The Alchemists: Cinta Abadi

Hadiah Dari Mischa



Hadiah Dari Mischa

0Mischa yang mendengar suara ponsel terjatuh ke lantai dengan cepat berjalan menghampiri Fee. Ia langsung dapat menebak telah terjadi sesuatu yang sangat buruk kepada gadis itu. Namun demikian, Mischa sama sekali tidak bertanya tentang apa yang telah terjadi.     

Ia hanya berdiri di depan Fee dan mengeluarkan sapu tangan dari balik mantelnya dan menyerahkannya kepada gadis itu. Fee mengangkat wajahnya yang berlinang air mata dan kemudian tidak dapat lagi menahan diri, ia menghambur memeluk Mischa dan menangis tersedu-sedu di dadanya.     

Pria itu hanya dapat membiarkan air mata Fee tumpah dan menepuk-nepuk bahunya dengan pelan.     

Ia merasa sangat kasihan kepada gadis malang itu. Kebahagiaannya setelah pulang berlibur rasanya langsung hilang terkikis. Ia ingin tahu apa yang terjadi kepada Fee tetapi ia tidak ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat gadis itu merasa tidak nyaman.     

Ia mengetahui Ren Hanenberg datang ke penthouse ini lima hari yang lalu tetapi ia tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam karena ia sengaja tidak memasang kamera apa pun di dalamnya demi menghormati privasi Fee.     

CCTV yang ada di lorong menunjukkan bahwa Ren tiba pukul 6 sore dan keluar pukul 9 malam. Setelah itu ia tidak pernah kembali. Sejak itu Fee hampir tidak pernah keluar penthouse. Tadinya Mischa mengira Fee baik-baik saja karena gadis itu masih mengirimnya SMS sekali dua kali untuk menjawab ucapan selamat Natal darinya dan oleh-oleh apa yang ia inginkan dari Singapura.     

Ia tidak mengira akan tiba di rumah dengan menemukan Fee yang terlihat kuyu dan kurus. Apalagi kini air matanya tak dapat dibendung. Mischa menduga-duga apakah kesedihan Fee ini ada hubungannya dengan Ren Hanenberg.     

Setelah setengah jam, akhirnya air mata Fee mengering dan ia melepaskan diri dari Mischa. Wajahnya tampak merah dan tertekan. Hilang sudah ekspresi pura-pura bahagia yang dilatihnya seharian tadi. Fee sama sekali tidak punya energi untuk berpura-pura.      

Namun ia merasa malu karena menangis seperti ini di depan bosnya. Ia bahkan tidak melepaskan pria itu selama setengah jam.     

"Aku.. aku minta maaf. Aku tidak sengaja," kata gadis itu terbata-bata. "Selamat datang, Bos."     

Ia mengusap matanya dengan sapu tangan Mischa yang sudah basah kuyup. Wajahnya tampak sangat menyedihkan.     

"Aku membawa oleh-oleh untukmu," kata Mischa sambil tersenyum. Ia tidak ingin membuat Fee merasa canggung karena apa yang tadi terjadi maka Mischa bersikap seolah tidak ada apa-apa. Ia menepuk bahu Fee dengan lembut lalu mendorongnya duduk ke sofa. "Duduklah. Aku akan mengambilkannya."     

Ia lalu bergerak ke arah pintu dan mengambil kopernya. Dengan cepat ia menaruh koper kecilnya di meja dan membukanya. Ia mengambil sebuah boneka kelinci dari situ dan menaruhnya di pangkuan Fee.     

Gadis itu mendongak dengan mata basah. Mischa Rhionen memberinya boneka kelinci?     

Apa tidak salah?     

Sebelum gadis itu sempat protes, Mischa buru-buru menjelaskan. "Bukan itu oleh-olehku. Tadi pihak maskapai membagikan boneka seperti ini kepada semua penumpang kelas satu. Aku pikir kau akan suka. Makanya aku terima saja."     

"Oh..." Fee tertegun mendengarnya. Ia memegang boneka kelinci cokelat gemuk berukuran seperti aslinya itu dan menggeleng-geleng. Walaupun Mischa mendapatkan boneka itu gratis, tetap saja Fee merasa bosnya terlalu berlebihan dengan membawa pulang. Namun demikian, ia tidak dapat menyangkal bahwa boneka itu sangat imut dan berhasil membuat perasaannya menjadi lebih baik.      

"Kau tidak suka?" tanya Mischa.     

Fee menggeleng. "Suka sekali, Bos. Terima kasih."     

Gadis itu memeluk boneka kelincinya erat-erat dan tersenyum. Mischa mengangguk puas melihat ekspresi Fee yang tampak mulai dihiasi senyum. Ia lalu mengambil sebuah kotak dari kopernya dan menyerahkannya kepada gadis itu.     

"Ini hadiah Natal dariku. Semoga kau suka," kata pria itu dengan sungguh-sungguh.     

Fee mengangguk dan tersenyum, sekali lagi mengucapkan terima kasih. Ia lalu membuka pembungkus kotak sebesar dua kepalan tangan itu dan mengeluarkan isinya.     

"Ini..." Ia tertegun melihatnya. Di dalam kotak ada tiga buah sapu tangan sutera berwarna biru muda yang memiliki sulaman nama Fee di sudutnya. Ia mendongak dan menatap Mischa. "Kenapa Tuan memberiku sapu tangan?"     

Ia tidak menunggu jawaban segera berdiri dan memeluk pria itu singkat lalu melepaskan diri. Ia mengerti Mischa memberinya sapu tangan karena melihat ia sangat banyak menangis. Dari awal, Mischa telah memberikan sapu tangan miliknya untuk menghapus air mata Fee, dan kini ia memberikan Fee sapu tangannya sendiri. Ini adalah hadiah yang sederhana tetapi sangat mengena.     

Fee menjadi terharu. Ia tak mau menangis lagi di depan Mischa akibat hadiah sapu tangan ini, karenanya ia buru-buru mengambil boneka kelincinya dan kotak berisi sapu tangan lalu masuk ke kamarnya.     

"Selamat datang kembali di rumah. Aku tidak akan menganggu Tuan. Selamat malam," katanya cepat. Sebelum Mischa sempat menjawab, Fee telah menghilang di balik pintu.     

***     

Malam itu Fee tidak bisa tidur. Besok adalah pesta di istana dan ia pasti akan bertemu Ren kalau ia datang bersama Mischa.     

Ia tidak tahu apakah ia akan sanggup menghadapi situasi itu. Setelah apa yang terjadi seminggu yang lalu, Fee tidak yakin ia akan dapat bertemu kembali dengan Ren tanpa menangis. Kalau sampai ia membuat kehebohan di istana, bukan saja nama baik RMI akan tercoreng, tetapi kemungkinan rahasia pernikahannya dan Ren juga akan terbongkar.     

Setidaknya orang-orang akan merasa curiga. Ia tidak dapat mengambil risiko itu.     

Tetapi, kalau sampai ia tidak dapat ke pesta, maka ia akan mengecewakan bosnya yang sudah demikian baik kepadanya.     

Duh.. Fee bingung. Apa yang harus ia lakukan?     

"Apa yang harus kulakukan Leon?" tanya Fee kepada boneka kelincinya yang sudah ia beri nama Leon dan kini tidur di sampingnya. "Kalau aku menolak datang ke pesta tahun baru istana, Mischa pasti akan menanyakan alasannya. Mungkin kalau aku jujur kepadanya ia akan dapat mengerti. Tetapi.."     

Ia menghela napas. Ia tidak tahu apakah ia dapat menceritakan semuanya kepada Mischa atau tidak. Pria itu memang memperlakukannya sangat baik. Itu past karena Fee mirip dengan adik angkatnya yang hilang itu.     

Namun, Fee tidak mau memanfaatkan kebaikan Mischa kepadanya dengan bersikap seenaknya. Dari awal ia bekerja di RMI, ia sudah bertekad untuk berlaku profesional.     

Fee harus memaksa dirinya untuk tidur dan melupakan dilemanya. Kalau ia terpaksa harus datang ke istana, ia harus terlihat sehat dan bahagia. Ia tidak boleh membiarkan Ren melihat bahwa ia sedih dan menderita.     

Apalagi...     

Ah, apalagi nanti di istana, ia pasti akan bertemu Amelia juga. Fee harus bisa terlihat baik-baik saja.     

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Fee memutuskan untuk datang ke pesta tahun baru. Ia memaksa dirinya tidur agar keesokan paginya ia dapat bangun pagi dan berlatih menyapa Ren dan Amelia dengan wajah tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.