The Alchemists: Cinta Abadi

Wisata Ke Pantai



Wisata Ke Pantai

0Rune dan Rose memperhatikan baik-baik apa yang akan disampaikan oleh Duke Fournier.     

"Jadi, aku berencana mengundang pemilik Medion Times untuk minum dan memintanya agar mengubah artikel itu," kata Duke Fournier setelah ia meletakkan cangkir kopinya di atas meja. "Kita tidak bisa membiarkan kesalahpahaman menjadi lebih besar dan menimbulkan masalah di masa depan."     

Rose dan Rune saling bertukar pandang. Sang pria menggelengkan kepalanya pelan, meminta Rose untuk tidak membocorkan rahasianya kepada orang tuanya.     

Belum. Ia belum siap jika mereka tahu tentang siapa Rune sebenarnya. Selain itu, di mana letak kesenangannya jika semua orang tau ia memang Rune Schneider yang sesungguhnya?     

Rose berdeham dan menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu melakukan itu, Ayah. Jangan beri mereka perhatian. Jika kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak peduli dengan artikel itu, mereka akan berhenti memberitakannya."     

Duke Fournier tampak bingung. "Tapi mereka telah menerbitkan informasi yang salah... dan bagaimana jika keluarga itu mengetahuinya? Pasti akan sangat memalukan. Kalau sampai mereka membuat pernyataan duluan dan menuduh bahwa kita berbohong dan mencatut nama mereka... hal itu akan sangat memalukan."     

Kali ini, Rune yang menjawab sang Duke. "Tidak apa-apa, Tuan. Biar aku yang menangani keluarga Schneider. Kakak iparku sangat mengenal mereka dan jika terjadi sesuatu, ia akan membantuku berbicara dengan mereka. Kalian tidak usah kuatir."     

Rose memandang Rune dengan ekspresi geli. Sekarang karena ia sudah tahu yang sebenarnya, ia merasa situasinya jadi semakin lucu.     

Rune tidak berbohong, tapi ia juga tetap tidak mengungkapkan identitasnya. Dengan mengatakan bahwa saudara iparnya dekat dengan keluarga Schneider, yang ia maksud adalah Elios Linden, yang menikah dengan satu-satunya putri keluarga Schneider.     

Ah, kau ini pintar sekali, kata Rose dalam hati. Ia sekarang melihat Rune dengan cara pandang yang berbeda.     

Pria ini benar-benar dewasa dan mudah bergaul. Ia sangat bisa membawa dirinya dengan baik, kemana pun ia pergi dan dengan siapa pun ia bersosialisasi.     

"Oh benarkah?" Duke Fournier jelas tampak ragu.     

Bagaimana mungkin Rune dan Rose tampak begitu santai menghadapi hal ini, pikirnya.     

Namun, ketika Duke Fournier melihat putrinya mengangguk dengan sungguh-sungguh, ia hanya bisa mengalah. Baiklah... mungkin mereka memang lebih tahu.     

Rose pasti sangat mengenal Rune karena ia adalah pacarnya. Jadi, sang Duke hanya akan mempercayai putrinya.     

Pria itu akhirnya menghela napas dan mengangguk. "Baiklah. Aku tidak akan melanjutkan masalah ini lebih jauh. Aku akan mempercayai kalian berdua untuk menangani masalah ini."     

"Terima kasih, Tuan dan aku minta maaf atas masalah yang ditimbulkan kepada keluargamu. Aku tidak pernah menyangka nama keluargaku bisa membawa masalah bagi orang yang aku sayangi," kata Rune dengan nada menyesal.     

"Hmm... tidak apa-apa. Mewakili putriku, aku juga ingin minta maaf. Kau terlibat dalam kekacauan ini dengannya karena putriku memiliki beberapa orang yang tidak menyukainya," jawab Duke Fournier. "Aku merasa malu karena orang-orang itu berasal dari kalangan yang sama dengan kami."     

"Aku sama sekali tidak punya masalah dengan itu," kata Rune. "Aku akan menghadapi semuanya demi Rose. Kuharap Tuan dan Nyonya mengetahuinya."     

Rose cegukan saat mendengar kata-kata Rune. Sungguh. Pria ini terlalu baik, pikirnya.     

Rune dapat memanfaatkan situasi yang mereka hadapi dan menggunakannya untuk memenangkan hati orang tua Rose.     

Gadis itu benar-benar terhibur oleh sikap Rune. Kini, ia merasa seolah beban berat yang menghimpit dadanya sudah hilang.     

Duke tampak senang. Begitulah cara ia ingin melihat putrinya diperlakukan, seseorang yang pasti akan memberikan banyak perhatian dan menghargai putrinya tanpa memandang status sosialnya, tidak seperti... seseorang.     

Duke Fournier menepuk bahu Rune dan tidak mengatakan apa-apa lagi.     

***     

Rune dan Rose menghabiskan sepanjang hari di pantai. Meski saat itu musim gugur, namun suhu di pantai tidak terlalu dingin. Mereka bisa memakai celana pendek dan sendal saat berkunjung ke tempat itu.     

"Pantai ini sangat bagus," komentar Rune. "Aku sangat menyukai pasir halus di kakiku. Pemandangannya indah."     

"Kami memiliki banyak pantai di Bacilia sini," jawab Rose. "Kita bisa melakukan wisata pantai hari ini jika kau mau."     

"Aku suka ide itu!" Rune sangat senang mendengar tawarannya. Ia akan senang melakukan apa pun di Bacilia, selama semuanya dilakukan bersama dengan Rose.     

"Baiklah… kita bisa tinggal di sini selama satu jam, setelah itu aku akan mengantarmu ke pantai kedua," ucap Rose sambil tersenyum.     

"Ya, ya... Aku setuju!"     

***     

Rose tidak melebih-lebihkan perkataannya saat ia mengatakan pantai-pantai di Bacilia memang indah. Di beberapa tempat, airnya sering berwarna biru kehijauan. Mereka terlihat sangat cantik.     

Pemandangannya mengingatkan Rune pada beberapa pantai di Bermuda atau Asia yang ia sering kunjungi bersama keluarganya.      

"Apa pantai favoritmu di dunia?" Rose bertanya pada Rune ketika mereka sedang duduk bersama di tepi pantai di atas dua kursi berjemur dan menikmati koktail.     

Sekarang ia dapat mengajukan pertanyaan seperti itu karena ia merasa, sebagai seorang laki-laki dari keluarga kaya, Rune pasti sudah berkeliling dunia dan melihat begitu banyak tempat yang indah.     

Dan perkiraan Rose memang tidak salah.     

Rune telah melihat banyak tempat yang hanya menjadi tempat impian bagi kebanyakan orang. Terutama karena keluarganya memiliki banyak resor di seluruh dunia, mereka selalu memiliki tempat yang bagus untuk dikunjungi.     

Namun, ia dapat dengan mudah mengatakan bahwa pantai favoritnya di dunia tidak lain adalah sebuah pantai yang terletak di pulau kecil dekat Singapura yang dihadiahkan sang ayah kepada ibunya.      

Di sanalah mereka menghabiskan banyak waktu bersama sebagai sebuah keluarga. Setiap tahun, mereka pasti berkumpul bersama di sana.     

"Ada satu tempat yang dimiliki keluargaku," jawab Rune. "Pantai pribadinya memang bagus, tapi yang membuatnya istimewa adalah karena keluargaku menghabiskan banyak waktu bersama-sama sejak aku masih sangat muda. Jadi, aku selalu merasa bahagia setiap kali aku memikirkannya atau mengunjungi tempat itu."     

Apa yang dikatakan Rune mengingatkan Rose pada bukit favoritnya yang dimiliki oleh kakeknya. Ahh... ia mengerti apa yang Rune maksud.     

"Tempatnya pasti sangat bagus," komentar Rose. "Aku sangat suka ketika melihat sendiri bagaimana keluargamu tampak dekat dengan satu sama lain dan selalu bersikap saling menyayangi."     

"Benar," Rune tersenyum lebar. "Kami biasanya berkumpul untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Jika kau ingin datang, kami dengan senang hati akan menyambutmu."     

Natal tinggal kurang dari dua bulan lagi dan Rune tidak tahu apakah Rose akan datang, tetapi ia pikir tidak akan rugi jika ia mengundang Rose sekarang juga. Banyak hal bisa terjadi dalam dua bulan, kan?     

"Oh…" Rose terdiam saat mendengar pria itu dengan santai mengajaknya menemui seluruh keluarganya.     

Whoaa... semuanya berjalan begitu cepat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.