The Alchemists: Cinta Abadi

Mata Ganti Mata



Mata Ganti Mata

0"Fee..."     

Ren berdiri di depan pintu kamar Fee sejak pagi dan memanggil Fee agar keluar dan menemuinya, tetapi gadis itu masih menolak. Air matanya sudah kering dan tubuhnya terasa lemah karena ia tak henti-hentinya menangis.     

Kesedihan apa pun yang pernah ia rasakan dalam hidup, tidak ada apa-apanya dengan yang ia rasakan saat ini.     

Semua harapannya hilang, semangat hidupnya pun kini sudah tiada. Satu-satunya yang membuatnya bertahan selama beberapa bulan terakhir ini adalah anak-anaknya... tetapi semua itu kini sudah tidak ada.     

"Pergilah... aku tidak mau bertemu denganmu..." kata Fee dengan suara getir.     

Ia merasa sangat marah kepada Ren karena ia menganggap Ren adalah penyebab kematian anak-anak mereka. Kalau saja Ren tidak menolak mereka di awal, mereka tidak perlu berpisah dan mengalami insiden itu.     

Ren juga bersalah karena tidak mengusir Amelia jauh-jauh seperti yang telah diminta Fee dari awal. Ren telah berjanji akan memecat Amelia sebelum mereka berpisah, tetapi ia tidak juga melakukannya, hingga Amelia bisa mendekat kepada Fee dan kemudian menembaknya.     

"Kau boleh marah kepadaku.. kau boleh memukulku.. kau boleh melampiaskan semuanya kepadaku.. Tapi tolong lakukan itu di depanku. Aku ingin kau menghukumku..." pinta Ren dengan nada memelas.     

Ia telah bersabar selama seminggu. Di paviliunnya, ia pun tidak henti-hentinya meratap dan menangisi anak-anak mereka. Sebagai sesama orang tua.. ia sadar bahwa ia dan Fee perlu berduka bersama-sama.     

Bukan hanya Fee yang merasakan kepedihan dan kehilangan... ia juga. Dan ia merasakan kedukaan yang lebih mendalam karena ia juga dihantui oleh perasaan bersalah.     

Ia tidak bisa tenang sebelum Fee membalasnya, memarahinya, menghukumnya...      

Hari ini ia mendengar dari pelayan villa bahwa Fee sudah menolak makan sejak kemarin, dan ia pun menjadi sangat cemas. Apakah Fee berencana untuk membuat dirinya mati kelaparan dan menyusul anak-anak mereka?     

Membayangkan itu rasanya hati Ren seolah dicabik-cabik kembali. Ia tidak dapat membiarkan hal itu terjadi.     

"Aku tidak mau melihatmu! Pergiiii..."     

Fee menjerit dan menangis lagi. Suaranya begitu serak dan air matanya tidak dapat mengalir lagi. Semuanya sudah tumpah selama berhari-hari.     

Ren yang mendengar suara Fee seperti orang sakit, seketika menjadi sangat kuatir. Ia lalu memberi tanda kepada salah seorang pengawalnya. Laki-laki tinggi besar itu mengangguk dan kemudian menghantam pintu kamar Fee yang dikunci dari dalam.     

"Fee.. maafkan aku. Aku terpaksa masuk. Pelayan bilang kau sudah dua hari tidak makan," kata Ren cemas sambil menghampiri Fee yang sedang duduk termenung di tempat tidur. Pakaian gadis itu tampak kusut dan wajahnya penuh bekas air mata.     

Fee memejamkan mata. Ia tak mau melihat Ren. Ia tahu sia-sia mengusir pria itu keluar karena ia adalah pemilik villa.     

"Bawakan makanan ke sini," kata Ren ke arah para pelayan yang menunggu di depan pintu. Dengan sigap mereka mengangguk dan datang tidak lama kemudian dengan membawakan nampan berisi berbagai makanan lezat.     

"Fee, sayang.. kumohon, makanlah... Setelah kau makan dan memperoleh kekuatanmu, kau bisa menghukumku. Kau boleh melakukan apa saja kepadaku... " kata Ren.     

"Jangan dekati aku!" tukas Fee. Ia menepis tangan Ren yang menyentuh bahunya. Ia akhirnya membuka matanya dan menatap Ren dengan tajam. Sepasang matanya memerah dan tampak dipenuhi kemarahan.     

"Fee... aku sungguh-sungguh dengan ucapanku. Kau boleh melakukan apa pun yang kauinginkan kepadaku, untuk meredakan rasa sakit hatimu... Kalau kematianku akan dapat membuatmu lebih baik... maka bunuhlah aku..." Sepasang mata cokelat terang seperti madu itu tampak berkilauan oleh air mata yang menggenang. Ren menarik sesuatu dari balik jasnya dan menyerahkannya kepada Fee. "Ambillah ini. Tetapi kau perlu makan dan memulihkan tenagamu agar kau bisa menarik pelatuknya..."     

Fee tertegun saat melihat Ren mengulurkan sebuah pistol dengan gagang senjata menghadap kepada Fee.     

Apa ini? Ren ingin aku menembaknya?     

"Aku selalu percaya bahwa keadilan berarti mata ganti mata.. nyawa ganti nyawa..." kata Ren dengan suara bergetar. "Kau menyalahkan aku atas kematian anak-anak kita.... Maka kau boleh mengambil nyawaku sebagai ganti mereka."     

Fee terdiam. Ia melihat Ren berdiri tegak di depannya dengan tangan terulur mengacungkan senjata yang menghadap ke arah dirinya. Wajah pria itu tampak diliputi kepedihan mendalam.     

Baru hari ini Fee memperhatikan baik-baik sepasang mata cokelat suaminya. Ia menyadari bahwa selama sebulan terakhir ia sama sekali tidak melihat cahaya di sepasang mata itu. Ren terlihat seperti tidak memiliki semangat hidup sama sekali.     

Ia dulu selalu melihat suaminya sibuk dan memikirkan banyak hal. Ren adalah seorang pemikir dan ia tidak pernah tinggal diam. Tetapi kini... ia sama sekali tidak melakukan apa pun, dan wajahnya selalu tampak penuh duka.     

Apakah Ren juga mengalami duka yang sama seperti yang ia rasakan?     

Ugh.. sekarang Fee mengerti kenapa sepertinya sebulan terakhir ini Ren sangat memperhatikan dan memanjakannya. Suaminya itu bahkan selalu mengajaknya bercinta dan ia mengeluarkan benihnya di dalam...     

Ia ingin supaya Fee kembali hamil sebelum Fee menyadari bahwa ia sudah kehilangan bayi mereka.     

Fee mengigit bibirnya.     

Ren bercinta dengannya setiap hari bukan karena ia memang sudah mencintai Fee, tetapi ia hanya ingin Fee segera mengandung lagi dan kemudian ia akan menyampaikan kebenaran bahwa sebenarnya anak-anak mereka sudah mati...     

Keterlaluan sekali...     

Apakah ia menganggap anak-anaknya yang sudah mati itu seperti baju yang bisa dibuang dan dilupakan begitu saja, lalu digantikan dengan yang baru...?     

Air mata Fee yang sudah kering kembali mengalir saat ia merasakan dadanya sesak seperti terhimpit benda berat.     

"Kau pikir.. dengan berusaha membuatku hamil lagi.. maka aku akan dapat melupakan anak-anakku... yang sudah tiada?" tangis Fee dengan pedih. "Kau pikir mereka itu seperti barang...?"     

Ia pelan-pelan mengambil pistol dari tangan Ren dan mengangkatnya lurus ke dada Ren. Rambut gadis itu kusut dan wajahnya kembali bersimbah air mata.     

"Kau.. yang membuat anak-anakku terbunuh... " bisik Fee dengan suara serak dipenuhi dendam. "Mata ganti mata... nyawa ganti nyawa.."     

DOR!     

Fee memejamkan mata dan menarik pelatuk dengan sekuat tenaga.     

Terdengar bunyi ledakan yang sangat keras di kamar tidur megah itu.     

Tubuh Fee terlempar ke belakang akibat hentakan dari senjata api yang ia tembakkan. Sementara Ren terjerembab dengan dada berlumuran darah.     

"Fee..." Ren menggapai ke arah tubuh Fee dan membelai tangannya. Wajahnya mengernyit kesakitan tetapi ia berusaha tersenyum. "Kau... meleset. Sudah kubilang.. kau harus memulihkan tenagamu... Kau harus menembak ke dada kiriku..."     

Ren mengusap-usap tangan Fee dengan lembut. Ia memejamkan mata.     

Ren telah kehilangan dua hal penting dalam hidupnya. Ia merasa tidak ada gunanya ia hidup lagi. Saat ini, kalaupun ia harus mati, ia tidak merasa menyesal.     

"Aaaaaaaaaaaaaaaa...." Fee yang tadi dibutakan emosi dan menembak Ren, tiba-tiba menjerit sekuat tenaga saat ia menyadari apa yang telah terjadi.     

.     

.     

PENGUMUMAN PENTING:     

Teman-teman... duh, mohon maaf. Ada kesalahan teknis. Buku sequel The Alchemists versi Inggris saya pindahkan ke buku baru yang judulnya "THE PRINCE WHO CANNOT LOVE & THE LOST HEIRESS". Jadi judulnya lebih panjang ya.. hahhaah     

Buku yang kemarin ternyata tidak bisa muncul di Ranking NEW di Webnovel karena dianggap sudah berumur lewat dari 30 hari, padahal saya perlu featured di Ranking NEW itu. Jadi terpaksa saya buat di buku baru. Mohon dengan sangat, vote power stone-nya mulai nanti pindah ke buku baru aja yaa..      

Tenaaang, karena kita sudah kehilangan 1 hari, saya turunkan targetnya jadi Top 70 aja untuk minggu ini.. ahahaha. Kalau bisa Top 50 hari ini, saya kasi bonus 2 bab deh... hahaha. Tapi saya realistis aja, kayaknya susaah. Go TOP 70...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.