The Alchemists: Cinta Abadi

Bertemu JM Dan Terry



Bertemu JM Dan Terry

1Di sebelah kiri mereka ada bangunan seperti kastil dengan beberapa menara dari batu dan pintu gerbang kayu tebal yang terlihat seperti benteng.     

"Itu hotel," kata Rose menerangkan. "Bangunan kastil itu milik keluarga Millicent dan sudah direnovasi menjadi bangunan hotel yang sangat mewah. Mereka masih mempertahankan desain kamar-kamar mewah para bangsawan di masa lalu, tetapi kini dilengkapi dengan kenyamanan fasilitas modern."     

Rune mengangguk-angguk mendengar penjelasan Rose. Gadis itu lalu menunjuk ke sebelah kanan mereka ada restoran yang terlihat seperti restoran di film-film zaman abad pertengahan.      

Para pelayannya bahkan mengenakan seragam tradisional seperti pelayan di masa itu. Banyak perusahaan film yang mengambil gambar di sini untuk film sejarah ataupun fantasi," kata Rose lagi. "Ini adalah daya tarik Kota Tua di Bacilia. Kami sering melihat aktor Hollywood besar berkeliaran di salah satu kafe atau restoran di sini setelah selesai syuting."     

"Oh, begitu ya?" Rune tampak semakin terkesan. Ia mendecak kagum saat melihat ke sekelilingnya,     

Kota Tua Bacilia memang sangat indah. Di sepanjang jalan mereka melihat turis berkeliaran, sama-sama mengagumi keindahan berbagai bangunan tua bersejarah di sekitar mereka.     

"Kita makan siang di restoran itu?" tanya Rose sambil menunjuk sebuah restoran cantik yang memiliki bangunan tua berwarna serba biru.     

Di depannya ada beberapa kursi dan meja yang dihiasi bunga cantik berwarna kuning dengan payung berwarna garis-garis biru.     

Suasana di sekitar Kota Tua ini memang indah sekali, sehingga banyak orang yang memilih makan di teras walaupun suhu di luar agak dingin.     

"Selamat siang, meja untuk berapa orang?" tanya seorang pelayan yang mengenakan seragam seperti pelayan dari abad pertengahan yang seksi.     

"Dua orang," kata Rose dengan ramah.     

"Baik. Anda mau duduk di luar atau di dalam?" tanya sang pelayan sekali lagi.     

Rose dan Rune bertukar pandang. Karena ini adalah saat pertama Rune ke Medion, Rose memutuskan untuk duduk di kursi di teras agar mereka dapat menyaksikan pemandangan sekitarnya yang sangat indah.     

"Di luar saja," kata Rose. Rune tersenyum mendengarnya. Ahh.. ia senang sekali. Sepertinya Rose memang sudah sangat mengenal kepribadiannya.     

"Baik. Silakan ikut saya," kata sang pelayan sambil memberi isyarat agar keduanya berjalan mengikutinya.     

Ia membawa mereka ke salah satu meja yang terletak di bagian paling ujung teras. Rune membukakan kursi untuk Rose lalu duduk di sampingnya. Mereka lalu menerima menu dari pelayan dan meneliti hidangan dan minuman yang mereka ingin pesan.     

Untuk makan siang kali ini, Rune memilih sup jamur, caesar salad dan steak, serta prosecco. Rose memilih sup jagung, Caprese salad, spagheti dan mojito. Sambil menunggu pesanan mereka tiba, keduanya menikmati pastry yang disajikan oleh pelayan sambil mengobrol.     

"Tempat ini mengingatkanku akan Kota Strasbourg," kata Rune. "Sama-sama memiliki banyak bangunan tua yang terjaga dengan baik."     

"Ah, aku pernah ke sana," komentar Rose. "Memang bagus sekali."     

Mereka lalu membahas tentang berbagai bangunan cantik yang ada di sekitar restoran itu. Rose banyak menjelaskan sejarah setiap bangunan dan kisah-kisah menarik yang ada di baliknya.     

"Ini minumannya, Tuan dan Nona," kata sang pelayan yang tiba dengan nampan berisi minuman mereka. Ia menaruh mojito dan prosecco di meja Rune dan Rose lalu mengundurkan diri.     

"Terima kasih," kata Rune. Ia mengambil gelasnya dan mendentingkannya ke gelas Rose. "Untuk liburan yang menyenangkan di Medion."     

Rose hanya tersenyum dan mengangguk, tidak mengatakan apa-apa. Namun demikian, ia membalas mendentingkan gelasnya ke gelas Rune. Mereka berdua menikmati minuman masing-masing sambil mengamati pemandangan di jalan yang berisi orang-orang lalu lalang.     

"Heii... sebentar, kau lihat pasangan itu?" tanya Rose tiba-tiba sambil menggamit lengan Rune. Dagunya diunjukkan ke arah Hotel Milicent di seberang jalan.     

"Pasangan mana?" tanya Rune. Ia menyipitkan mata dan mengamati arah yang dimaksud Rose.      

"Bukankah itu supermodel terkenal JM?" tanya Rose. Ia buru-buru mengambil ponselnya hendak mengambil foto secara diam-diam. "Sahabatku, George jatuh cinta kepada JM sejak lima tahun yang lalu... Dia pasti akan sangat senang kalau tahu aku melihat JM di sini."     

Rune mengerjap-kerjapkan matanya saat ia mengenali JM sebagai gadis yang baru keluar dari gerbang Hotel Milicent.     

Astaga... sedang apa gadis itu di sini?     

Dan.. kenapa Terry ikut bersamanya?     

Ia berusaha menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya agar tidak dilihat oleh Terry dan berharap Terry serta JM akan berjalan menjauh dari teras restoran tempat Rose sedang menunggu makan siangnya bersama Rune.     

'Duh.. jangan ke sini... jangan ke sini... jangan ke sini...' bisik Rune dalam hati berulang-ulang seolah mengucapkan mantra.     

"Ya ampuunn!! Mereka berjalan ke arah sini!!" seru Rose dengan antusias. Ia berdiri dari kursinya dan menepuk punggung Rune. "Aku mau meminta foto bersama demi George."     

Rune tertegun mendengar kata-kata Rose. Ia menatap gadis itu melangkah dengan antusias ke pintu restoran dan menunggu JM dan Terry berjalan mendekat.     

Pemuda itu keheranan melihat sikap Rose. Bukankah gadis itu dari kalangan atas dan sangat terhormat? Kenapa mau merendahkan diri dan meminta foto bersama selebriti? pikirnya keheranan.     

Akhirnya tanpa dapat ditahan lagi, kakinya telah ikut melangkah mengejar Rose.     

Walaupun ia sebenarnya tidak berharap bertemu siapa pun di Medion saat ia sedang pendekatan dengan Rose seperti ini, Rune merasa bersalah kalau ia membiarkan Rose mendatangi JM untuk meminta foto bersama dan ia tidak membantu.     

Ketika Rose mencapai gadis itu, ia bertanya kepada Rose dengan terheran-heran, "Apa kau tidak malu meminta berfoto bersama model?"     

Rose menggeleng. "Tentu saja tidak. Lagi pula, foto ini untuk temanku, bukan untukku. Kau kan tahu betapa George sangat baik kepadaku. Kalau aku bisa membuatnya senang sesekali, apa salahnya?"     

"Oh... begitu ya?" Rune mengangguk-angguk.     

"Walaupun kurasa George pasti akan patah hati kalau tahu JM ternyata sedang bersama kekasihnya," kata Rose melanjutkan.     

"Eh..? Kekasih?" tanya Rune keheranan. "Siapa?"     

"Itu, laki-laki yang sedang berjalan bersamanya," kata Rose sambil mengunjukkan dagunya ke arah JM dan Terry yang sedang berjalan santai ke arah restoran tempat mereka berada.     

Tangan Terry merangkul bahu adiknya dengan mesra dan keduanya tampak saling berbincang dengan wajah tersenyum.     

Rune mengerjap-kerjapkan matanya dan menatap Rose serta Terry bergantian. Ia lalu tertawa geli. "Ahahaha... itu bukan kekasihnya."     

"Oh, ya? Tapi kalau bukan kekasih, kenapa sikap mereka mesra sekali?" tanya Rose keheranan.     

Rune menggeleng-geleng. "Itu bukan kemesraan pasangan kekasih. Apa kau tidak pernah melihat kakak beradik berjalan bersama-sama?"     

"Kakak beradik?" Kali ini Rose tampak semakin bingung. Ia menatap Rune dengan pandangan seolah laki-laki itu barusan sedang mengucapkan suatu hal yang tidak  masuk akal. "Yang satu Asia dan yang satu berkulit putih... bagaimana bisa mereka itu kakak beradik? Apakah maksudmu mereka saudara angkat?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.