The Alchemists: Cinta Abadi

Kisah Ren Dan Amelia (2)



Kisah Ren Dan Amelia (2)

0Pikiran Ren melayang kembali pada malam Natal empat tahun yang lalu. Seperti biasa ia menghabiskan liburan natal bersama keluarga Genevieve. Ia tidak memiliki keluarga lain karena keluarga kerajaan tidak mengakui keberadaannya.     

Ren sendiri sudah memiliki karier yang cemerlang di SpaceLab setelah CEO SpaceLab membajaknya dari universitas dan menawarkan jabatan sebagai Direktur Space Explorations di sana.     

Ia meninggalkan tugas mengajar dan mendedikasikan diri pada program-program penjelajahan angkasa luar yang memang merupakan minatnya. Keluarga Genevieve tampak sangat bangga akan pencapaiannya dan mendukungnya untuk maju.     

Amelia sudah duduk di tahun terakhir kuliah dan dengan penuh semangat menyatakan ia akan melamar kerja ke SpaceLab agar bisa terus bersama Ren.     

"Ck ck... kau ini tidak bosan mengganggu Ren terus," komentar ibunya sambil tersenyum. Ia lalu menoleh ke arah Ren dan meminta maaf. "Kuharap kau mengerti ya, Ren. Obsesi Amelia padamu ini tidak berbahaya. Ia hanya sangat menyukaimu."     

Ren menatap Amelia sekilas dan mengangguk. "Aku tahu."     

Tahun lalu Amelia telah menyatakan cinta kepadanya tetapi Ren menolaknya karena Ren memang tidak memiliki rasa tertarik kepada wanita, termasuk Amelia.     

Gadis itu akhirnya dapat menerima kenyataan dan mengerti bahwa Ren memang tidak dapat menerima cintanya bukan karena Ren membencinya, melainkan karena Ren tak ingin menyakiti perasaannya dengan memberikan harapan palsu.     

"Syukurlah kalau kau mengerti." Lady Genevieve tampak lega.     

Ren memperhatikan ada sehelai undangan dengan kartu berukiran anggun dan cap istana terletak di meja. Ia mengambil kartu undangan tersebut dan mengacungkannya. "Ini undangan dari istana?"     

Lady Genevieve tampak salah tingkah. Ia mengangguk dengan wajah canggung. "Uhm... itu undangan ke pesta tahun baru istana. Mereka masih saja mengundang kami walaupun aku sudah sering protes tentang perlakuan mereka kepada Putri Hannah."     

"Kalian tidak usah memikirkan aku," kata Ren tenang. Matanya memperhatikan tulisan di kartu dengan tajam. "Kalian pergilah ke pesta tahun baru ini. Aku tidak keberatan. Aku akan menghadiri konferensi penting di Swiss. Aku tidak akan ada di sini saat tahun baru."     

Lady dan Lord Genevieve saling pandang. Mereka memang benar-benar merasa tidak enak kepada Ren yang tidak pernah diundang ke pesta istana dan bahkan keberadaannya dirahasiakan, hanya karena ia lahir dari rahim Putri Hannah dari hubungannya dengan seorang laki-laki biasa dan hubungan mereka dianggap membuat malu keluarga kerajaan.     

"Uhm... yah, Raja Gustave akan mengumumkan pertunangan Pangeran Putra Mahkota dengan putri dari Denmark di acara pesta tahun baru mendatang. Gosipnya mereka akan menikah tahun depan," kata Lady Genevieve. "Istana menganggap pangeran sudah cukup dewasa dan kerajaan ini memerlukan pewaris laki-laki secepatnya."     

Ren mencengkeram gelasnya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Dari semua aspek, ia lebih berhak daripada sepupunya. Ia adalah cucu lelaki dan lebih tua, tetapi hanya karena sepupunya dilahirkan dari anak lelaki dan diakui oleh istana maka kedudukan sebagai putra mahkota jatuh ke tangannya.     

Amelia memperhatikan sikap Ren yang tampak marah karena ia sangat mengenal lelaki itu. Ia buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan mengambil sebotol port dari meja dan menawarkannya kepada semua orang.     

"Ayo, diminum port-nya. Ini hadiah istimewa dari Lady Casey saat jalan-jalan ke Portugal," katanya dengan suara gembira.     

Malam itu, setelah makan malam selesai dan ayah ibu Amelia telah berangkat tidur, tinggalah Amelia dan Ren berdua di teras dan mengamati langit.     

"Kau masih ingin menjadi kekasihku?" tanya Ren tiba-tiba setelah ia menyesap port di gelasnya. Amelia tampak terkejut mendengar ucapan Ren yang tidak terduga seperti ini.     

"Kau sungguh-sungguh?" tanya gadis itu dengan suara dipenuhi harapan.     

"Aku akan membutuhkan seorang putri bangsawan untuk menjadi istriku kalau aku menjadi raja Moravia," kata Ren dengan suara datar. "Toh aku tidak bisa jatuh cinta. Daripada aku menikah dengan gadis lain yang akan membuatku susah, lebih baik aku menikah denganmu yang sudah mengenalku sejak kecil."     

"Oh.. Ren." Sepasang mata Amelia menjadi berkaca-kaca ketika mendengar ucapan Ren ini. "Maksudmu.. kau mau mengincar takhta Moravia? Dan kau mau menikah denganku?"     

Ren menoleh ke samping dan menatap Amelia dalam-dalam. "Kau akan datang ke pesta istana, bukan? Kalau kau ingin menjadi kekasihku, kau harus membantuku menyingkirkan sepupuku. Dia tidak boleh naik takhta dan menjadi raja."     

Seketika Amelia mengerti apa yang diinginkan Ren. Gadis itu bahkan tidak terkejut. Memang ia sangat mengenal Ren.      

"Kau ingin aku menyingkirkannya?" tanya Amelia tenang. "Apa yang kau pikirkan?"     

"Aku berhasil menemukan racun yang sangat halus di Darknet dan membelinya untuk keperluan itu. Kalau kau berhasil membuatnya meminum racun itu, ia akan mengalami gagal organ dan mati dalam waktu beberapa bulan," kata Ren. "Kalau itu terjadi maka istana tidak akan punya pilihan selain menerimaku."     

Wajah Amelia tampak gembira. Ia merasa terharu karena Ren begitu mempercayainya hingga membagikan rahasianya seperti ini.     

"Aku akan membantumu," bisik gadis itu. "Kau bisa memberikan racunnya kepadaku. Aku akan memastikan pangeran meminumnya."     

Ren tersenyum mendengar jawaban Amelia.     

"Kau tidak keberatan aku memanfaatkanmu?" tanyanya. "Aku juga tidak bisa mencintaimu."     

Amelia menggeleng. "Aku pun sangat benci melihat bagaimana mereka memperlakukanmu. Aku ingin melihat kau membalas mereka semua."     

"Hmm... baiklah. Kalau begitu, kau dapat memegang kata-kataku. Aku akan menikahimu setelah aku menjadi raja Moravia."     

"Aku senang sekali.." bisik Amelia gembira. "Ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku."     

Ren menatap Amelia dengan wajah tak mengerti Mengapa Amelia tidak pernah berhenti terobsesi kepadanya? Gadis itu selalu mau melakukan apa yang dimintanya.      

"Amelia... sebaiknya kau jangan terlalu mencintaiku," kata Ren kemudian. "Aku ini bukan orang baik. Kurasa kau terobsesi kepadaku selama ini karena kau menciptakan gagasanmu sendiri tentang diriku. Aku bukan laki-laki yang baik. Kuharap kau tahu itu."     

Amelia tahu itu, tetapi ia memang tidak peduli. Ia telah berusaha melupakan perasaannya kepada Ren selama bertahun-tahun dan bahkan berkencan dengan laki-laki lain, tetapi semuanya tidak berhasil.     

Ia selalu kembali ke titik nol. Ia selalu kembali kepada Ren.     

Setelah pesta tahun baru, Pangeran putra mahkota Moravia mendadak masuk rumah sakit dan harus dirawat intensif untuk beberapa penyakit misterius yang belum ditemukan obatnya. Ia akhirnya meninggal dua bulan kemudian, dan tentu saja perjodohan dengan putri dari Denmark dibatalkan.     

Karena sama sekali tidak memiliki pilihan lain untuk menjadi pewaris takhta, akhinya istana memutuskan mencari Ren dan memintanya kembali ke Moravia. Ia lalu diakui sebagai anak laki-laki Putri Hannah, dan hidupnya pun menjadi berubah.     

Ren kemudian kembali ke Moravia dan meninggalkan SpaceLab. Ketika berita tentang statusnya sebagai keturunan raja Moravia terungkap, terjadi kehebohan di SpaceLab dan nama Ren segera menjadi bahan pembicaraan di mana-mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.