The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Siang Yang Menyenangkan



Makan Siang Yang Menyenangkan

"Oh, jadi kau ini adalah pembuat film, ya?" tanya Rose dengan penuh perhatian.     

Ia merasa Rune memiliki jejaring yang sangat menarik. Rose telah bertemu Nicolae dan Marie, lalu ia juga tahu bahwa kakak perempuan Rune menikah dengan seorang laki-laki berpengaruh yang kemungkinan memiliki koneksi dengan mafia.     

Dan kini, Rune bahkan kenal dengan JM dan kakak angkatnya yang seorang pembuat film? Wahh...     

"Oh, itu benar. Aku seorang pembuat film yang bercita-cita tinggi," jawab Terry bangga. "Aku sedang belajar di sekolah film sekarang. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa menjadi sutradara terkenal."     

"Oh, keren sekali," Rose tersenyum manis. "Aku juga bercita-cita menjadi seorang pelukis. Aku berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi pelukis terkenal."     

Terry terkesan saat mendengar bahwa Rose adalah seorang pelukis. Tadinya ia mengira Rose adalah seorang model atau semacamnya.     

Wahh, ternyata, gadis ini tidak hanya sangat cantik, tetapi dia juga memiliki bakat seni. Luar biasa!     

"Apakah kau punya contoh lukisanmu?" Terry bertanya dengan penuh minat.     

"Oh, ada... tapi mereka ada di ponselku. Aku akan menunjukkannya kepadamu nanti setelah kita makan siang," jawab Rose.     

Menggunakan gadget saat sedang makan adalah perbuatan yang dianggap tidak sopan, sehingga Rose memasukkan kembali ponselnya ke sakunya. Ia akan meminta foto bersama dengan JM setelah makan siang.     

"Ah, tentu saja." Terry mengangguk. "Aku ingin sekali melihat karya-karya lukisanmu."     

"Jadi, apakah JM ini benar-benar adikmu?" Rose sangat tertarik untuk lebih mengenal Rune karena sepertinya pria itu mengenal banyak orang. "Dan bagaimana kau bisa kenal Rune?"     

Terry melirik Rune dan bertanya dengan matanya, apa yang harus dia jawab pada Rose.     

Terry tidak tahu cerita seperti apa yang diberikan Rune Schneider kepada gadis itu. Ia tidak ingin membuat Rose curiga jika dia mengatakan hal yang salah.     

Selalu sulit menjelaskan hubungan di antara mereka kepada orang luar. Terry sebenarnya adalah kakak laki-laki Rune dari ibu yang sama. Namun, pada saat yang sama, Terry juga kakak JM dari ayah yang sama.     

Dan JM adalah calon istri dari keponakan Rune, Altair.     

Cukup rumit sebenarnya.     

"Ahem ... Terry adalah temanku." Akhirnya, Rune memilih kata paling ambigu yang paling aman untuk menggambarkan hubungannya dengan Terry kepada Rose. "Kami sangat dekat dan dia seperti keluarga."     

"Ahh .. begitu," Rose tampak terkesan. Dia menyukai orang-orang yang diperkenalkan Rune padanya sejauh ini. Semuanya menarik. Sekarang, Rose benar-benar ingin bertemu keluarganya.     

"Apakah kau berasal dari sekitar sini?" Terry meminta Rose sebagai balasan. "Atau, apakah kau dari Prancis?"     

Ia memperhatikan ada sedikit aksen Prancis ketika Rose berbicara dalam bahasa Inggris dan pria itu segera ingat bahwa Prancis adalah salah satu bahasa resmi di Medion.     

"Oh, sebenarnya aku dari sekitar sini. Ini pertama kalinya aku meminta Rune datang dan mengunjungi negaraku," jelas Rose. "Berapa lama kalian berencana untuk berada di sini? Aku bisa mengajak kalian berjalan-jalan dan membantumu menemukan stok video yang bagus untuk filmmu."     

"Oh .. kau tidak keberatan? Wah! Seru sekali!" Terry jelas sangat bersemangat. Ia senang berkeliling Bacilia dengan orang lokal untuk mendapatkan pengalaman terbaik. "Uhm ... kalau kau tidak sibuk, aku akan senang sekali."     

Rose tertawa terbahak-bahak dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak sibuk. Sebenarnya, Aku sangat perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatianku."     

"Mengalihkan perhatian? Dari apa?" Kali ini JM yang mengajukan pertanyaan.     

Sebagai seorang wanita, ia langsung dapat merasakan sedikit kepahitan dalam suara Rose meski gadis itu tadi tertawa. Ia menoleh ke arah Rose dan tersenyum manis, menunjukkan simpati.     

"Yah, macam-macam, gangguan dari ini dan itu," Rose tertawa kecil. Ia melirik Rune dan berdeham. "Ahem, aku hanya bercanda, kok. Sebenarnya aku ingin mengajak Rune berkeliling selama dia berkunjung ke kampung halamanku ini. Kupikir kalian bisa bergabung dengan kami sekali atau dua kali. Bagaimana menurutmu, Sayang?"     

Ia mengarahkan pertanyaannya kepada Rune. Wajah pria itu memerah ketika ia mendengar Rose memanggilnya dengan kata 'sayang'.     

Wajah pemuda itu tampak sangat berseri-seri dan ia mengangguk untuk mengkonfirmasi kata-kata Rose.     

"Ya, Sayang. Mereka bisa bergabung dengan kita SEKALI atau DUA KALI SAJA. Aku tidak keberatan." Rune sengaja menekankan kata-kata 'sekali atau dua kali', untuk memberi petunjuk kepada Terry bahwa dia akan menghargai jika kakak laki-lakinya menolak tawaran baik dari Rose.     

Terry tertawa dalam hati. Ia tahu apa yang diinginkan Rune dan tentu saja, dia tidak seburuk itu untuk mengganggu saudaranya saat Rune mencoba menghabiskan waktu sendiri dengan wanita yang ia cintai.     

"Terima kasih banyak atas kebaikan Anda, Nona Fournier. Akuk akan menerima tawaran itu setelah kami mengetahui jadwal syuting kami. Aku akan memberi tahu Rune," katanya. "Aku ingin setidaknya makan malam dengan kalian berdua dan mengobrol tentang sejarah kerajaan ini. Kau tahu ... untuk penelitian."     

"Pastinya," Rose setuju.     

Pelayan datang dengan makanan berikutnya dan mereka berempat melanjutkan makan siang sambil mengobrol. Rose masih tidak memberi tahu JM dan Terry siapa dia sebenarnya. Sehingga Terry berasumsi ia hanyalah gadis biasa dari Medion yang didekati Rune.     

Mereka lalu berbincang-bincanga tentang bagaimana Rune dan Rose bertemu. Sekali lagi, pasangan itu memberikan cerita yang mirip dengan apa yang mereka ceritakan kepada Duchess Fournier.     

Terry dan JM tahu bahwa kisah Rune dan Rose pasti tidak sesimpel itu. Namun, mereka hanya mendengarkan dan mengangguk sambil tersenyum.     

"Jadi .. itu cinta pada pandangan pertama untukmu, Paman?" Tanya JM sambil menyeringai. Ia menunjuk ke dada Rune dengan genit. "Aku sangat bahagia untukmu. AKHIRNYA ... Aku tahu kau ternyata punya hati jugaaaa…"     

"Jean-Marie ..." Rune memutar matanya saat mendengarnya. "Kau membuatnya seolah aku ini orang yang tidak punya hati."     

Rose terkekeh saat melihat olok-olok mereka. Diam-diam, ia senang mendengar dari JM bahwa Rune sepertinya tidak pernah mencintai gadis mana pun sebelumnya.     

Meskipun Rose masih berduka atas hubungannya yang gagal dengan Leon, setidaknya ia dapat yakin bahwa perasaan Rune tulus kepadanya. Pria itu selalu konsisten dengan perasaannya sejak hari pertama.      

Rune juga tahu apa yang terjadi antara Rose dan Leon, namun, ia tidak takut ataupun merasa terancam.     

Rune sangat dewasa dan percaya diri dengan dirinya sendiri dan ini memberi Rose rasa aman. Menghadapi cobaan berat ini, dengan Rune di sisinya, membuat Rose merasa aman dan lega.     

"Aku baru sadar, JM selalu memanggilmu 'Paman'. Adakah cerita lucu di baliknya?" Rose tiba-tiba bertanya. "Maksudku .. sudah jelas kau berteman dengan Pierre. Biasanya kakak dari temanku tidak akan memanggilku 'Bibi', mereka akan memanggilku dengan nama atau 'Kak'."     

"Oh itu." Rune mendelik sebal kepada JM karena gadis itu baru saja membuatnya bermasalah dengan memanggilnya paman di depan Rose.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.