The Alchemists: Cinta Abadi

Situasi Di Rumah Sakit



Situasi Di Rumah Sakit

1Mereka tiba di rumah sakit dalam hitungan tidak sampai sepuluh menit. Patroli pengawal Ren berhasil membuka jalan bagi rombongannya untuk lewat walaupun situasi jalan raya sangat padat oleh kendaraan orang-orang yang ingin merayakan tahun baru di jalan dan tempat-tempat keramaian.     

Satu sayap rumah sakit segera ditutup untuk umum dan protokol resmi dan rahasia segera diterapkan. Hanya orang-orang yang sangat berkepentingan yang boleh mengetahui apa yang terjadi dan terlibat. Jumlahnya dapat dihitung dengan jari pada sebelah tangan.     

Fee segera dibawa ke ruang gawat darurat dan Dokter Henry memberikan keterangan singkat yang lengkap tentang apa yang terjadi dan bagaimana kondisi Fee. Walaupun Ren sangat ingin masuk ke ruang operasi, dokter-dokter berhasil meyakinkannya untuk menunggu di lounge VIP tepat di luar ruang operasi.     

Ia hanya dapat melihat operasi yang dilakukan atas Fee lewat layar monitor dan ia hampir tidak melepaskan pandangannya sama sekali dari layar itu. Tubuhnya membeku bagaikan patung saat ia duduk tegap di kursi dan mengamati layar itu dengan penuh perhatian.     

Jantungnya serasa ditarik keluar dari dadanya dan diremas oleh tangan yang tidak kelihatan. Ia tidak tahu mengapa ia merasa demikian tidak berdaya. Ia adalah seorang genius, tetapi kedokteran bukanlah bidangnya dan ia tidak dapat membantu para dokter untuk menyelamatkan Fee dan anaknya.     

***     

Hingga pesta tahun baru berakhir, Mischa sama sekali tidak dapat menemukan Amelia di aula. Seolah gadis itu menghilang ditelan bumi. Karena ia sangat mengkhawatirkan Fee yang tidak juga kembali ke meja mereka, ia akhirnya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu siapa Amelia dan di mana ia berada.     

Setelah itu, ia akan mencari jejak keberadaan Ren dan mencari Fee ke sana. London dan L telah permisi pulang satu jam yang lalu karena mereka harus menemui anak mereka, Lily yang menunggu di rumah.     

"Tuan, Fee masih belum kembali," kata Sarah. "Tas dan ponselnya masih di sini. Apakah Tuan mau aku yang membawakannya?"     

Mischa mendelik ke arah Sarah dan menggeleng. "Tidak usah. Fee tinggal bersamaku. Aku akan membawakan barangnya."     

Ia berjalan meninggalkan aula seperti tamu-tamu yang lain, tetapi dalam hati ia bertekad untuk kembali ke sini diam-diam dan menyelidiki apa yang terjadi dengan Fee.     

Mischa tiba di penthouse dan menaruh tas Fee di sofa. Ia mengeluarkan ponsel gadis itu dan mengamatinya. Seharusnya kalau Ren memang berniat baik, ia akan menelepon ke ponsel Fee dan memberitahu kabarnya.     

Ia lalu mengangkat teleponnya sendiri dan menghubungi salah satu orangnya untuk segera melacak keberadaan Pangeran Renald Hanenberg karena ia pasti bersama Fee.     

Setelah memberikan perintahnya, Mischa menarik napas panjang. Ia mengamati tas Fee dan menggeleng-geleng kuatir. Ia berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Fee.     

Ia lalu berjalan menuju teras penthousenya dan mengamati jalanan di sekitar gedung St. Laurent yang dipenuhi oleh mobil-mobil dan keramaian orang yang merayakan tahun baru dengan kembang api.     

Tidak terasa, tahun baru 2062 tiba begitu saja. Ia memutuskan untuk mengambil sebotol wine dan menikmatinya sambil melewatkan tahun barunya sendirian seperti tahun-tahun sebelumnya. London dan L merayakan tahun baru bersama keluarga mereka dan besok akan berkumpul dengan keluarga besar mereka di Stuttgart.      

Seisi keluarga besarnya akan merayakan hari baru di tahun yang baru bersama keluarga, tetapi Mischa tidak pernah bergabung dengan mereka.     

Mischa dulu selalu menghabiskan tahun barunya bersama Lisa. Itu adalah momen penting dalam hubungan mereka karena ia menyatakan cintanya pertama kali kepada gadis itu di malam tahun baru.     

Itulah sebabnya mereka selalu menghabiskannya bersama dan Mischa tidak pernah ikut acara keluarga di saat tahun baru. Kini, sudah lima tahun terakhir ia selalu mengurung diri sendirian di rumahnya saat hari besar itu tiba.     

Rasanya terlalu menyakitkan baginya untuk keluar dan bersenang-senang tanpa wanita yang dicintainya di sisinya pada hari penting ini.     

Tahun ini adalah pertama kalinya Mischa akan menghabiskannya bersama orang lain. Ia bahkan datang ke pesta tahun baru yang diadakan istana.     

Tetapi apa yang terjadi malam ini kembali membuat tahun baru menjadi momen yang berkesan buruk baginya.     

Ia sudah menghabiskan setengah botol wine sendirian untuk mengisi kekosongan dan rasa sedih di dadanya ketika anak buahnya meneleponnya untuk memberikan laporan.     

"Selamat malam Tuan, kami sudah berusaha melacak Pangeran Renald. Saat ini ia sedang berada di rumah sakit Almstad International."     

"Apa?" Seketika dada Mischa dipenuhi perasaan kuatir.      

Apakah terjadi sesuatu dengan Fee?     

Ia ingat tadi Fee tiba-tiba pingsan di tengah lantai dansa.     

Apakah kondisinya begitu parah sehingga harus dirawat di rumah sakit?     

"Berikan detailnya. Aku akan segera ke sana!"     

Ia menyimpan botol wine dan gelasnya lalu menyambar mantelnya dan bergegas keluar. Rumah sakit yang dimaksud berada tidak terlalu jauh dari sini. Sebuah mobil mewah telah menunggu Mischa di depan lobi ketika ia keluar dari lift.      

Dengan cepat ia memberi tahu tujuannya dan segera duduk di kursi belakang dengan ekspresi cemas.     

***     

Operasi akhirnya selesai 3 jam kemudian dan dokter utama yang memimpin operasi keluar dari dalam dengan wajah yang tidak dapat dibaca.     

Ia harus menyampaikan kabar buruk, tetapi ia sama sekali tidak memiliki keberanian mengatakannya langsung kepada Pangeran Renald. Namun demikian, sebagai pemimpin tindakan operasi malam ini, ia bertanggung jawab atas semuanya.     

Hanya saja, saat ia melihat wajah tampan yang dihiasi ekspresi menakutkan itu, entah kenapa sendinya seketika menjadi layu. Dengan agak gemetar ia berjalan mendekati Ren.     

"Tu... tuan.. operasinya sudah selesai."     

Ren menatapnya dengan mata disipitkan. "Bagaimana hasilnya?"     

"Kondisi nona sangat parah ketika dibawa kemari. Perutnya kena tembak dua kali, dan peluru yang kedua juga menembus tangan kanannya. Sepertinya beliau berusaha melindungi perutnya ketika serangan itu terjadi... Kami sudah merawat semua lukanya dan mengeluarkan peluru dari perut beliau. Beliau akan baik-baik saja...." Dokter tua itu menelan ludah dengan susah payah. "Tetapi kedua janinnya..."     

"Dua?" Ren mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.     

"...tidak selamat. Maafkan kami, Tuan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, kedua janin itu sudah tidak ada ketika nona tiba di sini... Perdarahannya terlalu hebat." Dokter itu mengkerut ketakutan ketika melihat ekspresi Ren yang tampak seolah ia siap membunuhnya saat itu juga.     

"Dua katamu?" tanyanya sekali lagi. Suaranya terdengar seperti tercekik.     

"Be.. benar. Keduanya tidak selamat."     

Ren baru menyadari bahwa Fee mengandung dua janin dalam perutnya.. Ia mengira istrinya hanya mengandung satu orang bayi.     

Dan keduanya tidak selamat.     

Saat itu, ia merasa seolah dunia runtuh menimpanya dan menguburnya hidup-hidup tanpa belas kasihan.     

"Feeee...!!!" Ren berteriak dengan emosional. Ia segera mendorong tubuh dokter itu ke samping dan berusaha menghambur masuk ke ruang operasi untuk menemui Fee. Hatinya belum pernah merasakan sakit seperti apa yang ia rasakan malam ini.     

Beberapa asisten bedah dengan sigap menahan tubuhnya agar ia tidak masuk. Dengan terbata-bata mereka berusaha membujuknya.     

"Kumohon, Tuan.. demi keselamatan nyonya, jangan memaksa masuk. Ruangan operasi harus tetap steril. Tuan tunggu sebentar, kami akan membawa nyonya keluar..."     

Ren terus meraung bagaikan orang gila saat ia menyadari apa yang terjadi kepada dua calon anaknya... yang kini sudah tidak ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.