The Alchemists: Cinta Abadi

Pernikahan Siapa?



Pernikahan Siapa?

0Rose yang tidak mengira Rune akan benar-benar menciumnya, sama sekali tidak dapat bergerak, dan reaksinya terlambat. Saat kesadarannnya pulih, ia menatap lelaki itu dengan sepasang mata membulat.     

"Ka.. kau..." Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Rose merasa dimanfaatkan oleh Rune yang menciumnya di depan teman-temannya. Rose sama sekali tidak bisa marah.     

Sialan, umpat gadis itu dalam hati.     

Mereka pasti akan curiga kalau ia memukul Rune karena menciumnya, sebab mereka mengira ia dan Rune memang sepasang kekasih yang sudah tinggal bersama.     

Tentu dalam pikiran mereka, Rose dan Rune sudah biasa berciuman bahkan tidur bersama. Jadi, kalau Rose tiba-tiba marah, mereka akan bertanya-tanya, apakah hubungan Rose dan Rune sebenarnya hanya pura-pura saja.     

"Kau mengatakan sendiri bahwa aku boleh melakukan apa saja untuk mencegahmu minum sampai mabuk. Batasmu malam ini hanya dua gelas, dan kau sudah melewatinya.." kata Rune sambil tersenyum. Wajahnya tampak sangat bahagia.      

Ahh.. bibir Rose lembut sekali. Rasanya tadi ia ingin mencium gadis itu berlama-lama. Sayangnya mereka sedang ada di tempat umum, ada teman-teman Rose.     

Lagipula, ia agak takut kalau berlama-lama mencium Rose, ia mungkin akan dikuasai nafsu berahi dan hal itu hanya akan membuat dirinya menderita.     

Bayangkan, kalau sampai ia terangsang tetapi tidak dapat melampiaskannya? Rasanya tentu akan sangat tersiksa.     

"Ughh.. kau tadi hanya mengambil kesempatan," omel Rose sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Aku tidak peduli. Kau yang mengizinkanku melakukan segala cara untuk mencegahmu minum," balas Rune. "Dan kita punya rekamannya untuk membuktikan bahwa kau yang memintanya sendiri."     

"Ufff..." Rose tampak hendak membantah, tetapi ia tidak tahu harus berkata apa. Gadis itu sadar bahwa Rune benar.     

"Sekarang, terserahmu, Sayang. Kalau kau minum segelas lagi, berarti aku akan menciummu sekali lagi. Kalau kau minum dua gelas lagi, aku akan menciummu dua kali lagi..." kata Rune sambil tertawa kecil. "Aku hanya menjalankan perintahmu."     

"Ahahahaha.. kalian lucu dan mesra sekali," komentar Peter sambil mengedip ke arah Rune. "Kurasa baru pertama kalinya aku melihat ada orang yang bisa membuat Rose kehilangan kata-kata."     

"Ah.. benarkah?" tanya Rune gembira. Ia sangat senang mendengar ucapan Peter. Ini artinya mereka mendukung hubungannnya dengan Rose.     

Ia yakin mereka pasti tahu tentang hubungan Rose dengan Leon. Jadi kalau menurut mereka Rune ini sangat cocok dengan Rose, artinya mereka menganggap Rune lebih baik dari Leon untuk Rose.     

Karena hatinya sangat senang, Rune mengambil gelas berisi champagnenya dan meneguknya hingga habis.     

"Kau tidak boleh minum," katanya saat melihat tangan Rose diam-diam dijulurkan ke arah gelasnya. Pemuda itu mengedip. "Aku akan menciummu lagi."     

Karena diancam seperti itu, akhirnya Rose mengalah. Ia melambaikan tangannya ke arah pelayan dan meminta dibawakan minuman mocktail yang tidak mengandung alkohol.     

"Ahh.. kau gadis penurut," puji Rune sambil mengusap-usap rambut Rose, sementara gadis itu memutar matanya.     

Pelayan yang sama yang memergoki Rune memegang tangan Rose tadi, lalu mencium gadis yang sedang menyamar sebagai laki-laki itu, kini menyaksikan pemandangan mesra Rune mengusap-usap rambut sang 'pria' teman kencannya, ketika sang pelayan datang membawakan mocktail yang dipesan Rose.     

Astaga.. Tuan Muda sepertinya lebih romantis kalau bersama pasangan prianya, dibandingkan dengan pasangan yang perempuan. Ahh.. mungkin sebenarnya tuan ini bukan biseksual, melainkan gay. Yah.. pasti begitu.     

Dengan pemikiran seperti itu, ia lalu keluar dari lounge. Saat temannya bertanya lagi kenapa ekspresinya tampak aneh dan ia menggeleng-gelengkan kepalanya, sang pelayan hanya menghela napas panjang.     

"Rupanya Tuan Muda Rune menyukai pria..." jawab sang pelayan sambil mengerling ke arah lounge yang baru saja ia tinggalkan.     

"Oh ya?" Temannya juga tampak kaget. Mereka tahu bahwa keluarga Schneider sangat tertutup. Namun, mereka tidak pernah diketahui terlibat dalam hubungan sesama jenis sebelumnya.     

Ini yang pertama.     

Kedua pelayan itu telah melihat 'pria' yang dibawa Tuan Muda Rune ke sini sebagai teman kencannya dan mereka harus mengakui bahwa pria itu sangat tampan.     

Tuan Muda memiliki selera yang sangat bagus, pikir mereka.     

***     

Sementara itu, makan malam berjalan dengan sangat baik. Rose tidak berani memesan sampanye atau koktail lagi. Ia menjaga pikirannya tetap waspada dan tidak ingin mengambil risiko dicium lagi oleh Rune.     

"Apakah kau sudah pernah ke Medion?" Helene bertanya kepada Rune ketika mereka sedang menikmati es krim mereka.     

"Medion?" Rune menggelengkan kepalanya. "Ada apa di sana?"     

"Itu negara asalnya Rose. Kupikir kau setidaknya harus mengunjungi negara asal kekasihmu dan melihat seperti apa negaanya, budayanya, dan lain-lain. Medion itu sangat indah, lho," kata Helene.     

"Oh ... kami akan segera ke Medion kok," Rune memandang Rose sambil tersenyum. "Rose bilang ia akan membawaku menemui keluarganya."     

Rose memaksakan senyum dan mengangguk. "Benar. Kami akan pergi menemui keluargaku bulan depan."     

Helene menekap bibirnya saat mendengar kata-kata Rose. "Bulan depan? Maksudmu ... kau akan datang ke pesta pernikahannya?"     

Rose mengangkat bahu. "Aku tidak punya pilihan..."     

"Oh..." Teman-temannya serentak mendesah kaget. Wajah mereka seketika dipenuhi ekspresi simpati. Hal ini membuat Rune bertanya-tanya pernikahan siapa yang akan digelar bulan depan sehingga teman-teman Rose semua tampak ikut sedih.     

"Aku turut menyesal," kata Peter. Suaranya terdengar serak. Jelas sekali ia sangat peduli kepada Rose dan ikut merasakan kesedihan hati gadis itu.     

"Oh.. Rose..." Helene memeluk Rose dan menepuk-nepuk punggungnya. Ia lalu mengerling ke arah Rune. "Tapi setidaknya kau sudah ada Rune. Kurasa semua akan baik-baik saja. Kau akan terbiasa, ya?"     

Sebenarnya Rune sangat penasaran. Namun, demi menjaga perasan Rose, ia sama sekali tidak mengatakan apa-apa dan menyimpan sendiri semua pertanyaannya. Lagipula, bukankah Rose sudah berjanji akan menceritakan semua kepadanya?     

"Kalian tenang saja." Akhirnya Rune memutuskan untuk menunjukkan dukungannya kepada Rose dengan merangkul bahu gadis itu setelah Helene melepaskan pelukannya. "Aku akan membahagiakan Rose. Kalian bisa mempercayakannya kepadaku."     

Rose menoleh ke arah Rune dan tersenyum kecut. Ia tahu Rune pasti memiliki begitu banyak pertanyaan untuknya. Nanti, begitu mereka kembali ke apartemen, Rose harus duduk bersama Rune dan menceritakan semuanya.. terutama alasan kenapa ia membutuhkan kekasih pura-pura.     

"Ah.. aku senang karena Rose memiliki kau di sampingnya," kata Helene sambil tersenyum lebar. "Ia tidak mungkin tidak datang ke pernikahan kakaknya sendiri, kan? Media akan bergosip. Uff.. susah sekali menjadi sorotan orang-orang..."     

"Kakak?" Rune menatap Rose dan kemudian menoleh ke arah Helene. "Rose tidak bilang kepadaku kalau ia mempunyai kakak..."     

"Oh.. maaf, kupikir kau sudah tahu," kata Helene dengan sikap canggung. Ia lalu menoleh ke arah Rose dengan pandangan meminta maaf. "Aku keceplosan bicara. Kupikir Rune sudah tahu..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.