The Alchemists: Cinta Abadi

Hari Pernikahan (3)



Hari Pernikahan (3)

0"Kau sepertinya tahu banyak," komentar Rune.     

"Yah .. akhir-akhir ini ayahku sedang mencoba membuat wine, jadi aku semakin menghargai lebih banyak jenis wine," JM menjelaskan. "Kami tidak tinggal di Champagne, jadi wine kami tidak akan pernah disebut champagne (sampanye), tapi aku yakin, suatu hari produksi kami akan sepopuler itu."     

"Kedengarannya luar biasa," kata Rose. "Aku suka jalan-jalan ke kebun anggur. Aku pikir kebun anggur memiliki daya tarik yang unik."     

"Nah, kalau begitu, kau kami undang untuk datang ke kebun anggur kami kapan pun kau mau," JM mengedipkan mata kepada Rune. "Bilang saja kepada pamanku ini bahwa kau mau ke sana, dan dia pasti akan membawamu."     

Rune berdehem. "Ahem .. aku juga belum pernah ke kebun anggur keluargamu."     

"Ah, kalau begitu, semakin menambah alasan kenapa kalian berdua harus datang dan berkunjung,"     

"Tunggu .. kau masih belum menjawab pertanyaanku apakah kamu dan Altair sudah ingin menikah?" Terry memotong pembicaraan mereka. "Katakan kepadaku, apakah itu benar?"     

JM mengangkat bahu. "Mengapa kau ingin tahu sekali, sih?"     

"Karena kau ini masih terlalu muda ... Terlalu muda," kata Terry yang mulai terlihat frustrasi.     

"Kau lupa bahwa ibu Altair menikah ketika dia berumur dua puluh tahun. Aku ini sekarang sudah berumur 26 tahun, saudara," jawab JM. "Tidak terlalu muda, ah..."     

"Ya, tapi itu sudah lama sekali. Waktu sudah berubah," kata Terry. "Sekarang ini zaman modern. Wanita tidak menikah sampai mereka berusia setidaknya empat puluh tahun."     

Rose dan JM menyemburkan minuman mereka ketika mereka mendengar kata-kata Terry. Kedua wanita itu bertukar pandang dan menyeka bibir mereka dengan serbet.     

"Empat puluh?" JM mengerucutkan bibirnya. "Kita tadi baruuuuuu saja menghadiri pernikahan di mana mempelai wanitanya baru berusia dua puluh, atau setengah dari usia yang kau bilang sebagai usia ideal bagi seorang wanita untuk menikah."     

Terry menegakkan punggungnya. Ia menyesap minumannya dan kemudian menjawab dengan puas. "Keluarga kerajaan memang beda sendiri. Tidak bisa disamakan. Mungkin kalian tidak tahu, tapi bagi keluarga raja, keperawanan sangat penting untuk memastikan bahwa anak yang dilahirkan dalam pernikahan kerajaan itu benar-benar ahli waris tahta yang sah."     

Ia menoleh ke Rose dengan tatapan minta maaf. "Aku minta maaf jika kata-kataku menyinggung Anda, Yang Mulia."     

Rose menggigit bibirnya dan melambaikan tangannya, berpura-pura bersikap tenang. "Kau tidak menyinggung perasaanku. Jangan khawatir. Memang itu kebenarannya."     

JM mengerutkan alisnya. Ia tidak mengerti apa yang coba dikatakan Terry. "Benarkah itu alasannya kenapa pengantin wanitanya masih sangat muda? Tapi, menurutku itu karena mempelai prianya juga cukup muda. Kalau tidak salah dia baru berusia 25 tahun."     

"Bagaimana bisa kau meragukan kata-kataku?" Sekarang Terry menjadi sewot. "Apakah aku pernah berbohong kepadamu?"     

JM tertawa kecil, "Ya, sering sekali."     

"Yah .. baiklah, memang aku kadang-kadang bohong, TAPI aku tidak berbohong tentang fakta dunia, oke? Ini kan pengetahuan umum. Keluarga kerajaan, di mana pun di dunia ini sangat peduli dengan ahli waris tahta yang sah. Jadi, untuk memastikan bahwa anak-anak yang lahir untuk raja dari istrinya benar-benar keturunan raja yang salah, sang pengantin perempuan haruslah masih perawan dan belum pernah berhubungan badan dengan siapa pun sebelumnya," jelas Terry dengan ekspresi sok tahu.      

Ia menambahkan, "Kalau di zaman dulu, kedua mempelai akan melaksanakan malam pengantin mereka di bawah pengawasan raja atau beberapa dokter untuk memastikan bahwa pasangan suami istri baru itu melakukannya dengan benar. Tanpa hubungan badan di antara suami dan istri, maka pernikahan dapat dianggap batal."     

JM terlihat ngeri mendengar penjelasan dari kakak laki-lakinya. Wajahnya memucat dan ia menekap bibirnya karena terkejut.     

Gadis cantik itu tidak dapat membayangkan melakukan perbuatan itu untuk pertama kalinya di bawah pengawasan orang lain ...     

Pasti sangat menegangkan ... bukan?     

"Itu .... terdengar... mengerikan," katanya sebelum menenggak sampanyenya sekaligus.     

"Hei .. pelan-pelan dengan minumanmu, ya ?!" kata Terry dengan mata membelalak. "Tidak ada yang akan mengawasimu dan Altair pada malam pernikahan kalian."     

"Aku tahu .." JM terbatuk dan hampir tersedak minumannya. "Awas saja kalau ada yang berani...!"     

"Tidak ada yang berani. Kamu terlalu membesar-besarkannya," kata Rune cepat. Dia tidak ingin kedua orang konyol ini terus membicarakan Leon dan malam pernikahannya dengan Anne.     

Rune melirik Rose dan menyadari perubahan dalam ekspresi gadis itu. Rose ternyata perlahan-lahan menambahkan lebih banyak wine ke dalam gelasnya dan menyesapnya tanpa berkata apa-apa.     

"Kurasa mereka sudah tidak begitu. Bagaimanapun, ini adalah zaman modern," tambah Rune. Ia membuka jendela mobil untuk menghirup udara segar. "Sebaiknya kita berhenti bicara tentang pernikahan dan semacamnya. Sudah cukup rasanya satu pernikahan yang kita hadiri ini."     

"Tapi, aku sangat ingin tahu apakah adikku di sini sudah dilamar pacarnya," desak Terry. "Aku berhak tahu."     

"Tidak, tidak," kata Rune tidak sabar. "Itu urusan pribadi mereka. Kita harus berbahagia untuk mereka jika mereka benar-benar ingin menikah dan memberi tahu kita kabar baik, tetapi selain itu, kita tidak berhak atas apa pun."     

Terry tahu Rune benar, tapi tetap saja, ia kecewa karena JM tidak ingiin member tahu Terry yang sebenarnya. JM tahu bagaimana Terry adalah penggemar gosip dan ia tidak akan bisa tidur di malam hari sebelum ia mendapatkan jawaban.     

Betapa kejamnya JM menyiksa kakak tercintanya seperti ini?     

Terry mengambil botol sampanye yang sekarang hampir kosong dan menuangkan sisa sampanye ke gelasnya. Saat JM melihat ekspresinya yang kesal, gadis itu tertawa kecil dan akhirnya menjawab.     

Ia tahu betapa sebalnya Terry karena rasa penasarannya. JM lalu melingkarkan tangannya di bahu Terry itu dan tersenyum lebar. "Tidak, dia belum melamarku ... hehehehe. Aku suka sekali mengganggumu."     

Terry menatap matanya. "Betulkah?"     

"Sungguh. Aku janji, kakak akan menjadi orang pertama yang tahu kalau Altair memang melamarku ya kakakku," ucap JM manis.     

Terry menyesap minumannya dengan alis berkerut. Kemudian dia menoleh ke JM dan bertanya, "Dia bahkan tidak bicara tentang keinginannya menikahimu suatu hari nanti?"     

JM menggelengkan kepalanya. "Tidak. Belum."     

"Apa dia tidak serius menjalin hubungan denganmu? Apa yang dilakukan bocah itu? Kalian kan sudah berpacaran selama hampir sepuluh tahun sekarang!" Terry mengeluh dan menggelengkan kepalanya karena tidak senang.     

Ia lalu mulai mencaci Altair, "Dasar laki-laki brengsek. Berani-beraninya dia menggantung perasaanmu. Kau ini begitu baik, cantik, memiliki karakter yang hebat .. namun, dia bahkan belum menyatakan keseriusannya???? Aku harus bertemu dengannya dan memarahinya. Isshh ...! "     

Tepat pada saat itu, Rune rasanya ingin memukul Terry dengan botol sampanye.     

Sungguh membingungkan.     

Bukankah baru menit yang lalu Terry bersikap sangat menentang JM dan Altair untuk menikah, tetapi sekarang ia justru kecewa karena Altair sebenarnya belum melamar adik perempuannya?     

[Kau ini kenapa sangat tidak konsisten? Mana yang sebenarnya kau ingin Altair lakukan? Melamar JM atau tidak?] omel Rune dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.