The Alchemists: Cinta Abadi

Kemarahan Amelia



Kemarahan Amelia

Mischa hendak mengejar Ren yang membawa Fee pergi, tetapi dua orang pengawal berpakaian hitam-hitam telah menghadangnya.     

"Mohon maaf, Tuan tidak boleh sembarangan mengikuti Pangeran," kata seorang di antaranya dengan wajah tegas.      

"Tetapi ia membawa asistenku," kata Mischa cepat. Ia hanya dapat memperhatikan Ren berlalu dengan wajah cemas.     

Apa yang terjadi kepada Fee barusan? Mengapa ia pingsan?     

Amelia segera tergopoh-gopoh mengeluarkan ponselnya dan menelepon Dokter Henry seperti permintaan Ren. Walaupun ia sangat membenci Fee, namun baginya permintaan Ren adalah perintah yang harus dituruti.     

Ia sebenarnya merasa tidak enak merepotkan dokter Henry di tengah acara tahun baru seperti ini. Rasanya sangat tidak manusiawi. Namun, ia tidak punya pilihan.     

"Apa yang terjadi?" tanya ibunya dengan wajah bingung. "Siapa gadis itu?"     

"Entahlah.. mungkin dia tamu biasa yang kebetulan jatuh pingsan saat sedang berdansa dengan pangeran. Tentu Ren takut kalau nama baik istana tercemar kalau ada tamu yang pingsan di acara pesta kita," jawab Amelia, pura-pura tidak mengetahui siapa Fee sebenarnya, Ia lalu membungkuk sedikit ke arah orang tuanya dan pasangan raja dan ratu.      

"Aku mohon diri dulu, Yang Mulia. Saat ini aku akan memeriksa keadaan gadis itu dan mengabari Anda semua.."     

Ratu Elena dan Raja Gustav saling pandang. Mereka ingat gadis itu adalah orang yang tadi mereka temui di pintu masuk istana. Ren sudah tampak bersikap agak aneh sejak mereka bertemu. Apakah sang pangeran tertarik pada gadis cantik itu?     

Mereka menjadi penasaran ingin tahu siapa gadis itu. Mereka hanya tahu ia datang dengan Mischa Rhionen dari RMI. Raja Gustav memanggil seorang pria berpakaian hitam-hitam dan membisikkan sesuatu kepadanya. Pria itu mengangguk dan kemudian pergi.     

Mischa mengepalkan tangannya saat menyadari ia tidak dapat menembus penjagaan istana. Ia berbalik dan menemui London.     

"Sampai kapan kau di Almstad?" tanyanya kepada pria itu.     

"Hanya malam ini. Lily masih menunggu kami di rumah. L datang tampil di sini karena Ratu Elena mengundangnya secara pribadi beberapa kali dan ia tidak enak menolak. Tetapi kami tetap ingin menghabiskan tahun baru bersama di rumah. Besok kami juga berencana terbang ke Stuttgart dan berkumpul bersama ayah dan ibu."     

"Hmm.. begitu ya?" Mischa mengangguk. Ia akhirnya hanya bisa menarik napas. Tadinya ia ingin memperkenalkan London secara langsung kepada Fee. Ia tidak menyangaka L dan London akan hadir di pesta istana malam ini. Ia begitu bersemangat saat melihat pria itu di antara para tamu dan buru-buru mendatanginya.     

Tadinya ia ingin London melihat betapa miripnya Fee dengan Altair dan meminta pendapatnya. Ia sudah tahu bahwa Fee bukan Vega, karena catatan sidik jarinya berbeda, tetapi hati kecilnya tidak bisa tenang dan ia terus-menerus memikirkan kemungkinan Fee memiliki hubungan dengan mereka.     

Ia tidak tahu kenapa, ia hanya ingin London ikut melihatnya sendiri dan memberikan pendapatnya. Tetapi sayangnya, sekarang Fee justru dibawa pergi oleh Ren. Ia bisa melihat dari sikap Ren kepada Fee bahwa gadis itu tidak akan kenapa-kenapa, tetapi ia tetap merasa sangat kuatir. Ia tidak tahu kenapa Fee tadi tiba-tiba pingsan.     

Apa yang terjadi sebenarnya?     

Ia hanya bisa melayangkan pandangannya ke arah pintu keluar dan berusaha memikirkan bagaimana ia dapat menemui Fee.     

***     

"Kenapa dia?" tanya Amelia saat ia tiba di kamar tamu yang megah itu. Keningnya berkerut ketika melihat Ren membaringkan Fee di atas tempat tidur dan duduk di sampingnya dengan wajah panik.     

"Kau sudah memanggil Dokter Henry?" Ren balik bertanya, tidak mempedulikan pertanyaan Amelia.     

"Sudah. Ia langsung menuju kemari," jawab Amelia. "Kira-kira ia akan tiba dalam waktu sepuluh menit."     

"Bagus." Ren mengangguk. Ia lalu menatap Amelia dalam-dalam. "Terima kasih."     

"Tidak apa-apa. Itu tugasku sebagai sekretarismu.." kata Amelia. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. "Karl tidak ikut?"     

Ia jarang sekali melihat Ren tanpa asisten pribadinya yang pendiam itu.     

"Dia sedang ada keperluan," kata Ren. Ia menatap Fee yang sedang berbaring pingsan di sampingnya dan wajahnya tampak menjadi keruh. Tadi mereka sedang berdansa dan ia kembali berusaha meyakinkan Fee untuk kembali kepadanya, tetapi rupanya pembicaraan itu terlalu membuat Fee tertekan sehingga ia menjadi pingsan.     

Mungkin kesehatannya tidak begitu baik karena ia sedang hamil, pikir Ren. Wajahnya yang tampan terlihat dipenuhi ekspresi kuatir. Sementara ia menatap Fee dengan penuh perhatian, Amelia menatapnya dalam-dalam.      

"Mereka akan mencarimu.. kau harus kembali ke aula," kata Amelia memecah kesunyian.     

"Hmm.." Ren malah menggenggam tangan Fee dan meremasnya lembut. Ia tidak ingin kembali ke aula. Ia sangat kuatir.     

TOK TOK     

Pintu kamar diketuk dan masuklah seorang pengawal membawa Dokter Henry yang datang tergopoh-gopoh.     

"Selamat malam, Tuan. Saya langsung kemari saat ditelepon Lady Amelia.." kata Dokter Henry. Ia segera menghampiri tempat tidur dan mengeluarkan tas dokternya. "Nyonya pingsan lagi?"     

"Benar. Kurasa dia sedang stress," kata Ren. Ia bangkit dari tepi tempat tidur dan mempersilakan Dokter Henry untuk memeriksa Fee.     

TOK TOK     

Ia menoleh ke arah pintu dengan wajah kesal.      

Siapa lagi yang berani mengganggunya seperti ini?     

Seorang pria berpakaian serba hitam segera masuk dan membungkuk hormat kepadanya. "Pangeran, Yang Mulia Raja Gustav memanggil Anda."     

Amelia menyentuh lengan Ren dan mengangguk. "Sudah kubilang, mereka akan mencarimu. Kalau kau terlalu lama menghilang, mereka akan curiga. Sebaiknya kau kembali ke aula."     

Ren tampak sangat enggan. Ia menoleh ke arah Fee yang sedang terbaring pingsan di tempat tidur. Melihat Ren begitu mengkuatirkan Fee, Amelia merasakan dadanya berkobar oleh kemarahan yang teramat besar. Namun demikian ia berusaha menahan diri dan tetap menampilkan senyum di wajahnya.     

"Jangan kuatir. Ada Dokter Henry di sini. Aku juga akan menemaninya sampai ia sadar."     

Ren menghela napas.      

"Raja Gustav bilang beliau meminta kehadiran Pangeran untuk memberikan sambutan mewakili istana," kata petugas itu lagi.     

Ren melambaikan tangan dan mengusir laki-laki itu. "Aku tidak tuli! Kau pergilah. Aku akan ke sana sebentar lagi."     

Pria itu tampak sangat ketakutan. Ia segera membungkuk dalam-dalam dan kemudian pergi. Ren bangkit dari kursinya dan kembali duduk di tepi tempat tidur. Ia menatap Dokter Henry dan meminta penjelasan.     

"Bagaimana keadaannya?"     

"Hmm... denyut nadinya lemah sekali. Mungkin memang Nyonya sedang stress. Beliau perlu beristirahat. Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuknya..." kata Dokter Henry setelah melepaskan stetoskopnya.     

"Dia sedang hamil. Jangan berikan obat-obatan biasa," kata Ren.      

Amelia mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata Ren barusan.      

A.. apa katanya tadi? Fee sedang hamil?     

Amelia belum pernah merasakan kemarahan dan sakit hati seperti yang ia rasakan saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.