The Alchemists: Cinta Abadi

Ingin Membahagiakan Fee



Ingin Membahagiakan Fee

3Fee menjerit sejadi-jadinya dan menghambur ke arah Ren. Ketika ia melihat suaminya berlumuran darah.. seketika kesadaran Fee kembali.     

Ia sangat marah.. sangat terluka.. tetapi ia tidak ingin membunuh Ren. Ia mencintai suaminya. Apalagi kini ia dapat melihat bahwa Ren pun sama menderitanya dengan dirinya karena kehilangan anak-anak mereka.     

Fee menjadi sadar bahwa saat ia berduka, Ren juga berduka.. Ia begitu sedih hingga kehilangan keinginan untuk hidup dan membiarkan Fee menembaknya.     

"Ren... oh, Ren..." Fee memanggil staf, siapa saja yang ada di dalam villa untuk membantunya menolong Ren.     

"Fee... tidak usah..." bisik Ren sambil terus mengelus tangan Fee. "Aku tidak usah ditolong..."     

"Jangan bicara. Ren, kenapa kau memberiku pistol? Kau tahu kondisi mentalku sedang sangat buruk..." Fee menangis terisak-isak. "Kenapa kau ingin mati?"     

Ren merasa ia tidak lagi mempunyai alasan untuk hidup. Selama ini, yang membuatnya berusaha hidup dengan baik adalah semua rencananya. Ia ingin menguasai kerajaan Moravia, membalas dendam dan melakukan banyak hal.     

Tetapi semuanya menjadi kacau saat ia tidak lagi dapat membalas dendam. Bagaimana mungkin ia menyakiti ibu dari anak-anaknya?     

Kemudian... ia pun kehilangan kedua bayi yang ada dalam kandungan Fee...     

Untuk apa lagi ia ada di dunia ini? Ia hidup untuk balas dendam, tetapi sekarang ia bahkan tidak lagi dapat melaksanakan rencana balas dendamnya.     

Hidupnya sudah tidak memiliki tujuan. Kalau Fee membunuhnya, Ren tidak keberatan.     

Jika kematiannya dapat membuat Fee merasa lebih baik.. maka setidaknya kematian Ren akan berguna.     

Ia memejamkan mata, membayangkan hidupnya yang rusak, dan kini sudah tidak ada artinya. Kalau ia beruntung, dan memang ada kehidupan setelah kematian.. mungkin ia akan dapat bertemu ayah dan ibunya... dan mungkin kedua anaknya.     

Ia tak pernah mengenal ayahnya. Semua yang ia tahu tentang pria itu, didapatnya dari orang lain. Ayahnya meninggal terlalu muda. Jauh lebih muda dari dirinya sekarang.     

Ah... maafkan aku, Ayah. Garis keturunanmu berhenti di sini, pikirnya sedih.     

Suara Fee pelan-pelan menghilang. Ren kemudian tidak mendengar apa-apa lagi.      

***     

Fee benar-benar stress dan tidak tahu harus bagaimana. Ren telah dibawa ke rumah sakit terdekat oleh staf mereka di villa dan dokter segera mengeluarkan peluru dari dadanya. Selama operasi berlangsung, Fee berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi.     

Ia terpaksa menghubungi Dokter Henry untuk menanyakan rekam medis Ren karena dokter tidak berani mengoperasinya tanpa mengetahui apakah ia memiliki alergi obat dan bagaimana kondisi kesehatan Ren di masa lalu.     

Fee benar-benar merasa tidak enak saat menyadari tadi ia menelepon Dokter Henry saat di Moravia masih jam 4 pagi. Namun, ia sama sekali tidak mempunyai pilihan.     

Fee menangis di lounge dan membenamkan wajanya di kedua tangan. Oh.. mengapa nasibnya buruk sekali?     

Ia baru kehilangan kedua anaknya... Ia tidak sanggup jika harus kehilangan suaminya juga. Fee akan menjadi sebatang kara lagi. Ia tdak punya siapa-siapa selain Ren di dunia ini.     

Para dokter dan perawat yang melihat wanita jelita itu menangis tersedu-sedu hanya dapat menarik napas kasihan.     

***     

"Nyonya..." Dokter bedah yang tadi memimpin operasi untuk menyelamatkan jiwa Ren menyentuh bahu Fee pelan. "Operasinya sudah selesai."     

Fee yang jatuh tertidur karena lelah menangis, seketika tersentak bangun. Ia segera berdiri dan memegang kedua tangan dokter itu dengan wajah cemas.     

"Bagaimana kondisinya, Dokter?"     

Dokter Rama tersenyum menenangkan. "Suami Nyonya akan selamat. Ia kehilangan banyak darah tetapi sekarang kondisinya stabil. Kami akan segera memindahkannya ke ruang perawatan. Nyonya bisa segera menjenguknya."     

"Oh.. syukurlah..." Fee menarik napas lega. Ia mengusap air matanya dan berusaha menenangkan diri.     

Ia sedang berada di negeri yang asing baginya. Kalau sampai Ren meninggal, ia tidak tahu harus berbuat apa.     

Mungkin.. ia akan terpaksa menghubungi Mischa.     

Ah.. tidak. Semoga ia tidak perlu harus merepotkan mantan bosnya itu. Mischa sudah terlalu baik kepadanya selama ini. Fee tidak mau berutang budi semakin banyak kepada Mischa.     

"Nyonya sepertinya sangat lelah. Bagaimana kalau Anda beristirahat dulu di kamar? Nanti kami akan membawa Tuan ke kamar perawatan," kata Dokter Rama. "Kalau Nyonya nanti jatuh sakit, maka Tuan pasti akan cemas."     

Fee mengangguk. Ia tahu dokter itu benar. Fee harus menjaga kesehatannya sendiri agar ia tidak ikut masuk rumah sakit.     

***     

Ren siuman dari pengaruh obat bius saat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia membuka matanya perlahan-lahan dan kemudian melihat ke sekelilingnya.     

Ah... seketika keningnya berkerut dan kepalanya terasa sakit. Mengapa ia tidak mati?     

Ia benar-benar ingin mati saat ia memberikan pistol itu ke tangan Fee.     

Tetapi rupanya kematian belum mau menerimanya.      

Ren sama sekali tidak memperdulikan sakit di dadanya akibat operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang di paru-parunya. Ia telah melihat sosok Fee duduk sambil membenamkan kepalanya di antara kedua tangannya di samping tempat tidur sakit.     

"Fee.. Sayang..." Ren mengusap rambut Fee dan memanggil namanya perlahan.     

Fee yang tidurnya gelisah, seketika mengangkat kepalanya dan menatap Ren yang memandanginya dengan sepasang mata sedih.     

Kedua pasang mata yang dipenuhi duka itu saling menatap dan keduanya terpaku, tidak dapat berkata apa-apa.     

"Sayang..." Akhirnya Ren memecah keheningan dan memanggil nama Fee sekali lagi. "Kumohon maafkan aku. Maafkan aku atas semua yang telah terjadi..."     

Suaranya terdengar saat ia berbisik.     

Ia telah melakukan begitu banyak kesalahan kepada wanita ini, yang senantiasa berbuat baik kepadanya, dan telah mencintainya dengan sepenuh hati selama satu tahun setengah mereka bersama.     

Saat ia melihat wajah Fee yang penuh duka, Ren hanya ingin memeluknya dan menenangkannya, menghiburnya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.      

Fee memejamkan mata dan berusaha mengusir bayangan peristiwa penembakan waktu itu yang telah merenggut nyawa kedua anaknya. Dulu ia dapat melupakannya dengan cepat karena ia mengira anak-anaknya selamat...     

Ternyata ia salah.. Kini ia harus mengulangi proses berkabung dari awal dan hal itu sungguh menyakitkan hatinya.     

Kemarin ia begitu marah dan benci kepada Ren.. Ia menuduh Ren bertanggung jawab atas semuanya...     

Tetapi, saat ia menyadari bahwa Ren dengan senang hati mati demi menebus kesalahannya itu, menjadi sadar bahwa ia tidak ingin kehilangan keluarga satu-satunya di dunia ini.     

Ia harus belajar mengampuni Ren.. dan belajar merelakan semua yang sudah pergi.     

Air matanya kembali bercucuran saat ia mengangkat tangannya dan mengusap air mata yang juga sudah membasahi pipi suaminya.     

"Ren..." bisik Fee sedih. "Aku tidak mau kehilanganmu juga. Jangan pernah begitu lagi... Aku tidak mau kau mati..."     

Ren mengangguk pelan. "Aku akan melakukan apa pun keinginanmu. Kalau kau ingin aku mati... aku akan mati, kalau kau ingin aku hidup, aku akan hidup..."     

Ia ingin menebus dosa-dosanya kepada istrinya. Ia akan membuat Fee bahagia.      

.     

.     

.     

.     

PENGUMUMAN PENTING (Vote PS Pindah ke buku baru):     

Ingat votenya pindah ke "THE PRINCE WHO CANNOT FALL IN LOVE & THE LOST HEIRESS". Jadi judulnya lebih panjang ya.. hahhaa, BUKAN "The Prince & The Lost Princess".     

Buku yang kemarin ternyata tidak bisa muncul di Ranking NEW di Webnovel karena dianggap sudah berumur lewat dari 30 hari, padahal saya perlu featured di Ranking NEW itu. Jadi terpaksa saya buat di buku baru. Mohon dengan sangat, vote power stone-nya mulai nanti pindah ke buku baru aja yaa..      

Tenaaang, karena kita sudah kehilangan 1 hari, saya turunkan targetnya jadi Top 70 aja untuk minggu ini.. ahahaha. Kalau bisa Top 50 hari ini, saya kasi bonus 2 bab deh... hahaha. Tapi saya realistis aja, kayaknya susaah. Go TOP 70 aja ya..      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.