The Alchemists: Cinta Abadi

Pelukan Bersahabat



Pelukan Bersahabat

0Rose menutup matanya dan mencoba mengosongkan pikirannya. Ia ingin pergi dari istana kerajaan ini secepat mungkin.     

Sekarang setelah ia menghadiri acara pernikahan dan memperlihatkan wajahnya kepada keluarganya dan para raja, ia bisa melanjutkan hidupnya dan keluar dari Medion untuk selamanya.     

Rune tidak mengatakan apa-apa setelah mereka masuk ke dalam mobil dan pulang. Ia tahu ini pasti hari terberat dalam hidup Rose.     

Ia berharap ia bisa berbuat lebih banyak untuk membuat wanita itu merasa lebih baik, tetapi sayangnya, selain mengancam Leon dan gadis-gadis jahat itu, ia tidak bisa berbuat banyak untuk menenangkan perasaan Rose.     

Ini adalah sesuatu yang harus wanita itu  selesaikan sendiri. Ia perlu mencintai dirinya sendiri lebih dari ia mencintai Leon dan keluarganya dan mengatakan cukup sudah.     

"Terima kasih," Rose tiba-tiba membuka matanya dan menoleh ke Rune yang duduk di kursi belakang di sebelahnya.      

"Sama-sama," jawab Rune sambil tersenyum. Ia tidak perlu bertanya untuk apa ucapan terima kasihnya, karena itu berarti ia ingin Rose mengatakan apa yang telah ia lakukan untuknya.     

Kedengarannya seperti ia sedang memancing pujian atas jasanya, bukan? Jadi, ia hanya mengatakan 'sama-sama'.     

Ia tahu Rose bersyukur karena ia datang jauh-jauh ke Medion untuk menemaninya, ia membelanya, dan ia membantunya dari orang-orang yang memiliki niat jahat terhadapnya.     

  "Sekarang setelah pernikahan ini selesai, aku ingin keluar dari negara ini," kata Rose dengan suara rendah.     

"Ke mana kau mau pergi?" tanya Rune dengan lembut. Ia pikir mungkin Rose ingin kembali ke New York. "Apakah kau ingin pulang ke New York?"     

Ia merasa terkejut ketika Rose menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Apakah tawaran kau untuk bertemu keluargamu di Jerman masih berlaku?"      

"Oh..." Rune terkejut mendengarnya. Rose bersedia bertemu dengan keluarganya? Mereka memang telah membicarakan hal ini sebelumnya, tetapi Rose tidak membuat rencana pasti untuk itu, jadi ia pikir wanita itu  hanya bersikap baik kepadanya dan tidak benar-benar ingin datang ke Jerman.     

Namun, barusan wanita itu bilang ia ingin pergi dan melihat keluarganya? Apakah kali ini wanita itu serius dengan apa yang ia katakan?     

Astaga... Rune sama sekali tidak menyangka akan hal itu.     

Ayah dan ibunya akan sangat senang jika ia bisa membawa Rose untuk menemui mereka. Ia tahu betapa mereka ingin melihatnya jatuh cinta dan bahagia dengan seorang wanita, sama seperti saudara-saudaranya yang lain.     

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Rose mengerutkan alisnya. "Kau tidak lagi menginginkan agar aku bertemu keluargamu?"     

"Bukan begitu..." Rune sangat bersemangat! Jika mereka tidak ada di dalam mobil, ia akan mengangkat Rose ke udara dan menari-nari dengan wanita itu di pelukannya. Sebegitu bahagianya Rune saat ini!     

"Jadi?" Rose mengerucutkan bibirnya.     

Butuh banyak keberanian baginya untuk meminta Rune membawanya dan bertemu keluarga laki-laki itu, terutama sekarang setelah ia mengetahui bahwa laki-laki itu ternyata berasal dari keluarga yang sangat terhormat dan berkuasa. Tapi, sekarang laki-laki itu tidak lagi menginginkannya?     

Malu sekali rasanya!     

"Bukan apa-apa... Aku hanya sangat senang," kata Rune, tersenyum lebar. "Kupikir aku salah dengar."     

"Ah... kau tidak salah dengar," kata Rose. "Kurasa aku akan bergabung denganmu untuk menemui keluargamu di Jerman. Maksudku, aku telah membawamu untuk melihat keluargaku dan menjelajahi kampung halamanku. Bukankah adil jika aku juga mengunjungi keluargamu dan melihat kampung halamanmu?"     

"Itu benar."     

"Aku juga belum punya rencana untuk Natal. Jadi, jika kau masih ingin aku.. Aku ingin bergabung dengan keluargamu untuk merayakan liburan Natal di pulau pribadi ibumu. Kau bilang tempat itu sangat meriah dan menyenangkan," tambah Rose. "Aku pikir aku sangat membutuhkannya pada saat ini."     

Rune merasa sangat tersentuh. Ia tahu Rose sedih, dan ia merasa terhormat bahwa wanita itu memilih untuk bersamanya pada saat-saat terendahnya dan ketika ia merasa rentan.     

Itu menunjukkan betapa ia mempercayainya dan merasa sangat nyaman di dekatnya. Tingkat kepercayaan ini adalah sesuatu yang Rune tidak tahu Rose miliki untuknya.     

"Kalau begitu, kau dipersilakan untuk bergabung dengan aku dengan keluargaku. Kami akan senang memilikimu bergabung bersama kami," kata Rune bersemangat. "Kapan kau mau pergi?"     

"Hmm... besok aku bisa bersiap-siap dan berkemas. Kita bisa berangkat... lusa?"     

"Ya, itu terdengar sempurna," kata Rune.     

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim SMS ke Jan untuk mendapatkan pesawat pribadi untuknya dan Rose pada lusa untuk pergi ke Jerman dan mengunjungi orang tuanya.      

Sekarang Rose sudah tahu siapa dirinya, tidak ada gunanya terus berpura-pura miskin. Ia mungkin juga menikmati perjalanan mewah.     

"Apa yang sedang kau lakukan?" Rose bertanya padanya ketika Rune memasukkan ponselnya kembali ke sakunya.     

"Aku sedang menyiapkan penerbangan kita," katanya acuh tak acuh.      

"Ah..." Rose tersenyum. Ia mengangguk. "Kau sangat efisien."     

"Terima kasih," kata Rune, masih tersenyum lebar.     

Sementara itu, Rose memutuskan untuk menyandarkan kepalanya di dada Rune dan menutup matanya lagi.     

Bersama Rune sangat mudah, pikirnya. Tidak perlu merendahkan dirinya seperti yang ia lakukan dengan Leon.     

Laki-laki itu lebih rendah darinya di kelas, kekayaan, dan status, jadi Rose harus bertindak sedemikian rupa untuk menunjukkan kepadanya bahwa perbedaan status sosial mereka tidak masalah. Ia tidak perlu melakukan semua itu dengan Rune, bahkan ketika ia masih berpura-pura miskin.     

Dan hal lain yang ia sukai dari laki-laki itu adalah, ia membelanya ketika tidak ada orang lain yang mau.     

Hal ini membuat Rose merasa aman dan terlindungi. Ia tidak merasa malu untuk menunjukkan sisi rapuhnya di depan laki-laki ini. Dengan Rune, ia bisa menjadi dirinya sendiri, dan itu terasa sangat membebaskan.     

Sementara itu, Rune merasa jantungnya berdebar kencang. Apakah Rose tidak tahu efek wanita itu pada dirinya?     

Dengan Rose menyandarkan kepalanya ke dada Rune dengan cara yang begitu intim, sang pemuda menjadi sangat tergoda untuk membelai rambut Rose dan mencium dahinya seperti yang ia lakukan kepada seorang kekasih.     

Tapi, apakah ia sudah menjadi kekasih Rose sehingga ia diizinkan melakukan perbuatan seperti itu?     

Rose tahu bagaimana perasaan Rune kepadanya dan bahwa ia sangat ingin menjadi kekasih betulan, bukan kekasih pura-pura, tetapi mereka belum benar-benar membicarakan status mereka.     

Dan sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hubungan mereka. Apakah mereka sekarang sudah benar-benar menjadi pasangan kekasih... atau...?     

Akhirnya, Rune hanya menahan nafas dan membuang muka. Ia menggosok lengannya untuk menunjukkan dukungannya, tetapi ia tidak melakukan apa-apa lagi.     

Tidak masalah. Mereka akan punya banyak waktu untuk membicarakan hubungan mereka besok, atau nanti setelah mereka tiba di Jerman.     

Ia lebih baik menikmati malam ini dengan Rose di pelukannya.      

Rune memutuskan untuk melingkarkan tangannya di pinggang Rose dan memeluknya. Itu adalah pelukan bersahabat. Ia pikir itulah yang dibutuhkan Rose saat ini.     

.     

--------     

Dari  penulis:     

Kalau mau lihat tampangnya Rune, silakan liat di Instagram saya atau di FB Page ya. Namanya "Missrealitybites".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.