kau tidak bisa menyalahkanku atas perbuatanmu ini."     

Karl tampak terkesiap. "Mereka tidak mengizinkanmu mengumumkan pernikahanmu dengan Vega? Kenapa?"     

"Karena mereka masih ingin memecahkan kasus penculikannya. Kurasa itu alasannya. Apa lagi kalau bukan itu?" Ren menatap Karl dengan pandangan mata menyala-nyala. Wajahnya kembali terlihat masam seperti biasa. "Kau harus mencarikan kambing hitam agar mereka dapat mengira bahwa pelaku penculikannya sudah tertangkap dan mereka bisa melepaskan kasus ini. Ini semua salahmu."     

Karl menyipitkan matanya. "Kita bisa memikirkan sesuatu."     

Ren memutar matanya. "Bukan kita, tetapi kau sendiri yang harus memikirkannya. Itu salahmu. Aku tidak mau terlibat."     

"Hmm..." Karl tampak berpikir keras. "Satu-satunya yang kurasa dapat dikorbankan adalah Sophia. Ia punya motif dan kita dapat mengarahkan semua bukti padanya."     

"Kau mau mengorbankan wanita itu?" tanya Ren dengan menyunggingkan senyuman sinis. "Kurasa kau memang lebih jahat daripadaku. Dia sangat mempercayaimu."     

"Dia sudah tidak berguna bagiku. Tadinya ia akan menjadi orang yang menghubungi keluarga Alaric dan memberi tahu mereka bahwa ia 'melihatmu' bersama Vega ketika ia sedang jalan-jalan ke Moravia untuk berlibur. Tetapi sekarang kita sudah tidak membutuhkannya. Keluarga Alaric sudah menemukan Vega, karena aku harus mengambil langkah drastis dan mengirim sendiri pemberitahuan itu kepada Mischa."     

"Kau tidak dapat membiarkan Sophia bicara," kata Ren tegas.     

"Tentu saja tidak. Aku akan memastikan ia tidak dapat bicara," kata Karl dengan tegas. Ia menatap Ren dengan pandangan kuatir. "Kau belum menceritakan kepadaku bagaimana situasi di sana? Mereka tidak mengizinkanku ikut ke pulau pribadi mereka, sehingga aku tidak bisa membantumu di sana."     

"Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari mereka. Semuanya memperlakukanku dengan baik karena aku adalah suami Vega," jawab Ren. "Biar aku yang mengatasi mereka. Setelah aku menyelesaikan urusan di Moravia, aku akan kembali mengunjungi Vega ke Targu Mures. Kemungkinan di sanalah mereka akan memberiku ramuan keabadian itu."     

Sepasang mata Karl tampak berbinar-binar mendengar ucapan Ren. "Benarkah? Berarti semua kata-kata Sophia itu benar. Orang luar yang menikah dengang anggota klan Alchemist akan diberikan hadiah ramuan keabadian itu... Apakah kau sudah bertemu Aldebar? Seperti apa orangnya?"     

Ren mengangguk. "Sudah. Mereka semua sangat mengagumkan. Semua wanitanya luar biasa cantik, dan semua lelakinya sangat tampan. Mereka semua tampak seperti berusia 20-an. Sama seperti Sophia. Aku bertemu mereka semua di satu tempat."     

Karl mengangguk-angguk. "Kita mendapatkan semua informasi berguna dari Sophia. Aku tidak mengira bahwa semua itu benar. Ketika aku pertama kali mendengar tentang hal itu dari ayahmu, aku mengira ia tidak sungguh-sungguh. Ia seorang genius sepertimu tetapi... kadang-kadang ia bisa bersikap tidak rasional. Jadi aku tidak percaya ucapannya."     

"Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang ayahku," kata Ren cepat. Ia melambaikan tangannya dan memberi tanda agar Karl berhenti bicara. "Apakah Paman tahu jam berapa raja dan ratu akan ke sini?"     

"Setengah jam lagi..." kata Karl. "Aku sudah menghubungi pihak istana. Mereka sudah berangkat kemari dan akan segera menemuimu."     

"Hmmm... baiklah. Aku akan berganti pakaian agar lebih pantas menerima raja di ruangan ini. Tolong tinggalkan aku." Ia memegang bahu Karl dan menekannya kuat-kuat lalu bicara dengan nada mengancam. "Ingat, kau harus menyingkirkan Sophia. Jangan sampai kau melakukan kesalahan lagi."     

Karl mengangguk. Wajahnya tampak menjadi keruh tetapi ia tidak membantah. Ia lalu permisi keluar dan meninggalkan Ren untuk bersiap-siap untuk menerima tamu. Raja Gustave dan istrinya akan segera tiba di rumah sakit. Ia harus menyiapkan segala sesuatunya.     

***     

"Astaga, Renald... Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Amelia bisa datang ke tempatmu dan melakukan hal itu? Apa hubunganmu dengannya? Benarkah ia melakukannya karena merasa cemburu?" tanya Ratu Elena begitu pintu kamar perawatan Rena dibuka dan ia menghambur masuk beserta suaminya.     

Wajah cantik ratu berusia 74 tahun itu tampak dipenuhi kecemasan. Ren berusaha bangkit dari tempat tidurnya untuk memberi hormat, tetapi Ratu Elena buru-buru mencegahnya.     

"Jangan duduk.. Kau harus beristirahat. Dokter bilang kondisimu cukup parah," kata sang ratu. Ia menekan bahu Ren dan memaksanya tetap berbaring. "Moravia tidak dapat kehilangan pewarisnya lagi."     

"Hmm.. terima kasih, Nenek," kata Ren. Ia memejamkan mata dan menarik napas panjang. Kata-kata Ratu Elena mengingatkannya bahwa ialah yang bertanggung jawab menghilangkan pewaris takhta Moravia sebelum dirinya.     

"Keluarga Geneveive berkeras mengatakan bahwa kau dan Amelia memiliki hubungan khusus. Mereka juga yang meniupkan gosip beberapa waktu lalu bahwa kau dan Amelia akan menikah," kata Raja Gustave dengan nada suara tidak senang. "Aku mengira gosip itu benar. Kau memang cukup sering bersamanya dan ia bekerja sebagai sekretarismu."     

"Itu benar," kata Ratu Elena menimpali. "Bayangkan kekagetan kami saat kau menghilang dan kemudian muncul di internet dengan seorang gadis asing di Bali. Lalu kemudian.. insiden Amelia Genevieve."     

Sang ratu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ini sungguh menggoncang Moravia. Kau tahu di negara kita yang kecil ini hampir tidak pernah ada skandal. Sekarang bagaimana kita bisa mengambil sikap terhadap skandal yang demikian besar?"     

Ren mendengarkan semua ucapan kakek dan neneknya hingga selesai tanpa mengucapkan suatu hal pun. Setelah mereka terdiam barulah ia mengambil tangan Ratu Elena dan menciumnya.     

"Nenek... maafkan aku. Sebenarnya aku memang sudah menikah secara diam-diam. Dia sudah mengandung anak-anakku..." kata Ren sambil menghela napas panjang. "Aku akan membawanya bertemu kalian kalau situasinya sudah membaik."     

Wajah Ratu Elena seketika tampak berbinar-binar. Ia bertukar pandang dengan suaminya dan menepuk bahu Ren dengan antusias. "Dia sudah mengandung? Berarti Moravia sudah memiliki penerus?"     

Wajah Ren seketika berubah menjadi kelam. "Sayangnya... Amelia sudah membunuh anak-anak kami. Ia menembak Vega di malam pesta tahun baru waktu itu. Ia melakukannya karena cemburu buta."     

Ratu Elena seketika menahan napas dan wajahnya tampak sangat shock.     

.     

.     

>>>>>>>     

From the author:     

Uwuuu... maaf yaaa, beberapa hari kemarin hanya bisa publish 1 bab. Nanti begitu semua urusan beres, saya update rajin lagi yaaa dan menebus semua utang bab.. hohohoho. xxx     

Semoga teman-teman bisa terhibur dengan 3 bab dari Finding Stardust (Emma Stardust) setiap harinya, sambil nungguin "The Alchemists". Babnya Emma kebetulan sudah ditulis dari bbrp minggu lalu, saya tinggal publish aja.     

Buat yang belum baca Emma, cuss, baca ke FINDING STARDUST. Itu ceritanya bagussss dan romantissss banget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.