The Alchemists: Cinta Abadi

Rumah Keluarga Fournier



Rumah Keluarga Fournier

0Medion adalah sebuah negara kecil di bagian selatan benua Eropa yang memiliki garis pantai yang cukup panjang dan berbagai pulau yang menjadi daya tarik utama industri pariwisata mereka.     

Pariwisata dan perbankan adalah sumber utama pemasukan negara tersebut. Akhir-akhir ini, Medion juga membuka diri untuk menjadi lokasi baru bagi banyak perusahaan high-tech untuk beroperasi.     

Mereka mempermudah perizinan, memberikan keringanan pajak, dan berbagai insentif lainnya. Semuanya demi menarik minat banyak perusahaan teknologi tersebut. Mereka ingin menjadi Silicon Valley versi Eropa.     

Demikianlah dari apa  yang dijelaskan oleh Rose di sepanjang perjalanan kepada Rune.  Pria itu mendengarkan penuturan Rose dengan penuh perhatian.     

Ahh.. mungkin nanti ia bisa bertanya kepada ayahnya apakah bisnis keluarga mereka dapat membuka cabang di Medion.     

Selama ini mereka lebih memilih Moravia atau Monaco untuk mejadi tempat operasional beberapa anak perusahaan Schneider Group.     

Tetapi tentu tidak ada salahnya kalau mereka juga memiliki bisnis di negara ini sehingga Rune akan memiliki alasan untuk sering-sering menengok Rose ke negaranya kalau nanti gadis itu memilih pulang.     

Di sepanjang perjalanan menuju ke rumah keluarga Rose, Rune memperhatikan baik-baik pemandangan di sebelah kiri dan kanannya. Ia merasa sangat terkesan terhadap apa yang dilihatnya.     

Walaupun sekarang sudah zaman modern, tetapi ternyata Medion memiliki suatu keunikan. Di sepanjang jalan, Rune melihat ada sangat banyak bangunan tua dan bersejarah yang menghiasi seluruh penjuru kota Basilia.     

Bangunan-bangunan bersejarah itu terawat sangat baik dan tampak indah.     

Seandainya saja mereka tidak mengendarai mobil dan tidak melihat ada begitu banyak mobil-mobil lain yang beredar di jalan raya, Rune akan merasa bahwa mereka sedang masuk ke dunia masa lalu.     

"Aku tidak tahu bahwa Kerajaan Medion sangat indah," kata Rune.     

Rose tersenyum mendengarnya. Ia tampak senang karena Rune mengagumi kampung halamannya.     

"Terima kasih. Sejak dulu, keluarga kerajaan sudah membuat kebijakan untuk memelihara peninggalan sejarah. Banyak bangunan di wilayah kota tua di pusat Basilia berumur hingga 600 atau bahkan 700 tahun," gadis itu menjelaskan.     

"Oh, ya? Tua sekali..." gumam Rune. Hal itu mengingatkannya akan kastil keluarganya di Stuttgart yang juga sudah berumur ratusan tahun. Kalau tidak salah, kastil mereka itu dibangun pada abad ke-16.      

Bangunan itu sudah direnovasi puluhan kali untuk mengikuti perubahan zaman dan dibuat senyaman mungkin bagi penghuninya. Namun demikian, keluarga Schneider tetap berusaha memelihara bentuk aslinya tetap seperti saat pertama kali dibuat, hampir 600 tahun yang lalu.     

Ia dapat membayangkan pemeliharaan dan renovasi ratusan atau bahkan ribuan bangunan tua di Medion pasti memakan biaya sangat banyak.     

"Siapa yang menanggung biaya pemeliharaan bangunan-bangunan tua itu?" tanya Rune dengan penuh minat.     

"Pemerintah memiliki yayaysan cagar budaya yang bertanggung jawab memastikan semua peninggalan bersejarah kami tetap terpelihara dengan baik. Kurasa yayasan ini menerima banyak sumbangan dari berbagai pihak yang peduli," kata Rose.     

"Ahh... begitu ya?" Rune mengangguk-angguk.     

"Dinasti yang memerintah sekarang sudah berkuasa selama 600 tahun terakhir. Jadi sejarah mereka di negeri ini sudah sangat panjang."      

"Kau membicarakan mereka seolah mereka bukan keluargamu..." kata Rune sambil tersenyum.     

Rose hanya mengangkat bahu. "Mungkin karena keluarga kami tidak terikat hubungan darah secara langsung. Nenekku dan nenek Leon bersaudara..."     

Gadis itu tiba-tiba terdiam. Ia tampak berusaha keras menahan perasaannya agar tidak tampak sedih. Rose lalu membuka jendela dan menarik tangan Rune, untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Lihat, di sana itu kota tua di pusat kota Basilia. Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke sana setelah kita menaruh barang-barang kita di rumahku."     

Rune mendecak kagum. "Kelihatannya bagus."     

"Memang bagus kok. Kau pasti akan suka," kata Rose.     

Setelah itu mereka tidak berkata apa-apa lagi. Semakin dekat mereka menuju ke rumah keluarga Fournier, tampak tubuh Rose semakin mengkerut sedih.     

Hal ini membuat hati Rune sangat sedih. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Rose merasa lebih baik.     

Untungnya perjalanan dari bandara menuju ke rumah Duke Fournier berlangsung sekitar 30 menit saja. Sehingga mereka tidak terlalu lama berdiam diri di mobil.     

"Sudah hampir sampai," komentar Pak Rolland sambil membetulkan kaca spionnya dan mengerling ke arah Rose. "Tuan dan Nyonya pasti senang sekali melihat Nona pulang lebih awal."     

Rose tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Pikirannya dipenuhi kenangannya bersama Leon begitu mobil berhenti di depan sebuah gerbang putih yang sangat besar.     

Secara otomatis, gerbang membuka dan Pak Rollan mengemudikan mobil melalui gerbang dengan halus. Mobil mewah itu bergerak masuk dan menelusuri jalan yang cukup panjang dengan pohon-pohon rimbun di kiri kanannya.     

Rune dapat melihat betapa kayanya keluarga Rose karena rumah mereka terletak di tengah kota, yang pasti sangat mahal, namun memiliki luas yang teramat sangat.     

Dari gerbang depan ke bangunan mansion di dalam, mobil mereka harus melewati jalan sepanjang hampir 2 km. Luas tanah mereka begitu besar.     

Di depan bangunan mansion, Rune melihat ada taman yang sangat luas dan terlihat sangat terawat.     

Bangunan mansion itu sendiri terlihat seperti istana kecil dari zaman ratusan tahun lalu. Sungguh, sangat indah. Begitu mobil berhenti dan Rune membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil, ia merasa seolah masuk ke masa lalu.     

"Ini.. indah sekali," komentarnya kepada Rose. Gadis itu tersenyum mendengar kekaguman Rune.     

"Ahh... kau bisa saja." Rose mengira Rune terlalu berlebihan karena pria itu belum pernah datang ke rumah bangsawans kaya sebelumnya, sehingga ia mengira segala sesuatunya indah dan menari, padahal Rose sendiri merasa semuanya biasa saja.     

Rose tidak tahu bahwa Rune jujur dengan pendapatnya barusan. Ia telah melihat begitu banyak bangunan mewah dan kuno. Ia sendiri menghabiskan masa kecilnya di sebuah kastil. Sehingga penilaiannya tidak bias.     

Namun, ia mengerti bahwa saat ini ia sedang mengaku sebagai orang miskin. Tentu saja Rose akan menganggap semua ucapannya berlebihan.     

Ahh... tidak enak juga ya, pikir Rune. Ia terpaksa harus menahan diri dan tidak bercerita tentang pengalamannnya tinggal di tempat-tempat megah.     

Pak Rolland mengeluarkan koper mereka dan memberi tanda agar Rune berjalan mengikuti Rose yang sudah bergerak masuk menuju pintu utama.     

"Silakan masuk, Tuan. Biar saya yang mengurusi  kopernya," kata sang supir sambil tersenyum lebar. Ia lalu mengangkat jempolnya seolah memberi Rune dukungan.     

Rune hanya tersenyum-senyum melihatnya. Ahh... senang juga rasanya mendapatkan dukungan seperti itu.     

Ia berharap orang tua Rose juga akan berpikiran sama.     

"Ayo, masuk," kata Rose saat melihat Rune berjalan mendekatinya. Ia melambai dan kemudian menarik tangan Rune begitu pria itu dalam jangkauannya. "Selamat datang di  rumah keluarga Fournier."     

Pintu kayu berwarna putih yang demikian besar itu membuka ke kiri dan kanan, dan menunjukkan ruang tamu maha besar yang tampak lebih seperti aula, dengan penataan perabot serba mewah dan membuat Rune merasa seolah masuk ke dalam galeri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.