The Alchemists: Cinta Abadi

Undangan Ke Istana



Undangan Ke Istana

0Ia menatap Rune dengan pandangan penuh selidik, berusaha memastikan kebenaran kata-kata Rose.     

Benarkah lelaki ini tidak menyukai uang? Ini bisa bagus dan juga bisa buruk, pikirnya. Laki-laki yang terlalu ambisius hingga menghalalkan segala cara sama buruknya dengan laki-laki yang tidak memiliki ambisi dan tidak mau berusaha untuk maju dalam hidup.     

"Apakah itu benar?" Duchess Fournier bertanya, kali ini pertanyaannya ditujukan kepada Rune.     

Sebelum pemuda itu dapat menjawab, Rose telah menyentuh tangan ibunya dan menggeleng. "Mama jangan menginterogasi Rune seperti itu, dong. Nanti dia merasa tidak nyaman. Dia kan baru tiba di sini. Nanti kalau ia merasa resah dan ingin kabur, Mama harus bertanggung jawab mencarikanku pasangan ke pernikahan Leon."     

Kalimat terakhir Rose itu seolah menyadarkan Duchess Fournier bahwa Rose memang harus dapat datang ke pernikahan mantan kekasihnya... yang di muka publik berstatus sebagai kakaknya.     

Ahh... hal ini membuat Duchess Fournier seketika menjadi sedih. Ia sangat menyukai Leon karena ia melihat anak itu tumbuh bersama Rose sejak kecil.     

Ia memang tidak ingin Rose dan Leon menjalin hubungan karena perbedaan status mereka. Namun, setelah suaminya membuka rahasia siapa Leon sebenarnya, Duchess Fournier pun menyesal dan berharap ia memberikan restu saat Rose dan Leon masih bersama.     

Kini, Leon akan menjadi raja dan ia akan menikahi gadis lain. Bukan saja kesempatan bagi keluarga Fournier sudah hilang untuk menjadi penguasa, tetapi Duchess Fournier juga harus menerima keputusan suaminya untuk mencoreng nama keluarga mereka dengan mengaku sebagai ayah Leon.     

Hal ini membuat Duchess Fournier malu di depan teman-temannya sesama kaum bangsawan. Hanya sangat sedikit orang di kalangan istana yang mengetahui rahasia sebenarnya, bahwa Leon adalah anak Raja Henry Camille, bukan Duke Fournier.     

Namun sang Duchess tidak memiliki pilihan selain mengikuti kemauan suaminya. Duke Fournier telah bersumpah untuk membantu raja dan menjaga nama baiknya dengan mengorbankan reputasinya sendiri.     

Selain nama keluarga Fournier yang tercoreng, Duchess Fournier juga harus menyaksikan anak perempuannya satu-satunya mengalami patah hati dan kesedihan mendalam akibat keputusan Leon untuk menerima diakui sebagai anak keluarga Fournier dan menikah dengan Putri Anne dari Moravia.     

Entah Leon bisa mencintai calon istrinya atau tidak, Duchess Fournier tidak tahu. Yang jelas laki-laki itu akhirnya memilih takhta dan gadis lain, alih-alih cintanya kepada Rose.     

Menurut dugaan Duchess Fournier, keputusan itu diambil Leon karena ia merasa selama bertahun-tahun hidup sebagai anak haram seorang pelayan membuatnya dianggap tidak cukup baik bagi Rose.     

Ini adalah kesalahan Duchess Fournier sendiri. Ia yang membuat Leon merasa bahwa untuk dapat diakui sebagai laki-laki yang pantas untuk Rose, Leon harus menjadi bangsawan dan memiliki kekayaan.     

"Mama... sewaktu aku bertemu Rune, dia tidak  tahu siapa aku sebenarnya. Dia pikir aku ini seorang gadis yang bercita-cita menjadi pelukis. Dia baru tahu aku adalah seorang putri bangsawan dan keluarga kita kaya seminggu yang lalu." Rose menambahkan. "Jadi Mama bisa percaya kepadaku."     

"Oh...." Barulah Duchess Fournier mengangguk-angguk. Tentu saja ia  percaya kepada anak perempuannya.     

Rose memang sering menyembunyikan identitasnya kepada orang baru. Saat ia dikirim untuk bersekolah ke Scotlandia, ia juga tidak memberi tahu teman-teman sekolahnya siapa ia sebenarnya.     

Barulah ketika mereka datang ke Medion untuk berlibur sekaligus mengunjungi Rose, mereka mengetahui bahwa keluarga Rose sangat kaya dan terhormat, bahkan memiliki hubungan sangat erat dengan keluarga raja.     

"Baiklah.. maaf, kalau tadi ibu banyak bertanya. Ibu hanya ingin memastikan bahwa Rune adalah laki-laki yang baik," kata Duchess Fournier akhirnya.     

"Ahh.. Mama tenang saja. Rune ini adalah lelaki terhormat. Ia juga memiliki kepribadian yang baik dan sangat pandai. Semua yang aku cari dari seorang laki-laki ada di dalam dirinya. Jadi... Mama jangan kuatir, ya?" kata Rose sekali lagi.     

"Baiklah.. Maafkan Mama," kata Duchess Fournier akhirnya. "Mama hanya ingin mengenal Rune. Itu saja."     

"Nanti kita bisa mengobrol lagi," kata Rose. "Sekarang aku ingin mengajak Rune jalan-jalan ke kota tua. Nanti malam kita bisa makan malam bersama ayah juga. Aku akan memperkenalkan Rune secara resmi kepada seisi keluarga."     

"Uhm... Mama lupa bilang, tapi nanti malam kita semua diundang ke istana untuk bertemu Putri Anne dari Moravia. Dia sudah tiba kemarin dan hari ini Raja Camille akan memperkenalkannya secara resmi," kata Duchess Fournier kemudian. Ekspresinya berubah dan ia menatap Rose dangan pandangan penuh simpati.     

"Apakah aku harus datang? Kurasa aku hanya perlu datang ke resepsi pernikahan, kan?" tanya Rose dengan suara tercekat.      

Ia baru tiba di rumah dan masih  ingin menenangkan diri. Tetapi malam ini ia harus segera masuk ke medan perang dan menghadapi musuh. Ahh.. rasanya berat sekali.     

Rose merasa belum siap menghadapi Leon dan... bertemu calon istrinya.     

"Kau adalah bagian dari keluarga mempelai pria, tentu saja kau harus datang..." kata Duchess Fournier dengan penuh simpati. "Maafkan Mama, Nak. Tetapi kalau kau tidak datang, wartawan akan bergosip."     

"Mama bisa bilang kepada mereka kalau aku sakit," kata Rose dengan nada putus asa. "Aku bisa datang ke pernikahan dan bertemu mereka.. tapi tidak sekarang."     

"Uhm... baiklah.. Mama akan lakukan," kata Duchess Fournier akhirnya. Ia lalu berusaha mengalihkan pembicaraan dan meminta Rune kembali menuangkan teh untuk mereka. "Rune, bisa tolong tuangkan teh lagi?"     

"Ah, baik, Bu," kata Rune sambil tersenyum.     

Ia menyadari perubahan suasana di sekelilingnya yang menjadi canggung. Ia dapat mengerti apa yang dirasakan oleh Rose.     

Walaupun Rune sendiri belum pernah jatuh cinta dan tidak pernah patah hati serta mengalami melihat orang yang ia cintai menikah dengan orang lain, tetapi ia dapat membayangkan jika seandainya Rose memilih menikah dengan Leon dan meninggalkannya begitu saja... Rune pasti akan sangat kecewa dan terpuku.     

Karena itulah, ia dapat bersimpati kepada Rose dan berusaha membuat bebannya seringan mungkin. Rune bertekad untuk tidak akan membuat Rose merasa tidak nyaman atau kuatir.     

Ia menuangkan teh ke cangkir mereka bertiga. Untuk mengalihkan pembicaraan dari topik yang membuat Rose sedih, Rune sengaja membahas tentang berbagai tanaman yang ada di pot dalam teras.     

"Aku pernah melihat tanaman yang mirip seperti ini," katanya sambil menunjuk pot berisi tanaman besar berdaun kecil-kecil dan bunga berwarna putih.     

Ia menambahkan, "Tetapi bunganya berwarna ungu dan sangat beracun. Orang yang tidak tahu akan menganggapnya sebagai tanaman hias yang cantik. Padahal, menyentuh bunganya saja sudah cukup membuat orang pusing-pusing dan kemudian pingsan."     

"Oh, benarkah?" tanya Duchess Fournier dengan penuh minat. "Apa namanya?"     

"Namanya tanaman Citadela," kata Rune. "Tanaman itu hanya tumbuh di daerah Balkan."     

Duchess Fournier sekarang terlihat terkesan oleh pengetahuan Rune. Ia mengakui bahwa anak perempuannya benar. Laki-laki ini memang sangat pandai dan mengetahui banyak hal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.