The Alchemists: Cinta Abadi

Kegemparan Di Moravia



Kegemparan Di Moravia

[Altair, tolong jauhkan istriku dari internet selama beberapa minggu ke depan. Aku tidak ingin ia membaca berbagai berita yang akan membuatnya stress selama proses penyembuhannya berlangsung. Terima kasih.]     

Ren mengambil ponselnya dengan susah payah dari saku dan mengirim pesan kepada Altair begitu John menghubungi polisi untuk datang ke penthouse. Ia tahu dalam waktu tidak terlalu lama semua kejadian yang berlangsung di Moravia akan segera menyebar ke seluruh dunia dan menjadi berita panas.     

Semua orang menyukai gosip dan drama. Ia tak ingin Vega membaca berita bahwa Amelia hendak menembak Ren dan berhasil melukainya. Biarlah nanti kalau keadaan sudah tenang, ia sendiri yang akan menyampaikan hal itu kepada istrinya.     

[Tentu saja.] Datang balasan dari Altair tidak lama kemudian. [Apakah kau baik-baik saja?]     

Ren tersenyum tipis membaca balasan dari Altair. Kondisinya sedang sangat buruk, tetapi ia tentu tak dapat merepotkan keluarga Vega untuk urusan seperti ini.      

[Aku baik-baik saja.]     

Ren lalu mematikan ponselnya. Ia duduk dan memejamkan mata sambil menunggu paramedis datang. Tangan kanannya ditekan ke perutnya yang terluka untuk menahan agar darah tidak mengucur deras dari lukanya.     

"Tuan, silakan minum," kata John sambil menyerahkan secangkir air putih kepada Ren. Pria itu menerima gelasnya dan menghabiskan air di dalamnya dengan sekali teguk.     

"Tuan, mau saya periksa lukanya?" tanya John dengan hati-hati.     

"Tidak usah," kata Ren. "Kau bukakan pintu untuk polisi. Mereka akan tiba sebentar lagi."     

John tampak ingin mengatakan sesuatu tetapi akhirnya ia membatalkannya. Ia tahu ia tidak boleh membantah. Dengan patuh ia berjalan ke ruang tamu dan menunggu di pintu depan.     

Ren menatap mayat Amelia yang tergeletak di lantai dan menghela napas panjang.     

"Sudah kubilang kalau aku bukan orang baik," katanya pelan. Ia lalu membuang muka.     

Satu masalahnya sudah beres. Kini ia hanya perlu memikirkan Karl dan Sophia.     

***     

Di Rumah Sakit Almstad Internasional, Pangeran Renald Hanenberg segera dimasukkan ke ICU dan dioperasi untuk mengeluarkan peluru dari perutnya. Ia dirawat secara intensif selama dua hari dan tidak seorang pun diizinkan menjenguknya, termasuk keluarga kerajaan.     

Ren tersadar dari pengaruh obat keesokan harinya dan segera meminta ponselnya untuk membaca berbagai berita yang beredar tentang peristiwa penembakan yang terjadi di penthouse.     

Ia menduga Altair memenuhi janjinya untuk menjauhkan Vega dari internet selama beberapa hari seperti permintaan Ren, karena ia tidak menerima SMS atau telepon apa pun dari tentang istrinya yang bernada kuatir.     

Ren membaca berbagai berita tentang penembakan Amelia dengan tanpa ekspresi.     

Luka di perutnya tidak terlalu parah tetapi cukup untuk menghilangkan semua kecurigaan darinya. Semua polisi dan jurnalis mempercayai dugaan bahwa Amelia menyerang Ren karena cemburu. Hal ini memang tidak terlalu salah. Namun, target penyerangan Amelia tidak sama dari yang sebenarnya telah terjadi.     

Ren tidak keberatan jika Amelia mati dengan menanggung nama buruk sebagai seorang gadis yang gila karena cemburu, sebab pada kenyataannya itulah yang dulu terjadi ketika Amelia menyerang Vega.     

Ren masih sangat marah setiap kali ia membayangkan peristiwa itu. Amelia datang ke paviliun tempat Vega dirawat dengan tanpa belas kasihan menembak Vega dan membunuh kedua anak mereka.     

Maka... menurut logika Ren, Amelia pantas mati dengan menyandang reputasi yang sekarang disematkan kepadanya.     

"Bagaimana kondisi di luar?" tanya Ren kepada perawat yang datang membawakan obat untuk diminumnya.     

Perawat itu tampak lelah tetapi ia menjawab dengan penuh hormat seperti biasanya.     

"Masih ramai oleh jurnalis, Yang Mulia. Mereka menginap di lobi depan dan tidak mau diusir."     

"Kalian belum mengabarkan kepada istana bahwa aku sudah sadar, kan?" tanya Ren sambil menyipitkan mata.     

"Tentu saja belum. Kami menunggu perintah Yang Mulia."     

"Bagus. Besok kalian sudah bisa menghubungi pihak istana dan mengatakan kepada mereka bahwa aku sudah bisa dikunjungi. Aku sudah siap bertemu Raja Gustave dan bicara."     

"Baik, Yang Mulia."     

Dokter yang merawat Ren tidak mengizinkan siapa pun menjenguknya, tetapi para jurnalis yang haus berita berkumpul di depan rumah sakit berhari-hari untuk mendapatkan pernyataan. Berita ini sungguh menggemparkan dan mereka ingin mendapatkan informasi langsung dari Pangeran Renald.     

Pihak istana menolak berkomentar, demikian juga pihak Ren secara pribadi. Hanya keluarga Genevieve yang berkali-kali mengadakan konferensi pers dan menyatakan bahwa putri tunggal mereka tidak mungkin berniat membunuh Ren.     

Ren menyaksikan berita konferensi pers itu dengan ekspresi datar. Lady Genevieve menangis tanpa henti sambil menunjukkan berbagai foto keluarga yang diambil bersama Amelia dan Ren sejak mereka masih kecil.     

"Anakku sangat menyayangi Renald. Ia tidak mungkin berniat membunuhnya. Bahkan mereka sudah berteman sejak kecil. Kenapa kalian tidak menyelidiki Pangeran Renald? Ia tidak tahu membalas budi. Ia membunuh anak perempuanku dengan cara yang sangat keji..."     

[Bagaimana keadaanmu?]     

Ren mengerling ke samping dan melihat ada pesan masuk di ponselnya. Ternyata Karl yang mengirimnya SMS.     

[Paman, aku perlu beristirahat. Apakah kau bisa menemuiku di rumah sakit besok? Raja Gustave dan Ratu Elena akan datang kemari dan aku membutuhkanmu untuk mengurusi mereka.]     

[Aku sekarang sudah di rumah sakit. Apakah ada lagi yang kau butuhkan?]     

[Tidak ada. Jangan ganggu aku.]     

Ren mengerutkan keningnya dan mencoba memikirkan berbagai opsi untuk menyingkirkan Karl. Ia tidak dapat menggunakan cara yang sama seperti saat ia menyingkirkan Amelia. Karl tidak emosional seperti Amelia dan tidak memiliki perasaan khusus kepadanya.     

Mungkin Ren bisa memanfaatkan Sophia untuk menjebak pamannya. Ia harus memikirkan cara terbaik untuk menyingkirkan keduanya secara bersama-sama.     

***     

Sementara itu keluarga besar Vega akhirnya memutuskan untuk mengakhiri liburan mereka di Pulau F. Mereka telah menghabiskan cukup banyak waktu bersama dan Lauriel menyatakan bahwa sudah saatnya untuk mulai mengobati Vega di Targu Mures.     

Terry dan Jean sekeluarga pulang terlebih dahulu ke rumah masing-masing. Terry masih harus menyelesaikan banyak pekerjaannya di New York. London dan L beserta Lily pulang bersama Caspar dan Finland serta Aldebar ke Jerman. Nicolae dan keluarganya mengikuti Alaric sekeluarga ke Targu Mures bersama Lauriel.     

Ia ingin membantu proses penyembuhan Vega sedapat mungkin. Marie dan Summer yang sangat mengerti betapa pentingnya Vega bagi Nicolae tentu saja mendukungnya dan ikut pria itu ke Targu Mures.     

"Aku harus mengurus RMI di Almstad dan akan segera mengunjungi kalian di Targu Mures begitu semuanya beres," kata Mischa memberi alasan saat menyatakan ia tidak akan ikut Alaric ke Rumania.     

"Ada apa di Moravia yang begitu penting sehingga kau harus turun tangan sendiri?" tanya Alaric dengan menyipitkan mata. Ia sangat mengenal Mischa dan mengerti bahwa anak angkatnya ini hendak melakukan sesuatu. "Kau ingin menyelidiki sendiri siapa penculik Vega?"     

Mischa mengangguk. "Benar, Tuan. Aku merasa kuncinya ada di Moravia... Mengingat Vega disekap di sana selama bertahun-tahun. Aku ingin menyelidiki sesuatu."     

"Baiklah. Kabari aku kalau kau menemukan sesuatu."     

"Tentu saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.