The Alchemists: Cinta Abadi

Jangan iri



Jangan iri

0Ketiga orang itu terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing sampai tak memperhatikan betapa mereka menjadi penyebab terjadinya keributan besar di kampus. Dua orang pemuda paling diidolakan gadis-gadis yang kebetulan merupakan musuh bebuyutan hari ini tampak berjalan bersama dalam gandengan seorang gadis, si mahasiswa baru yang kontroversial.     

Ratu Lebah yang baru mengangkat dirinya sendiri kemarin dan secara terbuka menantang Verona.     

Mereka masih ingat kemarin Aleksis membawa mejanya sendiri ke kafetaria dan bertingkah bak ratu lebah hingga mengundang amarah Verona dan kawan-kawannya. Tidak ada yang menyangka hari ini justru gadis itu akan menjadi pemersatu Nicolae dan Terry.     

Berita tentang ketiganya segera memenuhi ruang gosip di grup media sosial Splitz Universitas St. Mary. Foto-foto Aleksis menggandeng Terry dan Nicolae bertebaran membuat dada sebagian gadis di kampus menjadi panas dan marah.     

Sebagian lagi justru kagum kepadanya karena berhasil membuat dua pemuda yang terkenal sebagai saingan abadi itu berjalan bersama, dan membuat para penggemarnya dapat menikmati dua pemandangan indah sekaligus di satu frame yang sama.     

Sementara pemuda-pemuda pengagum Aleksis malah menjadi semakin tertantang untuk bisa mendekati gadis itu.     

Ian misalnya, ia tahu pasti kalau Aleksis dan Nicolae tidak memiliki hubungan khusus karena tadi di depan pintu kelas ia mendengar mereka bertengkar dan Nicolae menyebut dirinya kekasih pura-pura Aleksis.     

Ian hanya tersenyum membaca berita-berita heboh di Splitz dan malah kembali menyiapkan pesta berikutnya di hotel ayahnya untuk mengundang Aleksis. Ia harus memastikan kali berikutnya Aleksis benar-benar bisa datang.     

***     

Tidak lama setelah makan pagi dan Alaric menyelesaikan bacaannya di perpustakaan, ia menerima SMS dari Pavel.     

[Aku sudah menemukan Nona Aleksis. Rupanya akhir-akhir ini dia cukup terkenal di grup Splitz universitasnya.]     

Alaric mengangkat kedua alisnya penuh rasa ingin tahu saat ia membuka ponselnya dan masuk ke media sosial Splitz yang dimiliki oleh anak perusahaannya. Ia pernah menjelajah media sosial ini dan tidak menemukan akun apa pun milik Aleksis, jadi ia tahu kalau Aleksis tidak menggunakan media sosial. Lalu mengapa Pavel bisa berkata ia terkenal di Splitz?     

Dengan cepat Alaric menemukan informasi yang dicarinya. Beredar ratusan foto-foto baik dari jarak jauh maupun dekat yang menunjukkan Aleksis dengan dua orang pemuda yang luar biasa tampan di halaman kampus. Alaric sampai sedikit terlengak melihat betapa ketiga orang itu terlihat sangat sempurna berdiri bersama.     

Saat ia pertama kali melihat Aleksis dalam penampilan aslinya, ia sampai berkata kepada diri sendiri, bahwa ia belum pernah, dalam hidupnya yang panjang melihat perempuan sesempurna Aleksis. Wajahnya cantik dengan sepasang mata yang bersinar-sinar penuh kebahagiaan, garis-garis simetri yang sempurna di setiap lekuk tubuhnya yang seolah dipahat oleh dewa terbaik dan dilengkapi sepasang kaki jenjang dan jari-jemari yang lentik sempurna.     

Kini ia melihat kesempurnaan Aleksis menjadi semakin lengkap dengan dua pria muda yang sama menariknya di sisi kiri dan kanannya. Entah kenapa, dada Alaric terasa sedikit bergetar melihat betapa akrabnya Aleksis dengan mereka berdua. Tadinya ia mengira hanya dirinya satu-satunya pria dalam hidup Aleksis, ternyata ia salah. Aleksis terlihat sangat dekat dengan mereka.     

Apakah yang dirasakannya ini cemburu?     

Ini adalah suatu perasaan yang asing karena Alaric belum pernah mengalaminya. Ia belum pernah mencintai seorang wanita sebelumnya. Aleksis adalah yang pertama.     

"Pavel, siapa dua orang yang bersama Aleksis hari ini?" tanya Alaric dengan nada suara dingin saat menelepon Pavel. Tanpa sadar kekesalannya terdengar dalam suaranya. Sebagai seorang assassin profesional yang tak pernah menggunakan emosi, kali ini ia gagal mengatur emosinya agar tetap datar.     

Sedari tadi ia berusaha menelepon Aleksis, tetapi gadis itu tidak bisa dihubungi. Padahal bukankah Aleksis yang memintanya menghubungi setiap hari? Lalu kalau memang gadis itu mengalami masalah sehingga tidak bisa dihubungi, kenapa ia tidak menghubungi Alaric atau Takeshi?     

Dari gambar-gambar yang dilihatnya di Splitz barusan, Alaric juga tidak merasa Aleksis sedang merasa kesusahan. Ia tampak begitu bahagia seperti biasanya, dan begitu akrab dengan dua orang pemuda yang sangat tampan itu...     

Siapa mereka? Apa hubungan mereka dengan Aleksis?     

Tangannya tanpa sadar mencengkram tepi meja sambil menunggu jawaban Pavel.     

"Uhmm... keduanya adalah mahasiswa tingkat akhir di St. Mary University, Tuan. Mereka termasuk orang-orang yang sangat populer di kampusnya dan bahkan di Splitz. Tidak ada yang janggal dengan keduanya, mereka hanya mahasiswa biasa."     

"Kapan Aleksis bertemu mereka?"     

"Sejak hari pertama. Kalau tidak salah yang seorang adalah asisten dosen yang mengajar mata kuliah yang dihadiri Nona Aleksis. Selain itu mereka bertemu beberapa kali di seputar kampus." Pavel kemudian mendeham, "Oh, ya.. Mischa tadi bilang laki-laki yang rambutnya panjang adalah orang yang berkelahi dengannya kemarin."     

"Hmm.." Alaric lalu memutuskan panggilan.     

Ia duduk merenung dan membayangkan ternyata salah seorang teman Aleksis itu adalah orang yang kemarin berhasil membuat Mischa, salah seorang assassins terbaiknya terluka. Dia pasti bukan orang sembarangan.     

Alaric lalu teringat percakapannya dengan Aleksis beberapa waktu lalu, saat Aleksis bertanya apa yang akan dilakukannya jika Aleksis jatuh cinta kepada laki-laki lain, dan meninggalkannya.     

Jawaban Alaric waktu itu adalah ia akan mendukung kebahagiaan Aleksis dengan pria itu, kalau memang Aleksis lebih memilih orang lain. Karena bagi Alaric, mencintai adalah membebaskan, Saat itu ia ingin menunjukkan kepada Aleksis bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang tidak egois.     

Namun kini saat melihat foto-foto Aleksis dengan pria lain, dan mengetahui bahwa seorang di antaranya kemarin sampai bertarung hidup dan mati demi membela Aleksis, ia sadar bahwa cintanya bukanlah cinta yang tidak egois seperti yang semula ia pikirkan.     

Ia tidak rela melihat Aleksis bersama pria lain, bagaimanapun juga. Tidak ada yang lebih bisa melindungi Aleksis daripada dirinya. Karena itu tempat terbaik bagi Aleksis adalah bersamanya.     

Saat ia sibuk dengan berbagai pikirannya, Sophia terlihat datang memasuki lobi sayap kanan istana dan melambaikan tangan memanggilnya.     

***     

Di dalam perjalanan Terry dan Nicolae saling terdiam. Beberapa kali mereka saling mencuri pandang ke arah yang lain untuk memastikan bahwa orang menyebalkan yang selama ini mereka anggap musuh adalah sebenarnya sahabatnya sendiri di dunia maya.     

Aleksis hanya tersenyum-senyum melihat keduanya. Ia sudah tidak gundah lagi karena Nicolae mengatakan ia dapat menyalin kode di chipnya yang rusak dan membuatkan yang baru. Ia sudah tidak sabar untuk segera berbicara dengan Alaric. Baru sehari mereka tidak bicara, tetapi rasanya sudah seperti satu tahun yang sangat panjang!     

Mereka tiba di basement Gedung Continental dan segera menuju ke lantai 100. Lauriel yang tidak mengira akan melihat mereka bertiga sebelum jam makan siang tampak keheranan. Apalagi melihat sikap Nicolae dan Terry yang canggung terhadap satu sama lain.     

"Kalian kenapa?" tanyanya.     

"Ugh..." Terry mengangkat bahu, "Dia ternyata Wolf... Dunia ini kecil sekali."     

"Aku tidak tahu kau adalah Billie Jean..." cetus Nicolae dengan wajah sama cemberutnya.     

Aleksis menggeleng, "Uhm.. itu karena kau tidak tahu orang tuanya Terry. Aku sih tidak heran dia pakai nama itu di dunia maya."     

"Tadinya kupikir dia itu gadis keren penggemar Michael Jackson," kata Nicolae sambil mendengus.     

Aleksis dan Lauriel hanya tertawa melihat keduanya. Mereka lalu mengangkat bahu meninggalkan Terry dan Nicolae menuju ke dapur membuat minuman.     

Nicolae menatap kepergian ayah dan gadis yang disukainya itu dengan pandangan iri. Ia masih tak terbiasa melihat kedekatan mereka. Walaupun ia adalah anak kandung Lauriel, ia baru bertemu ayahnya itu setelah hampir 100 tahun.     

Selama ini Aleksislah yang menempati tahta hati ayahnya sebagai anak kesayangan, walaupun gadis itu bukan anaknya. Melihat betapa keduanya bersikap sangat hangat dan seperti memiliki dunia mereka sendiri, ia merasa sedikit iri.     

Terry yang melihat pandangan Nicolae akhirnya merasa simpati, tanpa sadar ia menepuk bahu pemuda itu, "Psshh.. jangan iri, mereka memang begitu. Hubungan Aleksis dengan Lauriel itu memang dekat sekali, bahkan ayah kandungnya saja kadang-kadang cemburu karena ia tidak pernah bisa sedekat itu kepada Aleksis."     

Nicolae menatap Terry keheranan, karena pemuda itu seperti bisa membaca isi hatinya, "Kau melihat itu juga?"     

"Kau tidak boleh iri. Aleksislah alasan mengapa kau bisa bertemu ayahmu sekarang. 20 tahun lalu Lauriel sudah tidak memiliki tujuan hidup. Ia sudah memutuskan mengambil kematian." Terry tersenyum melihat ekspresi kaget Nicolae, "Hidup selamanya tanpa keluarga dan orang yang dicintai itu sangat berat. Lauriel sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang panjang dan menyusul Putri Luna, ibumu, dan kau yang dikiranya meninggal saat masih di kandungan. Ketika ia tiba-tiba bertemu Aleksis, ia menemukan tujuan hidup yang baru, dan ia menyayangi Aleksis sebagai pengganti anaknya yang tak pernah ia lihat... Jadi kau pikir saja... Seandainya tak ada Aleksis dalam hidup ayahmu, saat kami menemukan dirimu, Lauriel pasti sudah lama mati."     

Nicolae tertegun mendengar penjelasan Terry.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.