The Alchemists: Cinta Abadi

Rose Ingin Memutuskan Hubungan



Rose Ingin Memutuskan Hubungan

0"Keluarga kami memiliki musuh dan kami harus selalu waspada," kata Ireland dengan nada sedih. "Karena itulah aku dan Scotland ingin cepat dewasa, agar kami tidak menjadi titik kelemahan ayah kami. Kalau kami sudah dewasa, kami akan dapat lebih baik melindungi diri kami sendiri."     

"Oh.. begitu ya?" Rose hanya bisa menangguk-angguk. Ia dapat membayangkan apa yang terjadi. Ia mengenal orang-orang yang sangat kaya dan juga kaum bangsawan yang memberikan perlindungan semacam itu kepada anak-anak mereka, sehingga ia tidak terlalu kaget.     

Ah, kalau keluarga si kembar ini memang punya banyak musuh, mungkin dugaan Rose benar bahwa Rune ini berasal dari keluarga mafia.     

Tiba-tiba gadis itu merasa agak menyesal telah meminta pria itu untuk menjadi kekasih pura-puranya. Bagaimana kalau Rune benar-benar menyukainya dan nanti tidak mau melepaskannya setelah setahun berlalu?     

Ahh.. kau ini memang sering tidak berpikir panjang, Rose, tegurnya kepada diri sendiri. Ia terlalu percaya diri bahwa ia dapat melindungi dirinya sendiri. Ia adalah gadis tangguh, sanggup berkelahi dan membelas diri, serta dapat menggunakan senjata api dengan baik.     

Ia akan sanggup menghadapi laki-laki mana pun yang ingin mengganggunya. Namun... bagaimana mungkin ia bisa menghadapi satu keluarga mafia?     

Astaga... apa yang sudah kulakukan? pikir Rose sedih.     

"Kau kenapa?" tanya Rune keheranan.      

Ia dapat melihat perubahan sikap Rose. Apakah ini ada hubungannya dengan keluarga si kembar yang memiliki banyak musuh?     

"Rose.. aku sama sekali tidak punya musuh, lho..." kata Rune, menggugah keresahan Rose. Ia menggeleng-geleng. "Orang-orang bahkan tidak tahu siapa aku. Jadi tidak akan ada yang mengincarku. Kau aman."     

Rose batuk-batuk mendengar kata-kata pemuda itu.     

Uhm.. bukan itu yang membuatnya takut. Ia tidak takut akan dikejar musuh Rune.      

Ia takut kalau Rune nanti akan mengejarnya dan tidak ingin melepaskannya.     

Apakah sebaiknya Rose membatalkan saja hubungan pura-pura mereka sebelum hal itu menjadi semakin jauh?     

Tadinya ia bercanda dengan mengatakan bahwa Rune boleh berusaha membuat Rose jatuh cinta kepadanya. Tapi, itu sebelum Rose tahu latar belakang keluarga Rune yang sepertinya cukup mencurigakan.     

"Aku tidak apa-apa," kata Rose berbohong. "Nanti aku mau bicara denganmu. Tidak sekarang.. Sekarang kita nikmati saja kopinya."     

Mereka akhirnya membahas hal lain yang tidak berhubungan dengan keluarga. Rose benar-benar tidak ingin mendengar tentang keluarga mafia Rune. Ia sudah bertekad hendak memutuskan hubungan dengan Rune demi menjaga keselamatannya sendiri.     

"Wahh... kami senang sekali bertemu Paman dan Tante Rose," kata Summer dengan wajah berseri-seri setelah ia dan kedua sepupunya menghabiskan es krim mereka. "Oh, ya... Ibu bilang kalau Paman dan Tante Rose tidak sibuk, kalian diundang untuk makan malam di rumah kami akhir pekan nanti."     

Rune sangat senang mendapatkan undangan dari Marie dan Nicolae. Keluarga mereka terlihat sangat normal dan bahagia. Mereka juga tinggal di apartemen di Queens, bukan mansion besar di Manhattan, sehingga Rose tidak akan curiga.     

Rune masih belum siap memberi tahu Rose bahwa ia adalah anak bungsu keluarga Schneider dan bahwa iparnya adalah Elios Linden yang sangat terkenal itu. Kalau sampai ia membawa Rose bertemu Aleksis dan Alaric, maka gadis itu akan memiliki SANGAT BANYAK PERTANYAAN.     

Kalau ia membawa Rose bertemu Nicolae dan Marie, satu-satunya pertanyaan yang akan ia peroleh adalah rahasia awet muda pasangan itu. Nicolae dan Marie memang sampai sekarang tetap terlihat sangat muda.     

Kalau mereka berjalan bersama dengan anak perempuan mereka, keduanya pasti akan dikira kakaknya Summer. Tetapi, bagi Rune, lebih mudah membuat alasan kenapa orang tua Summer masih saja terlihat muda, daripada harus menerangkan siapa itu Elios Linden dan Aleksis Schneider.     

"Kakak iparku ingin mengundangmu makan malam. Mereka tinggal di Queens. Kau mau datang?" tanya Rune sambil menatap Rose dengan pandangan penuh perhatian.     

Ia sangat berharap Rose akan menjawab iya. Tetapi ia tidak mau memaksa gadis itu. Lagipula, untuk pasangan mana pun, rasanya bertemu keluarga adalah hal yang sangat intense.     

"Aku mengerti kalau kau tidak mau atau sibuk," Ia buru-buru menambahkan. Tapi sepasang matanya yang menatap Rose dengan pandangan seperti anak anjing yang manis, membuat Rose sulit menolak.     

Ia mengangguk. "Baiklah..."     

Sial. Aku harusnya memutuskan hubungan dengan laki-laki ini sebelum kami terlibat semakin jauh, pikir Rose. Ia mengomeli dirinya sendiri.     

Baiklah. Mungkin aku bisa membuat Rune berhenti menyukaiku, pikir Rose lagi. Ia melihat laki-laki ini terlalu menyukainya walaupun mereka belum terlalu lama kenal. Mungkin, kalau ia bisa membuat Rune berhenti menyukainya, pemuda itu akan pergi sendiri.     

Rose benar-benar tidak mau terlibat dengan anggota keluarga mafia.     

***     

"Bagaimana pendapatmu tentang para keponakanku tadi?" tanya Rune saat ia dan Rose sudah tiba kembali di apartemen. Rose menaruh tasnya di meja dan menghempaskan diri di sofa.     

"Aku sangat menyukai mereka. Astaga.. mereka bertiga tampan dan cantik sekali. Keponakanmu yang perempuan itu seperti boneka, cantik sekali," komentar Rose. Ia menatap Rune dan memperhatikannya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. "Kau juga sangat tampan sih. Mungkin itu memang keturunan ya?"     

Ahh.. Rune senang sekali mendengar kata-kata Rose barusan.     

Jadi.. ia tampan? Ahahaha.. baru sekarang Rune merasa senang disebut tampan. Sebelumnya ia tidak pernah peduli.     

"Terima kasih," katanya sambil tersipu-sipu. "Kami sekeluarga memang seperti ini tampangnya. Jadi kalau sampai kita punya anak nanti... pasti akan cantik atau tampan seperti mereka juga."     

Rose memutar matanya mendengar kata-kata gombal sang pria dan batuk-batuk.     

"Gila..." tukasnya.      

"Heii.. aku bercanda, kok," kata Rune sambil tertawa. Ia meregangkan tubuhnya dan ikut duduk di sofa di samping Rose. "Oh ya.. malam ini kita mau makan apa?"     

Rose menoleh ke arah Rune dan mengetuk-ketukkan jarinya. "Tadi kita sudah makan burger. Malam ini aku ingin makan enak."     

"Boleh. Mau makan di mana?" tanya Rune.     

"Karena tadi siang kau sudah mentraktirku burger, biarlah makan malamnya aku yang traktir. Kita makan di lounge favoritku tidak jauh dari sini. Kita bisa berjalan kaki ke sana," kata Rose santai. "Bagaimana? Aku tidak tahu kau punya uang berapa. Karena aku yang mau makan di luar, biar aku yang mentraktir kali ini."     

"Hmm.. aku tidak keberatan kok membayar makan malam kita," kata Rune.     

Uhm... tidak terima kasih. Aku tidak ingin diberi makan oleh uang mafia, pikir Rose.      

Gadis itu menggeleng dan tersenyum manis sambil menepuk pipi Rune. "Tidak apa-apa. Kau bisa mentraktirku lain kali. Aku juga ingin menunjukkan kepadamu bahwa aku bisa kelihatan seperti laki-laki. Kau kan waktu itu tidak percaya. Makanya, malam ini kita makan di luar dan menggoda gadis-gadis. Kau bisa lihat apakah gadis-gadis itu akan percaya aku laki-laki atau tidak."     

Rune batuk-batuk mendengar ucapan Rose. Ia sudah membayangkan makan malam romantis bersama gadis itu. Tapi rupanya Rose ingin mengajaknya makan malam di luar hanya untuk membuktikan bahwa ia bisa menyamar dengan baik sebagai laki-laki.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.