The Alchemists: Cinta Abadi

Jalan-Jalan Ke Kota Tua



Jalan-Jalan Ke Kota Tua

1"Kau sepertinya tahu banyak hal tentang tanaman," puji sang Duchess. Rune tersenyum lebar mendengarnya.     

"Kebetulan aku sering menemani peneliti yang mempelajari berbagai tanaman," katanya dengan rendah hati.     

Percakapan lalu beralih pada topik tentang berbagai tanaman unik dan khas dari semua bagian dunia. Duchess Fournier menjadi semakin terkesan karena kini Rune membahas tentang berbagai tanaman menarik yang pernah ia temukan atau teliti.     

Mereka lalu membahas tanaman-tanaman khas Medion dan membandingkannya dengan berbagai tanaman lain yang mirip dari negara di sekitarnya.     

Rose kemudian merasa percakapan sambil minum teh ini berubah seperti kuliah untuk tentang tanaman.     

Untungnya, Rune memang memiliki sangat banyak pengetahuan tentang topik itu dan ia dapat menyampaikan informasinya tanpa terkesan menggurui sama sekali.     

Gadis itu mengerling ke arah Rune dan melemparkan senyum terima kasih kepadanya. Ia merasa lega karena mereka tidak lagi membahas tentang Leon dan calon istrinya.     

Setengah jam kemudian, Rose akhirnya menghentikan obrolan mereka dengan alasan ia ingin mengajak Rune untuk berjalan-jalan ke Kota Tua.     

Duchess Fournier yang sangat menikmati obrolannya dengan Rune tentang berbagai tanaman hias yang menarik terpaksa mengangguk.     

"Baiklah. Kalian bersenang-senang, ya. Nanti kita akan mengobrol bersama ayahmu setelah kami pulang dari istana. Ibu akan mencarikan alasan untuk ketidakhadiranmu," kata Duchess Fournier.     

"Terima kasih, Ma," kata Rose,  Wajahnya tampak lega. Ia lalu bangkit dari kursinya dan menghampiri ibunya lalu mencium pipi wanita itu. "Aku dan Rune pergi dulu."     

"Selamat bersenang-senang,"  kata Duchess Fournier.     

Rune juga berdiri dan ia membungkuk hormat kepada sang Duchess. "Terima kasih untuk teh dan obrolannya, Bu. Aku merasa sangat terhormat bisa mengobrol dengan Anda."     

"Ahaha.. tidak usah dibahas. Ayo, pergilah bersama Rose dan saksikan keindahan Bacilia." Duchess Fournier menepuk bahu Rune dan memberi tanda agar pria itu pergi mengikuti Rose. "Sampai jumpa nanti malam."     

"Sampai jumpa," kata Rune dengan penuh hormat.     

Rose menarik tangan Rune menjauh dari teras tempat ibunya duduk dan bergegas ke garasi mobil. Begitu ia merasa mereka sudah cukup jauh, ia berbisik ke telinga pria itu. "Terima kasih tadi kau sudah menyelamatkanku. Aku tidak ingin ibuku terus-terusan membahas tentang Leon."     

"Aku mengerti," kata Rune. "Aku tadi  memang sengaja membahas tentang tanaman hias."     

Rose menoleh ke arah pria itu dan melepaskan pegangan tangannya. Dua pasang mata mereka saling bertatapan.     

Sebelum Rune dapat menebak apa yang ingin dilakukan Rose, tiba-tiba saja gadis itu telah mencium pipinya.     

Untuk sesaat Rune tertegun. Tubuhnya seolah membeku dan kesadarannya seolah mengambang. Matanya berkejap-kejap ketika akhirnya ia menyadari bahwa barusan Rose mencium pipinya.     

"Kau ini lucu sekali," komentar Rose saat melihat sikap Rune yang tampak seolah tidak percaya bahwa barusan gadis itu menciumnya. Ia mengusap pipi pria itu dan tersenyum manis.     

Rune benar-benar merasa seolah kakinya melayang di udara. Ahh.. sungguh kekuatan cinta begini besar! Hanya sebuah ciuman di pipi dari Rose bisa membuatnya begitu bahagia.     

"Kau bisa menyetir?" tanya Rose, mengalihkan perhatian Rune dari ciuman di pipinya. Ia memencet sebuah tombol dan pintu garasi terbuka secara otomatis menunjukkan beberapa pilihan mobil mewah.     

Rune mengangguk.     

Rose mengambil kunci dari rak di dinding dan menyerahkannya kepada Rune. "Kita naik Bentley yang putih itu."     

Rune menangkap kunci dari Rose dan memencet tombol kunci. Sebuah mobil Bentley beratap terbuka tampak menyala lampu depannya selama satu detik, lalu diikuti bunyi beep.     

Ia berjalan menghampiri mobil itu dan membukakan pintunya untuk Rose. Setelah gadis itu masuk dan duduk manis di kursinya, Rune duduk di kursi pengemudi dan bersiap menyetir.     

Rose membuka layanan GPS di layar besar yang terletak di dasbor mobil dan memasang tujuan mereka sebagai gereja Bacilia di Kota Tua.     

"Di samping gereja itu ada tempat parkir. Kita bisa parkir di sana dan berjalan kaki menjelajahi Kota Tua," kata Rose menjelaskan.     

"Baik." Rune mengemudikan kendaraan mewah itu keluar dari garasi, melewati rumah utama, taman besar di depan rumah, lalu jalan menuju ke gerbang yang berjarak 2km.     

Begitu mereka tiba di ujung jalan masuk, pintu gerbang ke mansion keluarga Fournier terbuka secara otomatis dan mobil Bentley itu pun segera masuk ke jalan raya.     

Kota Tua yang dimaksud Rose terletak  di pusat kota Bacilia, tidak terlalu jauh dari kediaman keluarga Fournier. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit berkendara  santai, mereka telah di daerah tersebut.     

"Itu gerejanya," kata Rose saat melihat gereja yang ia maksud. Rune mengangguk dan segera mengarahkan kendaraannya ke tempat parkir di samping gereja.     

Ketika ia dan Rose keluar dari mobil, Rune mendecak kagum karena gereja yang ada di sampingnya itu sangat megah dan besar.     

Bangunan gereja ini tampak berumur sudah ratusan tahun, karena desainnya mengingatkan Rune pada gereja-gereja di Jerman yang dibangun pada abad ke-15. Warnanya serba putih dengan dekorasi emas di sana sini.     

Sekilas, orang akan teringat pada istana ratu salju dari dongeng-dongeng. Gereja yang sangat besar dan megah ini memiliki enam menara yang kurus dan menjulang tinggi. Di setiap menara terdapat balkon dengan jendela dan patung-patung malaikat dari pualam.     

"Bangunan ini bagus sekali," komentar Rune. "Apa aku boleh melihat-lihat ke dalam sebentar?"     

Rose tersenyum getir dan mengangkat bahu. "Terserah. Kau bisa melihatnya sekarang atau nanti. Yang jelas kita akan ke sini lagi minggu depan karena upacara pernikahannya akan diadakan di gereja ini."     

"Oh..." Rune segera membatalkan niatnya.     

Ia langsung mengerti bahwa gereja ini akan menjadi tempat disahkannya pernikahan antara Pangeran Leon dan Putri Anne. Ahh... Rune akan menjadi  laki-laki yang tidak punya hati kalau ia memilih untuk melihat-lihat ke dalam gereja itu.     

"Ayo kita jalan-jalan menelusuri Kota Tua seperti katamu tadi," kata pria itu sambil tersenyum, mengalihkan pembicaraan. Rose mendesah lega.     

Ia tahu bahwa Rune sangat memperhatikan perasaannya dan sengaja membatalkan keinginannya untuk melihat-lihat ke bangunan gereja megah yang indah itu demi Rose.     

Rose lalu menarik tangan Rune dan mengaitkan jari-jari mereka lalu berjalan berpegangan  tangan keluar dari area gereja. Rune hanya tersenyum simpul saat melihat tangannya digenggam erat oleh Rose.     

Ia tahu bahwa hari ini ia berhasil mendapatkan beberapa poin plus di hati Rose Fournier.     

Begitu mereka keluar dari area gereja, Rune melihat kawasan daerah yang dipenuhi begitu banya bangunan tua di segala  penjuru. Tidak ada mobil yang bisa lewat, karena kawasan itu memang ditutup untuk kendaraan.     

Itu sebabnya Rose tadi  memintanya parkir di samping gereja. Kawasan kota tua di Bacilia ini mengingatkannya pada beberapa kota tua di Prancis seperti Colmar dan Strasburg.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.