The Alchemists: Cinta Abadi

Terry Yang Emosional



Terry Yang Emosional

0Ren memperkenalkan dirinya kepada orang-orang yang baru datang. Pada dasarnya, ia memang seorang bangsawan yang memiliki gerak-gerik anggun dan tertata, ia mampu membuat keluarga Vega merasa terkesan.     

"Baiklah.. karena kita semua sudah berkumpul. Sebaiknya yang baru datang segera mengatur barang-barang di kamar masing-masing, dan kita segera bertemu di meja makan," kata Finland kepada semuanya. Sebagai tuan rumah di Pulau F, ia segera mengatur semua anggota keluarga yang hadir untuk bersiap untuk makan siang.     

Jean dan Marion beserta JM dan Jean-Henri akan datang bersama Lauriel dan Terry setelah jam makan siang, sehingga mereka tidak perlu menunggu. Orang-orang yang baru datang segera membereskan barang-barang mereka dan mengaturnya di kamar pilihan mereka. Rune dan Aldebar tidak ketinggalan juga akan datang pada malam hari bersama Takeshi.     

Di Pulau F ada satu buah villa utama dengan tiga bangunan tambahan yang masing-masing cukup besar dan memiliki banyak ruangan dan kamar untuk menampung keluarga besar mereka. Di sinilah tempat mereka berkumpul minimal setahun sekali untuk merayakan kebersamaan.     

"Aku senang melihatmu bertemu dengan keluargamu..." kata Ren kepada Vega saat mereka berganti pakaian di kamar dengan pakaian santai yang cocok untuk berlibur. Mereka akan bergabung dengan keluarga mereka di meja makan sebentar lagi.     

"Terima kasih," kata Vega. "Mereka keluargamu juga..."     

"Hmm.." Ren hanya tersenyum mendengarnya.     

"Ren..." Vega tiba-tiba menahan tangan suaminya ketika Ren hendak membuka pintu dan keluar. Ren yang keheranan segera menghentikan langkahnya dan menatap Vega.     

"Ada apa?"     

"Apakah.. apakah kau sungguh akan memikirkan tentang ramuan keabadian itu?" tanya Vega. "Tadi kau bilang akan memikirkannya. Aku menjadi bertanya-tanya kenapa kau tidak langsung menjawab iya. Bukankah semua orang ingin hidup abadi? Mengapa kau perlu memikirkannya? Apa yang membuatmu tidak yakin?"     

Ren memegang tangan Vega yang menyentuh lengannya dan meremasnya pelan. "Ini hanya suatu hal yang membuatku terkejut. Aku pasti akan memikirkannya. Kumohon berikan aku waktu."     

"Aku mengerti... Tapi, bagaimana nanti anak-anak kita kalau kau tidak mau hidup abadi bersama kami? Mereka akan merindukanmu dan kehilangan kalau nanti kau menua dan mendahului mereka."     

Ren tertegun mendengar kata-kata istrinya. Vega masih memikirkan masa depan bersamanya dan memiliki anak-anak bersamanya. Entah kenapa sikap Vega ini membuat hatinya dipenuhi kehangatan.     

"Aku pasti menginginkan yang terbaik untukmu dan anak-anak. Aku bisa menjanjikan itu," kata Ren. "Kalau aku meminum ramuan itu akan baik bagimu dan anak-anak kita, maka tentu aku akan melakukannya."     

"Kau berjanji?" tanya Vega sambil mengacungkan jari kelingkingnya.     

"Astaga.. kita ini sudah bukan anak kecil, Fee..." kata Ren sambil tersenyum kecil. Namun ia tetap mencantelkan jari kelingkingnya di jari kelingking Vega yang terulur. "Aku berjanji."     

***     

Keluarga besar itu makan siang bersama dalam suasana yang begitu hangat dan bahagia. Mereka semua belum pernah merasakan momen yang begini haru dan menyenangkan setelah Vega diculik.      

Sebenarnya masih ada banyak hal yang harus mereka urus dan bicarakan, terutama tentang siapa penculik Vega sebenarnya dan apa yang terjadi sehingga mereka meninggalkan Vega di Salzsee.     

Namun, Alaric dan Nicola merasa bahwa saat ini mereka harus memfokuskan perhatian mereka kepada Vega dan tidak membicarakan secara terbuka mengenai penculiknya dan apa saja yang terjadi kepadanya, karena mereka tidak ingin membuat Vega menjadi bertambah stress.     

Mereka sudah memutuskan untuk membicarakannya sendiri, tanpa diketahui Vega dan Ren. Dengan berbagai petunjuk yang baru dan fokus pencarian informasi di Salzsee, mereka berharap akan dapat membongkar siapa sebenarnya dalang di balik kasus penculikan Vega enam tahun yang lalu.     

Rombongan terakhir yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Jean, Marion, JM dan Jean_Henri datang dan segera memeluk Vega dengan sangat gembira. Sekali lagi terjadi acara perkenalan dan Vega kembali dibuat kagum saat ia mendengar cerita tentang siapa Jean, Marion dan JM.     

"Ahh... aku tahu kau. Kami pernah melihatmu di Monaco dua tahun lalu," kata Vega dengan antusias. Ia menepuk lengan Ren dan menoleh kepadanya. "Ren, bukankah kita melihat JM di sebuah lounge di Monte Carlo waktu itu?"     

Ren menyipitkan matanya, seolah berusaha mengingat sesuatu dan kemudian mengangguk. "Ah, kau benar. Saat itu kami melihat JM dan tiga teman wanitanya, sesama supermodel sedang menunggu meja di sebuah lounge."     

JM ikut menyipitkan mata dan mengamati pasangan itu baik-baik. Ia akhirnya ingat bahwa dulu ia dan teman-temannya sengaja berlibur ke Monte Carlo setelah acara pertunjukan fashion di Paris dan mereka diganggu dua orang laki-laki iseng di sebuah lounge. Ia kini ingat bahwa memang Ren yang waktu itu menawarkan meja mereka kepadanya dan teman-temannya.     

"Astaga...! Aku tidak melihatmu waktu itu. Aku hanya melihat Ren. Aku sudah ingat sekarang..." Seketika wajahnya tampak menjadi murung. "Ugh.. sayang sekali aku tidak melihatmu. Kalau aku melihatmu, mungkin aku akan mengenalimu dan kau sudah bisa berkumpul dengan keluargamu lebih cepat."     

Vega buru-buru menggeleng. "Tidak apa-apa. Mungkin itu takdir. Tidak usah dipikirkan. Yang penting, sekarang kita sudah bertemu dan berkumpul kembali."     

Ia memegang tangan JM dan menenangkannya.     

Ren menatap JM dan Vega dengan wajah prihatin. Ia ingat peristiwa itu. Ia memang sengaja membawa Vega ke Monte Carlo setelah mempelajari jadwal JM dan mengetahui bahwa gadis itu berencana untuk berlibur ke sana bersama teman-temannya.      

Ren ingin memastikan bahwa Vega memang sudah tidak dapat mengenali orang-orang dari keluarga besarnya. Karena itulah ia sengaja membuat Vega melihat kehadiran JM dari jarak sangat dekat seperti waktu di lounge. Dan ternyata ia benar. Walaupun mereka berdekatan dan Vega dapat melihat jelas wajah JM, ia sama sekali tidak mengingat siapa JM.     

Itulah sebabnya Ren sudah merasa yakin bahwa upaya mereka untuk menghilangkan ingatan Vega berhasil dengan sukses. Tentu sekarang ia menyesali semua itu. Tetapi tidak ada gunanya menyesal, pikir Ren.     

Yang penting sekarang, bagaimana ia akan menebus kesalahannya.     

Setelah keluarga Jean, akhirnya Terry dan Lauriel tiba juga. Terry yang selama ini acuh dan hanya memikirkan dirinya sendiri, ternyata sangat terpukul akibat kehilangan Vega dan ia datang dengan air mata bercucuran ketika melihat keponakannya itu sudah berkumpul kembali bersama keluarganya.     

"Astaga... Vega! Paman rindu sekali kepadamu..." seru Terry dengan suara serak penuh keharuan. Ia segera menghambur ke arah Vega dan memeluknya erat-erat.     

 Suasana di villa yang tadi sudah menjadi ringan dan menyenangkan kembali dibuat menjadi haru. Air mata Terry membuat yang lain ikut meneteskan air mata tanpa disadarinya.     

"Paman.. aku senang bertemu Paman," balas Vega dengan suara tercekat. Ia dapat merasakan betapa pria yang memeluknya ini sangat menyayanginya, dan ia pun segera merasa tersentuh.     

.     

.     

>>>>>>>     

From the author:     

Uwuuu... maaf yaaa, utang bab saya banyak inih.. huhuhu. Nanti saya publish satu-satu yaa     

Semoga teman-teman bisa terhibur dengan 3 bab dari Finding Stardust (Emma Stardust) setiap harinya, sambil nungguin "The Alchemists". Babnya Emma kebetulan sudah ditulis dari bbrp minggu lalu, saya tinggal publish aja. Buat yang belum baca Emma, cuss, baca ke FINDING STARDUST. Itu ceritanya bagussss dan romantissss banget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.