The Alchemists: Cinta Abadi

Obat Dari Lauriel



Obat Dari Lauriel

0Terry mengusap air matanya dan akhirnya tertawa. "Astaga... aku ini seperti anak kecil. Sudah lama sekali aku tidak menangis."     

Vega merasa sangat terharu. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang begitu menyayanginya. Rasanya semua kesedihan dan penderitaan yang ia alami selama menjadi gadis sebatang kara di Moravia kini tidak ada artinya lagi.     

Ia memeluk Terry sekali lagi dan kemudian melepaskan diri. Kini saatnya ia memeluk lelaki mengesankan yang ada di belakang pamannya itu. Untuk sesaat Vega tertegun. Lauriel memang tampak sangat mirip dengan Nicolae, tetapi sikapnya tidak hangat dan ceria seperti pamannya.     

Bisa dibilang, Lauriel mengingatkan Vega akan ayah kandungnya, Alaric. Ahh... tidak salah lagi. Ini pasti kakeknya, ayah dari kedua ayahnya.     

"Kakek Rory," sapa Vega sambil tersenyum. Tadi, saat ia berbincang-bincang dengan ibunya di tepian kolam renang, Aleksis telah banyak menceritakan tentang anggota keluarga mereka yang akan datang.     

Dan beberapa di antara mereka yang paling memberi kesan berbeda adalah Lauriel. Vega dapat segera mengenalinya dari cerita-cerita ibunya.     

"Kakek sangat senang melihatmu kembali dan sehat," kata Lauriel sambil tersenyum. Ia mencium pipi Vega, memeluknya erat dan kemudian mengacak rambutnya. Wajaahnya tampak begitu lega.     

Ia telah menyaksikan Alaric, Aleksis, dan Nicolae hancur hati selama bertahun-tahun karena memikirkan Vega, dan ia merasa sangat bahagia, karena akhirnya cucu perempuannya dapat kembali pulang.     

"Selamat sore, Kakek," Ren menyapa Lauriel dengan sungkan. Ia masih belum dapat membiasakan diri dikelilingi orang-orang yang jauh lebih tua darinya tetapi berpenampilan demikian muda. Sangat sulit untuk bersikap penuh hormat pada orang-orang muda yang tampak seperti mahasiswanya di universitas.     

Untunglah seisi keluarga Vega sangat memahami kebingungan yang dialami Vega dan Ren karena perubahan tiba-tiba yang mereka alami saat mengetahui mereka sekarang menjadi bagian dari keluarga besar kaum Alchemist.     

Lauriel duduk di sofa dan meminta Vega duduk di sampingnya. Ia ingin memeriksa kondisi Vega dan mencari tahu apa yang menyebabkan ingatannya menghilang.     

"Apa yang terakhir kau ingat? Kalau kau membayangkan hidupmu... apa hal paling lama yang dapat kau pikirkan. Misalnya apa makanan kesukaanmu? Di mana tempat terindah yang pernah kau datangi... dan seterusnya. Aku punya beberapa puluh pertanyaan seperti ini untuk menguji tingkat ingatanmu," kata Lauriel. Ia mengangguk ke arah Alaric dan Aleksis. "Nanti, ayah dan ibumu bisa mengonfirmasi apakah jawabanmu benar, seperti yang mereka ingat... atau tidak."     

Vega tampak mulai bersemangat. Ia ingin sekali dapat memulihkan ingatannya dan rela melakukan apa pun untuk membantu Lauriel memeriksa kondisinya.     

"Uhm.. kurasa kita tidak perlu melakukannya sekarang juga, Ayah," kata Aleksis. "Biarlah hari ini kita semua bersantai dan menikmati waktu berkumpul bersama keluarga. Aku yakin semua orang pasti masih lelah karena buru-buru datang kemari dari Eropa dan Amerika. Mungkin kita bisa melakukannya nanti malam atau besok?"     

Alaric mengangguk setuju. Ia ingin Vega benar-benar relaks sebelum ayahnya dapat memeriksa kondisinya.      

"Aku setuju dengan Aleksis," katanya cepat.      

Lauriel akhirnya mengalah. Ia memang sangat ingin memulihkan ingatan Vega, tetapi ia juga mengerti bahwa untuk kasus seperti ini, ia harus bersabar.     

"Baiklah. Kita bisa melakukannya nanti malam, dalam suasana yang lebih privasi. Sementara itu, Vega bisa meminum sedikit vitamin yang kubuat untuk menyehatkan fungsi otaknya." Lauriel mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya dan menaruhnya di tangan Vega. "Minumlah ini dan beristirahat. Jangan memikirkan hal-hal yang berat. Nanti malam kita akan mengobrol lagi."     

Vega menerima botol itu dengan wajah penuh pertanyaan. Ia belum pernah mendapatkan ramuan seperti ini sebelumnya. Vitamin untuk otak?     

Jean yang pernah menerima ramuan obat dari Lauriel untuk mengembalikan ingatannya menjadi penasaran ingin mengetahui apakah ini merupakan ramuan yang sama.     

"Lauriel, aku ingat kau memberiku obat untuk memulihkan ingatan beberapa puluh tahun lalu. Apakah ini obat yang sama dengan yang kau berikan kepadaku dulu?" tanyanya kepada Lauriel.     

Pria bermata biru-hijau itu menggeleng. "Tidak sama, tetapi keduanya mengandung bahan yang mirip. Aku belum mengetahui secara pasti bagaimana Vega kehilangan ingatannya dan sejauh apa memorinya menyimpan ingatannya yang dulu. Nanti kalau sudah, aku baru bisa menentukan obat yang sesuai."     

"Oh, begitu ya..."     

"Benar. Tetapi kuharap dengan meminum ramuan ini, setidaknya otak Vega dapat menjadi lebih ringan dan tidak terlalu terbebani. Saat otaknya dipaksa untuk menyimpan dan menyembunyikan ingatan, maka ia akan bekerja lebih keras untuk mengisi ruang ingatan tersebut dengan ingatan yang baru. Aku ingin mengurangi beban kerjanya."     

Vega mengangguk penuh terima kasih. "Kalau begitu aku akan meminumnya sekarang."     

Ia lalu membuka botol di tangannya dan tanpa ragu meneguk isi botol tersebut. Wajahnya tampak mengerut karena rasa obat yang pahit, tetapi ia menghabiskan ramuannya dengan penuh tekad. Ren buru-buru mengambilkan air minum di gelas dan menyerahkannya kepada Vega.     

"Minumlah...." Ia tampak kasihan melihat ekspresi Vega yang berusaha keras menelan obatnya. Setelah Vega mengambil gelas dari tangannya, Ren mengambil botol itu dan menelitinya. "Ini menarik sekali. Kalau aku boleh tahu, apa saja bahan yang Kakek masukkan ke dalamnya? Tapi kalau itu rahasia, aku tidak memaksa untuk tahu."     

Ia mengangkat wajahnya dan menatap Lauriel. Ia sangat mencintai ilmu pengetahuan dan hal seperti ini sungguh menarik minatnya. Ia sudah mendengar dari Sophia tentang keistimewaan Lauriel sebagai ahli botani terbaik dunia, tetapi tetap saja ia merasa terkesan saat bertemu langsung dengan orangnya.     

Lauriel tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Tidak apa-apa. Aku senang melihat orang muda yang tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku kebetulan telah menjelajahi bumi ini selama ratusan tahun dan mengumpulkan sangat banyak informasi tentang tanaman obat dan racun yang dapat digunakan, di seluruh dunia."     

"Itu sungguh mengagumkan," kata Ren sungguh-sungguh.     

Ia memang merasa kagum pada hampir semua orang dari kaum Alchemist yang dilihatnya di villa ini. Ia menyukai Caspar yang menurutnya memiliki karisma sebagai seorang pemimpin, Nicolae yang sangat ramah dan hangat, serta Lauriel yang begitu mengesankan dan penuh dengan pengetahuan dan petualangan.     

Hm... mungkin ia akan dapat menjalani perannya sepenuh hati sebagai suami Vega dan anggota baru klan Alchemist setelah semua ini berakhir.     

Sebenarnya yang ia benci di sini hanyalah Alaric dan Mischa. Orang-orang yang lain sama sekali tidak mengganggunya. Malah... ia menyukai mereka.      

Lauriel lalu menyebutkan beberapa nama tumbuhan yang ia gunakan dalam ramuannya dan menjelaskan kegunaannya kepada Ren yang mendengarkan dengan penuh perhatian.     

"Pengetahuan Kakek sungguh luar biasa. Mengapa tidak mewariskannya kepada orang lain agar ilmunya dapat menyebar dan berkembang?" tanya Ren kemudian.     

Lauriel tertawa. "Ha.. ha.. ha.. Tidak banyak yang menyukai tanaman di zaman modern ini. Tetapi Nicolae sudah membantuku untuk membuat ensiklopedia berdasarkan semua tanaman obat dan racun yang aku ketahui. Hanya saja, sampai sekarang ensiklopedia itu belum selesai karena..."     

Ia terdiam. Selama beberapa tahun terakhir ini, bisa dibilang tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil melakukan berbagai hal dengan sempurna sesuai keinginan mereka, karena mengalami kesedihan akibat menghilangnya Vega.     

"Aku mengerti..." Ren mengangguk. Ia tahu apa yang dimaksudkan Lauriel. Ia sadar bahwa sedikit banyak, itu juga merupakan kesalahannya.     

Dirinyalah yang menculik Vega dan mengubah hidup semua orang yang ada di sini sekarang.     

.     

.     

>>>>>>>     

From the author:     

Uwuuu... maaf yaaa, beberapa hari kemarin hanya bisa publish 1 bab, dan hari ini juga. Tadi seharian BUANYAAAK banget yang mengganggu. Ya Tuhan... benar-benar deh. Saya sampai pusyingg... Nanti begitu semua urusan beres, saya update rajin lagi yaaa xxx     

Semoga teman-teman bisa terhibur dengan 3 bab dari Finding Stardust (Emma Stardust) setiap harinya, sambil nungguin "The Alchemists". Babnya Emma kebetulan sudah ditulis dari bbrp minggu lalu, saya tinggal publish aja.     

Buat yang belum baca Emma, cuss, baca ke FINDING STARDUST. Itu ceritanya bagussss dan romantissss banget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.