The Alchemists: Cinta Abadi

Rose Masih Punya Banyak Pertanyaan



Rose Masih Punya Banyak Pertanyaan

2Sungguh semuanya berubah hanya dalam waktu beberapa jam saja! Rasanya begitu sulit dipercaya.     

Pagi ini saat sarapan, Rose sangat kesal karena artikel itu. Ia sangat stres, ia mengira Rune akan dipermalukan juga saat seluruh Medion menyaksikan Rose diejek di depan umum karena berbohong soal identitas kekasihnya.     

Sarah Miller, gadis itu, akan menertawakan Rose setelah menyebabkan kejadian yang memalukan itu.     

Namun, sekarang situasinya justru berubah 180 derajat. Artikel itu ternyata benar. Jadi, sekarang Rose tidak perlu melakukan apa pun untuk membantah artikel tersebut.     

Ia BENAR-BENAR berkencan dengan Rune Schneider dari Grup Schneider!     

Ha!     

Rose tidak sabar untuk melihat bagaimana ekspresi Sarah ketika ia tahu tentang ini.     

"Bagus sekali, sekarang aku lega," kata Rose. Ia menghela napas panjang. "Aku sangat kesal pagi ini. Sekarang, setelah mengetahui kebenarannya aku merasa lebih baik."     

"Aku senang mendengarnya," kata Rune. Ia menyentuh lengan Rose dengan lembut. "Sebenarnya aku tidak ingin membocorkan rahasiaku secepat ini... tapi aku tidak punya pilihan. Sarah berusaha mempermalukanmu."     

"Yah... terima kasih banyak," kata Rose.     

"Hmmm… sekarang karena kau sudah berjumpa dengan saudaraku, apakah kau benar-benar percaya kepadaku?" Rune kembali bertanya kepadanya.     

Rose menatap pria itu lekat-lekat dan menggigit bibirnya. "Ya... tapi, aku masih punya banyak pertanyaan lainnya."     

"Apa itu?" balas Rune. "Aku akan menjawab semuanya."     

Rose menggigit bibirnya dan hatinya tampak lebih resah. Ia ingin mengajukan begitu banyak pertanyaan, tetapi setelah ia mengetahui bahwa pria yang bersamanya kini sebenarnya kaya... jauh, jauh lebih kaya daripada keluarganya, ia merasa sedikit terintimidasi.     

Sekarang, ia menyadari bahwa Rose bukan lagi si gadis kaya dan Rune si laki-laki miskin. Ternyata, sebenarnya selama ini bukan dirinya yang harus merendahkan diri dan memberi muka kepada Rune setiap kali mereka makan di luar dan Rose yang menawarkan untuk membayari makan malam mereka, ataupun memberikan barang-barang apa saja yang dibutuhkan oleh Rune.     

Pria itu sangat mampu membayar itu semua dengan kekayaan yang dimilikinya.     

Sebenarnya justru sebaliknya. Rune lah yang memberikan kesempatan kepada Rose untuk TAMPIL lebih unggul darinya dengan berpura-pura menjadi miskin dan membiarkan Rose yang membayari semuanya.     

"Iya?" Rune menatap Rose dan mengulangi kata-katanya. "Jika kau memiliki pertanyaan lainnya, tanyakan saja. Aku akan menjawabnya."     

"Uhm... oke," Rose akhirnya menghela napas dan duduk di sebelah Rune. "Aku benar-benar ingin tahu mengapa kau melakukan semua ini."     

Rune tahu apa yang dimaksud Rose, tapi ia tetap memintanya untuk menegaskan pertanyaannya. "Melakukan ini... maksudnya?     

"Berpura-pura menjadi orang miskin dan mengikutiku serta menahan semua hinaan yang diberikan kepadamu," kata Rose. Ia sekarang merasa bersalah karena telah memberikan beban yang begitu besar kepada Rune selama ini.     

Astaga... apa yang dipikirkan saudaranya tentang dirinya sekarang? Ia bersikap sangat manis sebelumnya. Apakah Aleksis juga tahu bahwa Rune menyamar sebagai orang miskin agar bisa bersama Rose?     

"Sudah kubilang aku berpura-pura miskin agar tidak dikejar-kejar wanita mata duitan," jelas Rune. "Bukankah kau juga melakukan hal yang sama?"     

"Ya, tapi kau sebenarnya bisa berhenti berpura-pura saat tahu bahwa aku bukan artis miskin. Aku sudah memberi tahumu siapa diriku ketika kita bertemu dengan teman-temanku untuk makan malam," lanjut Rose. "Sekarang, aku merasa sangat tidak enak karena telah memanfaatkanmu."     

"Aku yang memutuskan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya. Dan jujur saja, aku tidak merasa keberatan sama sekali. Tanpa kekayaan keluargaku, aku hanyalah ilmuwan miskin yang selama ini kau kenal. Tidak ada yang berbeda denganku," jawab Rune.     

Ia menambahkan, "Hanya karena kini kau mengetahui identitas diriku, aku tidak akan tiba-tiba menjadi lebih pandai atau bodoh… atau kepribadianku berubah atau semacamnya. Aku tidak perlu berlatih di kelas akting agar menjadi diriku yang sekarang ini saat bersamamu… haha. Jadi, sebenarnya tidak sulit melakukan ini semua."     

"Hmm... itu benar, tapi..." Rose merasa sulit untuk menjelaskan kepada Rune apa yang membuatnya merasa tidak enak tentang semuanya.      

Ia sebenarnya malu. Ia tiba-tiba merasa malu karena teman-teman dan orang tuanya sudah mengira Rune berasal dari latar belakang yang sederhana dan memperlakukannya secara tidak pantas.     

Bukan berarti mereka memperlakukannya dengan buruk, hanya saja perlakuan mereka tidak bisa dibilang baik juga.     

Contohnya George sempat menawari  Rune Schenider pekerjaan di bisnis keluarganya. Dan Duchess Fournier hampir menuduh Rune mengencani Rose karena laki-laki itu mengincar uang Rose.     

Rose bisa membayangkan betapa malunya mereka semua jika mengetahui kebenarannya… bahwa pria yang mereka anggap sebagai freelancer yang miskin sebenarnya adalah putra bungsu dari salah satu keluarga terkaya di dunia.     

Bahkan bisa dibilang Rune memiliki kekayaan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kekayaan mereka semua.     

Astaga....! Mengingat hal itu, Rose ingin mengubur kepalanya di pasir dalam-dalam.     

Rune tidak bisa membaca pikiran, jadi ia tidak tahu mengapa Rose tampak sedikit bingung.     

Ia sebenarnya pernah mencoba membuat alat untuk membaca pikiran.     

Rune terkadang membahas bersama pamannya, Aldebar, tentang betapa menakjubkannya jika mereka dapat menciptakan mesin seperti itu.     

Pasti akan ada sangat banyak laki-laki kaya yang mau membayarnya: mesin yang dapat membaca pikiran dan isi hati perempuan.     

Mereka tahu mesin semacam itu akan menjadi penemuan mutakhir di era milenium. Sekarang, Rune ingin sekali memiliki mesin seperti itu agar dapat mengetahui isi kepala Rose yang cantik.     

"Tapi...?" Rune menyilangkan tangan di dada dan tersenyum main-main untuk meringankan suasana. "Tidak ada tapi. Aku suka melakukannya dan selama ini aku tidak merasa keberatan sama sekali."     

"Benarkah?" Rose memandang pria itu dengan ekspresi khawatir seolah-olah ia takut akan menyinggung perasaannya. Perubahan perilaku Rose justru mengganggu Rune.     

Ia benar-benar tidak ingin Rose berubah dan tiba-tiba memperlakukannya dengan lebih  hormat atau sopan. Rune berharap gadis itu akan tetap menjadi dirinya sendiri.      

"Rose, dengarkan aku." Rune memutuskan untuk meraih tangan Rose dan memegangnya. "Tolong jangan berubah. Aku menyukaimu apa adanya. Kau percaya diri, penuh semangat, dan pintar. Aku tidak ingin kau berbasa-basi di sekitarku hanya karena kau mendengar bahwa keluargaku kaya. Aku masih tetap Rune yang sama, kekasih pura-puramu selama setahun ke depan. Kita tidak akan membatalkan perjanjian kita hanya karena masalah kecil ini, kan?"     

Rose menatap tangannya yang kini berada dalam genggaman Rune. Kemudian, ia mendongak dan melihat wajah pria itu dengan menyungging senyum yang lebar.     

Entah bagaimana jantungnya terasa berdebar-debar.     

Pria ini benar-benar pria yang sama yang dilihatnya pagi ini sebelum ia mengungkapkan rahasianya.     

Pria ini adalah pria yang sama yang selama ini berada di sisinya selama enam minggu di apartemen loft di New York sebelum mereka berangkat ke Medion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.