The Alchemists: Cinta Abadi

Menghibur Rose (1)



Menghibur Rose (1)

0"Rose.. Kau kenapa?" tanya Rune dengan lembut.     

Rose mendongak saat mendengar suara pria itu. Ia sangat terkejut ketika menyadari Rune melihatnya menangis.     

Gadis itu buru-buru mengusap matanya yang basah dan menggelengkan kepala, "Ada sesuatu di mataku. Aku kelilipan... Haha ... kau pikir aku menangis ya? Aku tidak menangis, ya. Wow, kau kelihatan sangat khawatir. Lucu sekali. Sungguh, aku baik-baik saja. Di sini cukup berdebu. Debunya sampai masuk ke mataku ..."     

Rune mengerutkan kening. Ia tidak percaya bahwa Rose baik-baik saja.     

Mengapa gadis ini ingin menyembunyikan bahwa tadi ia menangis? Apa yang membuatnya sangat sedih?     

"Aku tidak akan menanyakan apa pun kepadamu, jadi kau tidak usah merasa perlu berbohong kepadaku," Rune berbisik penuh pengertian. "Kau tidak perlu memberi tahu aku apa pun kalau kau tidak mau."     

Rose tercengang mendengar kata-kata Rune. Pada saat itu, seakan-akan bendungan yang ia tahan akhirnya terbuka dan kesedihannya meluap keluar.     

Gadis itu mengangguk perlahan dan menyeka air matanya yang terus mengalir deras. Meskipun ia merasa sangat sedih, ia juga lega karena pria ini tidak memaksanya untuk mengatakan apa pun.     

"Terima kasih," kata Rose. Ia melihat kuas di tangannya dan mendesah. "Kurasa aku telah melakukan cukup kerusakan pada satu lukisan hari ini. Sebaiknya aku berhenti sekarang."     

"Aku akan bersihkan peralatan melukismu. Kau bisa mandi dan membersihkan diri dulu. Wajah dan bajumu penuh dengan cipratan cat," ucap Rune sambil tertawa kecil, untuk mencairkan suasana.     

Ia lalu mengambil kuas dari tangan Rose dan mendorong gadis masuk ke dalam apartemen. "Masuklah. Di luar dingin. Nanti kau bisa masuk angin."     

Rose mengangguk dan segera menghilang ke dalam apartemen sementara Rune membersihkan peralatan melukis gadis itu.     

Sebenarnya Rune merasa bahwa telah terjadi sesuatu kepada Rose yang membuatnya sangat sedih.     

Meskipun sangat penasaran, Rune berusaha menahan diri untuk tidak menanyakan apa pun kepada Rose.     

Ia pikir, kalau ia memaksa mencari tahu apa yang menyebabkan Rose menjadi demikian sedih hingga ia menangis, maka Rose hanya akan berbohong kepadanya untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut.     

Jadi, untuk apa ia memaksa gadis itu untuk berbicara?     

Setelah Rune membersihkan balkon mereka dan membuat teh panas dalam posi untuk mereka berdua, ia lalu duduk menunggu Rose di ruang tamu, sambil membaca-baca berita di internet.     

Ah, Spacelab akan meluncurkan pesawat komersial pertama mereka ke bulan. Ini adalah salah satu headline yang menarik perhatiannya saat ia membuka tablet dan mengikuti perkembangan berita di luar.     

Rune ingat SpaceLab adalah perusahaan penjelajahan luar angkasa yang digagas oleh Rhionen Industries, milik kakak iparnya, Alaric, puluhan tahun lalu.     

Setelah SpaceLab menunjuk pemimpin baru dua tahun lalu, perusahaan itu menjadi jauh lebih progresif. Setiap beberapa bulan, Rune akan membaca berita luar biasa yang datang dari sana.     

Rune sungguh percaya bahwa dalam waktu singkat, umat manusia akan dapat mulai menjelajah luar angkasa hingga keluar dari sistem tata surya kita.     

Hmm.. ia terus membaca berita demi berita dengan penuh minat dan menemukan satu berita yang cukup menarik. Putri mahkota dari kerajaan Moravia dikabarkan akan bertunangan dengan pangeran putra mahkota dari kerajaan Medion.     

Ia ingat Moravia adalah sebuah kerajaan kecil di Eropa Tengah yang beberapa tahun lalu ramai masuk dalam pemberitaan karena pangeran putra mahkota yang seharusnya naik takhta menjadi raja menggantikan Raja Gustave tiba-tiba menyatakan pengunduran dirinya.     

Seluruh dunia sangat terkejut oleh berita itu. Bagi semua orang, kedudukan sebagai calon raja adalah hal yang sangat diidam-idamkan, tetapi Pangeran Renald Hanenberg tampaknya tidak mempedulikan hal itu.     

Ia membuat konferensi pers dan menyatakan bahwa ia membenci keluarga kerajaan dan tidak ingin dikait-kaitkan dengan mereka sama sekali.     

Dalam pernyataannya dalam konferensi pers itu, para jurnalis dan juga masyarakat umum semuanya dikejutkan oleh tuduhan Pangeran Renald bahwa keluarga kerajaan telah memaksa ibunya untuk menikah dengan seorang pemerkosa.     

Namun, karena ibunya, Putri Hannah, menolak, maka pernikahannya dengan ayah kandung sang pangeran tidak diakui oleh pihak istana.     

Ini adalah berita yang menggemparkan seantero Moravia dan juga negara-negara sahabat di Eropa. Raja Gustave sangat shock akibat berita ini dan kemudian terkena serangan jantung.     

Sebelum meninggal, ia sempat menandatangani perubahan konstitusi bahwa status pewaris takhta Moravia kini tidak hanya untuk keturunan laki-laki, melainkan juga keturunan perempuan.     

Hal ini dikarenakan keluarga Hanenberg tidak lagi mempunyai keturunan langsung laki-laki selain Pangeran Renald yang sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai putra mahkota dan memilih melepas status bangsawannya untuk menjadi rakyat biasa.     

Setelah Raja Gustave meninggal, cucu perempuannya yang paling tua yang bernama Putri Caroline kemudian dinobatkan sebagai ratu Moravia.     

Caroline memiliki seorang anak perempuan yang kemudian menjadi putri mahkota.     

Hmm.. kalau tidak salah putri dari Moravia ini sedikit lebih muda dari Rose. Berarti umurnya sekitar 20 tahun.     

"Masih muda sekali, ya.." komentar Rune sambil mengamat-amati foto pasangan muda itu. Pangeran dari Medion tampak sangat tampan dan mengesankan, sementara putri dari Moravia terlihat cantik dan anggun.     

Mereka terlihat serasi, tetapi terlalu muda untuk menikah, pikir Rune.      

Ia kemudian batuk-batuk sendiri saat mengingat bahwa usia Rose dan Putri Anne dari Moravia tidak terlalu jauh berbeda dan ia sudah membayangkan menikah dengan gadis itu.     

Ha Ha Ha.     

"Kau ini tidak boleh memiliki standar ganda, Rune," omel Rune kepada dirinya sendiri. Ia lalu menoleh ke arah tangga dan menduga-duga apakah Rose sudah selesai mandi atau belum.     

Ahh... ia hanya bisa bertanya dalam hati, kenapa Rose menangis.      

***     

Setengah jam kemudian, Rose berjalan menuruni tangga loft menemui Rune yang sedang duduk bersantai di ruang tamu mereka.     

"Aku lapar," kata gadis itu.     

Rune melihat jam tangannya. Sekarang sudah jam tujuh malam. Memang sudah saatnya makan malam. Ia menduga tadi Rose belum sempat makan siang karena saat Rune pergi meninggalkannya, gadis itu baru mulai melukis.      

Ketika ia kembali, Rose masih berada di balkon dengan peralatan melukisnya. Ini berarti ia belum sempat keluar untuk mencari makan.     

Pasti ia lapar sekali.     

"Ayo kita makan di luar," kata Rune. "Aku yang traktir. Tadi aku baru dapat uang."     

Rose menatap Rune agak lama. Ia masih tidak tahu bahwa Rune adalah anak dari salah satu keluarga terkaya di dunia. Ia tidak tega kalau Rune harus menghabiskan uang untuk mentraktirnya, padahal Rose sangat mampu membayar sendiri makanannya.     

"Aku tidak mau kau membuang-buang uang," kata gadis itu. "Hei.. kalau kau hendak mentraktirku untuk menghiburku karena kau mengira aku sedang sedih, aku sangat menghargainya. Tapi.. sungguh, itu tidak perlu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.