The Alchemists: Cinta Abadi

Tempat Favorit Rose di Dunia



Tempat Favorit Rose di Dunia

0"Apa yang sedang kau lakukan?" Rose bertanya ketika ia melihat Rune sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.     

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu," kata Rune sambil tersenyum. "Jangan khawatir, bukan hal serius kok."     

Pria itu lalu mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam sakunya. "Sekarang kau mau pergi ke mana? Rumah? Atau ada tempat lain yang ingin kau kunjungi?"     

Rose berpikir sejenak dan akhirnya menghela napas. "Bagaimana kalau kita pergi ke Reverand Hill? Lokasinya berada di luar kota, tapi tidak jauh dari sini. Tempatnya sangat sejuk dan tenang. Kau pasti menyukainya."     

"Baiklah, tunjukkan saja jalannya," kata Rune. Ia menyalakan mobil dan mengendarainya keluar dari tempat parkir. Rose mengetikkan lokasi tujuan pada layar GPS dan Rune segera mengemudi mengikuti instruksi GPS.     

Perjalanan yang mereka lakukan terasa sangat tenang. Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka. Rune tidak menanyakan apa pun kepada Rose karena ia tidak ingin Rose merasa kesal. Ia percaya Rose akan berbicara dengannya ketika ia sudah siap.     

Apa yang dikatakan Rose memang benar. Reverand Hill tidak jauh dari Bacilia.     

Lokasinya tepat di luar kota, mereka bisa melihat ladang pertanian dan tanaman hijau, mereka seperti mengemudi menuju ke bukit indah yang tampak seperti topi petani.     

"Bukit ini milik keluargaku," kata Rose. "Kami telah memilikinya selama berabad-abad. Kakek dan nenekku menghabiskan banyak uang untuk melestarikannya dan menjadikannya sebagai situs konservasi. Bukit ini adalah tempat favoritku di dunia."     

Rune ingat Rose pernah memberi tahunya bahwa gadis itu sering diajak oleh ayahnya untuk pergi berburu ketika ia masih kecil. Apa mereka berburu di tempat ini?     

Fournier benar-benar kaya. Rune bisa mengerti mengapa Leon merasa sangat terintimidasi oleh status dan kekayaan Rose.     

Memang satu-satunya cara agar ia menjadi sederajat dengan Rose adalah dengan menerima tawaran untuk menjadi putra Duke Fournier dan kemudian naik takhta menjadi putra mahkota.     

Dalam hati, Rune merasa kasihan kepada Rose. Tempat favoritnya di dunia adalah Reverand Hill, tetapi ia tidak bisa berada di sana meski hatinya sangat menginkannya, karena ia ingin menjauh dari Leon.     

***     

"Kau bisa parkir di sini," Rose mengarahkan Rune untuk mengemudikan mobil ke lapangan terbuka dan parkir di sana. Rune mengikuti instruksinya dan Bentley itu segera diparkir dengan rapi di bawah pohon yang rindang, menghadap ke lembah hijau yang luas.     

Melihat pemandangan di hadapannya, Rune hampir tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya. Tepat di luar ibu kota, terdapat sebuah ruang hijau yang luas dan subur? Medion benar-benar negara yang unik, pikirnya.     

Rune memang menyukai Bacilia karena pesona sejarahnya dan bukti hijau yang menghampar di hadapan mereka yang merupakan milik keluarga Rose membuatnya semakin betah di kota ini.     

Saat mereka sampai sudah pukul dua siang dan tidak ada orang di sekitar mereka. Angin bertiup pelan dan segalanya terasa begitu damai     

Rune bisa dengan jelas melihat mengapa Rose mengatakan tempat ini adalah tempat favoritnya di dunia. Pria itu bisa membayangkan bagaimana Rose menghabiskan begitu banyak waktu di sini ketika ia masih muda.     

"Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan ke sana," Rose meraih tangan Rune dan mengajak pria itu berjalan kaki melintasi lapangan hijau di kaki bukit.      

Rune terkesan melihat sebagian besar lapangan masih tertutup rerumputan hijau.     

Di banyak tempat lain, daun dan rumput sudah kekuningan dan layu seolah bersiap menyambut musim dingin. Tapi di sini, semuanya masih tampak seperti akhir musim panas. Rune menghentikan langkahnya sejenak dan mengagumi hamparan bunga lavender di ladang di sebelah kiri mereka.     

"Bunga lavender masih bisa tumbuh di penghujung musim semi seperti ini?" Ia bertanya dengan kagum. "Kakakku sangat suka bunga ini."     

"Ya... benar. Cuaca di sini bagus. Biasanya musim gugur terasa seperti musim panas yang panjang. Hanya belakangan ini suhunya jadi lebih dingin," jelas Rose.     

"Luar biasa sekali," jawab Rune. Ia menunjuk bunga lavender di tanah. "Aku ingin mengambil beberapa foto untuk kakakku. Apa kau sudah pernah melihat ladang lavender di Provence, Prancis? Tempat ini mengingatkanku pada ladang itu."     

"Ya, aku pernah ke sana. Indah sekali," Rose mengangkat bahu.     

"Aku ingin memberi tahu kakakku bahwa Medion memiliki tempat yang mirip seperti di Provence. Mungkin ia akan tertarik untuk berkunjung," kata Rune sambil menyeringai.     

"Tentu," Rose tersenyum. Ia tidak lagi terlihat kesal.     

Entah bagaimana, Rune berhasil mengalihkan perhatiannya dari perasaan kesalnya dengan berbicara tentang lavender dan Provence serta kecintaan saudara perempuannya pada bunga lavender.     

"Salah satu keponakanku yang belum pernah kau jumpai adalah seorang sinestetik. Ia mengatakan suara ayahnya terlihat seperti lavender. Saat itulah semua orang menganggap kakak perempuanku dan suaminya merupakan pasangan paling serasi di dunia… hahahah…" Rune berkata sambil mengeluarkan ponselnya dan bersiap mengambil beberapa foto untuk Aleksis.     

"Sinestetik? Apa itu?" Rose mengerutkan alisnya. Ia belum pernah mendengar kata itu sebelumnya.     

Rune harus menjelaskan bahwa sinestetik adalah orang yang mengalami synesthesia - mereka dapat melihat suara, merasakan kata-kata, atau merasakan sensasi di kulit mereka saat mencium aroma tertentu.     

"Oh... menarik sekali!" Rose berseru. "Bagaimana denganmu? Seperti apa suaramu?"     

"Uhm... suaraku membosankan," kata Rune. "Keponakanku mengatakan suaraku tampak seperti anggur."     

"Oh... sekarang aku penasaran ingin tahu bagaimana pendapatnya tentang suaraku," Rose tertawa kecil. "Yang kau bahas itu adalah orang yang merupakan kekasih JM, kan?"     

"Ya, betul."     

"Lewat sini," Rose menunjuk ke satu pohon ek tidak jauh dari mereka. "Itu tempat favoritku untuk duduk-duduk santai dan tidak melakukan apa pun."     

Di salah satu cabang bagian bawah terdapat sebuah ayunan sederhana terbuat dari balok kayu dan tali besar. Rose berlari menuju ayunan itu begitu mereka sudah dekat. Ia segera duduk di ayunan dan tersenyum lebar.     

"Kakekku membuatkan ini untukku dua puluh tahun yang lalu. Ini tempat favoritku di seluruh dunia," celotehnya.     

Rune tersenyum tipis. Ia hanya bisa membayangkan berapa banyak hari yang telah dihabiskan Rose di ayunan ini saat ia mengencani Leon di masa lalu.     

Rune tahu Rose dan Leon tumbuh bersama. Karena itu, Rune langsung beranggapan jika kebanyakan waktu Rose dihabiskan bersama Leon di tempat terfavoritnya di dunia ini, yakni di ayunan itu.     

Rune pun harus menahan kecemburuannya dan fokus hanya kepada Rose. Saat ini, perasaannya tidak penting. Ia hanya ingin membuat Rose merasa lebih baik.     

"Aku bisa mengerti kenapa kau sangat menyukai tempat ini. Tempatnya memang indah," komentar Rune.     

Ia melirik ke sekeliling mereka. Hanya ada mereka berdua di ruang hijau yang luas dengan satu pohon ek dan banyak kelinci di sana-sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.