The Alchemists: Cinta Abadi

Sup Hangover Penuh Cinta



Sup Hangover Penuh Cinta

1Rune memandangi wajah cantik Rose yang tertidur dengan sangat pulas, hingga hatinya puas. Barulah ia memejamkan mata dan tidur di samping Rose, dengan menjaga jarak agar tubuhnya tidak menyentuh tubuh gadis itu.     

***     

Keesokan paginya, ketika matahari sudah tinggi di angkasa, Rose membuka matanya. Ia mencium bau sup yang enak sekali datang dari arah dapur. Ia membutuhkan waktu beberapa menit untuk mengumpulkan kesadarannya dan mengingat apa yang sudah terjadi semalam.     

Astaga... Tadi malam ia menghabiskan champagne mahal yang dibeli Rune! Dan ia... ia pasti mabuk kalau sampai ia tak dapat mengingat apa yang terjadi.     

Rose menutup wajahnya dengan kedua tangan. Astaga, ia malu sekali.     

Ia dapat membayangkan betapa memalukannya dirinya tadi malam saat ia mabuk. Teman-temannya mengatakan ia selalu membuat keributan kalau ia minum terlalu banyak.     

Ketika ia membuka matanya kembali, gadis itu mengamati sekelilingnya dan menyadari ia tidak berada di kamarnya melainkan di sofa bed di ruang tamu tempat Rune biasanya tidur. Kenapa ia tidur di sini, ya? Apakah Rune tidak kuat membawanya ke kamarnya yang terletak di loteng?     

Atau...     

Ia juga sudah berganti pakaian dengan piyama. Siapa yang mengganti pakaiannya? Kenapa ia harus diganti pakaian? Apakah...     

Apakah tadi malam Rune mengambil kesempatan dalam kesempitan?     

Rose meraba-raba tubuhnya dan tidak menemukan ada perubahan berarti. Ini tandanya tidak ada yang mengganggunya semalaman. Ahh.. berarti Rune hanya mengganti pakaiannya saja, dan tidak mengambil kesempatan saat ia sedang tidak sadar.     

Memikirkan hal ini, rasanya Rose menjadi terharu. Ia dapat menebak bahwa mungkin semalam pakaiannya kotor karena ia terjatuh di jalan, atau mungkin ia muntah, sehingga Rune terpaksa membantunya berganti pakaian.     

Uff... ini berarti, laki-laki itu telah melihat tubuhnya semalam....     

"Aaaaahhhh....!!!" Tanpa sadar Rose telah menjerit histeris. Ia sekarang benar-benar malu.     

Seumur hidupnya, belum ada laki-laki yang melihatnya dalam keadaan telanjang sebelumnya. Walaupun ia berteman dengan Leon sejak kecil dan juga memiliki banyak sahabat lelaki, tidak ada yang pernah melihat tubuh polosnya sebagai wanita dewasa.     

Dan kini... kekasih pura-puranya telah mendapatkan kesempatan itu secara tidak sengaja.     

Ya Tuhan...     

"Heii... hei, ada apa?" tanya Rune yang buru-buru keluar dari balik konter dapur dan menghampiri Rose dengan semangkuk sup panas. Ia duduk di samping gadis itu dan memegang tangannya, berusaha menenangkan gadis itu.     

"Ada apa?" tanyanya dengan penuh perhatian. "Kau baik-baik saja?"     

Rose menggeleng. "Aku tidak baik-baik saja. Apa yang terjadi semalam? Apakah aku melakukan hal memalukan?"     

Rune tampak berpikir sejenak. Ia lalu mengangkat bahu. "Aku tidak tahu menari telanjang di atas meja termasuk hal memalukan atau tidak.."     

"YA TUHAAAAN.. Apa yang sudah kulakukan????" Rose menjerit tertahan.     

Rune tertawa terbahak-bahak dan menggeleng. "Aku hanya bercandaaa... Kau tidak melakukan apa pun yang memalukan. Tenang saja, Sayang. Kau tidur seperti seorang putri. Aku tidak sungguh-sungguh kok."     

Rose menatap Rune dengan sepasang mata disipitkan curiga.     

"Kau tidak bohong?"     

"Tidak," jawab Rune sambil tertawa lepas. Ia lalu mengambil mangkuk sup dari meja dan bersiap untuk menyuapi gadis itu. "Hanya saja tadi malam kau muntah dan aku terpaksa membersihkan tubuhmu dan mengganti pakaianmu. Kuharap kau tidak keberatan. Aku sama sekali tidak melakukan hal mesum..."     

Rose menelan ludah mendengar penjelasan Rune. Ahh.. ia mengerti sekarang kenapa pakaiannya pagi ini sudah berubah. Rupanya dugaannya benar. Ia tahu bahwa Rune tidak bersalah. Justru Rose akan merasa marah kalau Rune membiarkannya begitu saja, tidur dengan bermandikan muntahannya sendiri.     

Akhirnya dengan suara sangat pelan, Rose mengucapkan terima kasih. "Terima kasih..."     

"Tidak usah dipikirkan. Kuharap kau akan berbuat sama kalau aku yang ada dalam keadaan seperti itu," kata Rune. Ia mengangkat sendok berisi sup dan menaruhnya di depan bibir Rose. "Minum sup hangover dulu? Ayahku yang mengajariku membuat sup ini."     

Rose menatap Rune dengan sepasang mata berkaca-kaca. Ahh... ia memang tidak salah menilai karakter seseorang. Lelaki yang ada di sampingnya ini adalah lelaki baik. Ia senang karena Rune dapat dipercaya dan selalu memperlakukannya dengan sangat baik.     

Ahh.. memang benar. Karakter seseorang itu jauh, jauh lebih berharga daripada harta kekayaan, status dan kekuasaan.     

Dengan menahan air mata, Rose melahap sup yang disiapkan Rune untuknya. Pemuda itu sangat senang karena Rose tampak terharu melihat upayanya.     

Ahh.. Rose memang gadis baik. Ia dapat menghargai orang lain dengan sepantasnya.     

Kini, Rune berharap Rose tidak berubah pikiran tentang menikahi laki-laki miskin dan sederhana yang tinggal bersamanya itu. Demi Rose, Rune tidak keberatan terus-menerus hidup sebagai orang miskin... hehehe.     

"Terima kasih," kata Rose setelah sup yang disuapkan Rune kepadanya habis. Kepalanya yang tadi terasa pusing akibat hangover pelan-pelan mulai terasa ringan. Ia menatap Rune agak lama, sementara pria itu membereskan mangkuknya.     

"Eh.. kenapa kau melihatku seperti ini...?" tanya Rune keheranan. Ia mengerjap-kerjapkan matanya dan tersenyum keheranan. "Ada sesuatu di wajahku?"     

Rose menggeleng. Ia tersenyum tipis dan kemudian mencium pipi Rune. "Terima kasih."     

Setelah berkata begitu, ia beranjak dari sofabed dan mengambil mangkuk dari tangan Rune. "Biar aku yang mencuci piring."     

Rune membiarkan saja Rose mengambil mangkoknya dan mencuci piring. Ia mengerti bahwa gadis itu merasa malu karena tadi malam telah mabuk sampai muntah dan merepotkan orang lain.     

Dugaannya benar. Rose segera meneliti kamarnya dan menemukan bahwa kasurnya sudah tidak ada, sedang dijemur di balkon untuk mendapat udara segar dan sinar matahari. Ia juga melihat seprei, selimut dan pakaiannya ada di mesin cuci.     

Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Ia menoleh ke arah ruang tamu dan memperhatikan Rune yang sedang membereskan sofa bed kembali menjadi sofa. Laki-laki ini miskin dan sederhana tetapi ia sangat rajin bekerja. Ia juga tidak mata duitan.     

Walaupun ia mempunyai kakak perempuan yang menikah dengan orang kaya, ia sama sekali tidak memanfaatkan harta keluarga kakaknya.     

Hanya sekali saja ia menggunakan koneksi kakaknya dan itu pun demi Rose, demi membawa gadis itu untuk menikmati makan malam di tempat istimewa karena Rune melihat Rose sedang bersedih. Dan ia juga menghabiskan uangnya demi membelikan champagne yang mahal... semuanya untuk Rose.     

Hal ini benar-benar membuat gadis itu terharu. Ia dapat melihat betapa Rune sangat menyukainya dan bersedia melakukan apa pun untuknya. Terlebih lagi, Rune tidak pernah mendesaknya.     

Bahkan sampai sekarang, ia juga tidak pernah menanyakan tentang siapa Rose sebenarnya, dan apa tujuannya menjadikan Rune sebagai kekasih pura-pura.     

Rune sangat santai dan percaya diri. Ia selalu membuat Rose merasa nyaman menjadi dirinya sendiri dan tidak harus kuatir akan apa pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.