The Alchemists: Cinta Abadi

Hari Pernikahan (2)



Hari Pernikahan (2)

0***     

Dua jam kemudian, di atas kereta kencana, pasangan suami dan istri baru, calon raja dan ratu Medion dan Moravia terlihat melambai pada ribuan orang yang berkerumun di jalan menuju istana kerajaan.     

Orang-orang bersorak dan melemparkan kelopak bunga ke pasangan itu untuk menunjukkan cinta dan dukungan mereka. Leon sangat populer di kalangan masyarakat karena mereka menganggapnya sebagai pangeran rakyat.     

Juru bicara istana melakukan pekerjaan yang bagus untuk mengangkat citra Leon sebagai orang biasa selama hampir seluruh hidupnya, seperti kebanyakan dari rajyat negeri  ini.     

Itulah sebabnya kebanyakan orang merasa calon raja mereka ini sangat dekat di hati. Mereka sangat menyukai Leon dan berharap  banyak kepadanya setelah nanti ia naik tahta dan menjadi raja Medion.     

Aktivitas dan kerja kerasnya untuk membawa banyak bisnis baru dan membuka lebih banyak peluang untuk Medion membuat Leon menjadi semakin populer dan disukai rakyat. Pernikahan ini adalah puncak dari semua prestasinya.     

Begitu ia resmi menikahi putri dari Moravia, orang-orang dapat melihat realisasi rencana penggabungan kedua negara. Medion tidak lagi menjadi negara kecil seperti sekarang.     

Ini saja sudah cukup untuk membuat semua rakyat di negara tersebut menjadi sangat bersemangat.     

"Ayo pulang," kata Duchess Fournier kepada Rose setelah kereta kencana itu berangkat.     

Mobil mereka telah tiba untuk membawa mereka kembali ke mansion. Mereka akan beristirahat selama beberapa jam sebelum pergi ke istana kerajaan untuk menghadiri resepsi pernikahan nanti sore.     

Semua pejabat pemerintah, duta besar, perwakilan dari negara tetangga, serta keluarga dan teman dari kedua keluarga besar akan menghadiri acara mewah tersebut.     

"Apakah kamu baik-baik saja?" Rune bertanya pada Rose ketika ia membukakan pintu untuk gadis itu.     

Rose mengangkat bahu dan tersenyum. "Kenapa kau pikir aku tidak baik-baik saja?"     

"Karena kau adalah manusia yang memiliki perasaan?" Rune bertanya balik. Ia mengucapkan kata-kata itu dengan nada bercanda dan Rose hanya tersenyum saat mendengarnya.     

Rose duduk di kursi belakang dan begitu ia masuk untuk duduk di samping Rune, ia memegang tangan pemuda itu dan menepuknya dengan tangan lainnya. Kemudian, ia berkata, "Terima kasih telah berada di sini. Aku sangat menghargainya."     

"Dengan senang hati, Rose." Rune tersenyum lebar.     

"Tinggal satu hari lagi, lalu kita bisa pulang," kata Rose. Maksudnya adalah apartemen loft mereka di kota New York.     

Kata-katanya membuat Rune merasa sangat bahagia. Artinya, bagi Rose, rumahnya bukan lagi di Bacilia, tapi ... di New York .... bersama Rune?     

"Ngomong-ngomong, kita sudah dekat dengan rumah keluargaku. Aku bisa membawamu ke Jerman untuk mendapatkan suasana baru," kata Rune. "Bagaimana menurutmu? Aku berjanji kunjungannya akan menyenangkan."     

Sebelum Rose dapat menjawab, Terry dan JM masuk ke dalam mobil dan duduk di seberang mereka. Percakapan antara Rose dan Rune terhenti. Mereka tidak ingin JM dan Terry mendengar apa yang mereka bicarakan.     

"Wahhh... sungguh upacara pernikahan yang sangat indah ..." seru Terry. "Pasangan pengantinnya terlihat sangat sempurna satu sama lain. Mereka tampak sangat saling mencintai."     

Tepat pada saat itu, Rune rasanya ingin mencekik Terry.     

Astaga..! Rose berusaha memblokir semua yang terjadi di gereja itu dari pikirannya, tetapi di sini, Terry dan mulut besarnya dengan bersemangat justru mendiskusikannya.     

"Wahh.. upacara pernikahan tadi memang keren sekali ya. Sangat menyenangkan," kata JM menanggapi ucapan kakaknya. "Ini benar-benar pernikahan abad ini."     

"Apakah kau sedang memikirkan untuk segera menikah?" Terry menatap adiknya dengan mata menyipit. "Apakah Altair sudah melamarmu?"     

Mendengar pertanyaan itu, JM hanya tersenyum malu-malu. Gadis cantik itu tidak menjawab. Sikapnya membuat Terry mengerucutkan bibirnya. Ia menjadi bertanya-tanya apakah Altair memang sudah  melamar adiknya.     

Apakah memang demikian? Tapi .. tapi .. mereka ini kan masih sangat muda. Usia mereka ini baru 26 tahun. Mengapa mereka ingin menikah begitu cepat?     

Terry sekarang hampir berusia 50 tahun tetapi bahkan ia saja tidak memiliki kekasih tetap, apalagi berpikir untuk menikah.     

Terry dapat mengerti kalau Rune mencoba mendekati Rose dan adik laki-lakinya itu mungkin memang sudah jatuh cinta kepada sang putri bangsawan cantik itu.     

Tapi kan, bagaimanapun Rune adalah seorang laki-laki dewasa. Rune sekarang ini sudah berusia empat puluhan. Sehingga ia bisa dibilang sudah cukup matang. Sementara Altair baru berusia 26 tahun.     

Apa yang akan dilakukan pria berusia 26 tahun sebagai suami dan mungkin ayah?     

Terlalu muda...     

Jelas terlalu muda.     

Terry menyipitkan matanya dan meraih tangan JM. Ia lalu bertanya dengan nada mendesak. "Ayo bilang, apakah ia benar-benar sudah melamarmu? Bukankah kalian berdua ini masih terlalu muda untuk menikah?"     

"Uhmm .. tidak terlalu muda, kok." JM mengangkat bahu. "Ibunya saja menikah waktu berumur 20 tahun. Lebih muda dari aku sekarang."     

JM mengambil sebotol sampanye dingin dari minibar di sebelahnya dan bertanya kepada Rose apakah sampanye itu dapat dibuka. "Aku merasa haus setelah upacara pernikahan yang lama tadi. Apakah ini boleh diminum?"     

Rose mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja. Sini, biar kubuka untukmu."     

Sebelum ia mengambilnya dari tangan JM, Rune telah mengambil botol itu dan menggelengkan kepalanya ke arah Rose. "Biar aku yang melakukannya, Rose. Aku laki-laki. Perempuan seharusnya tidak melakukan kerja berat."     

"Ini bukan kerja berat," kata Rose. "Gampang kok."     

"Yah .. tolong setidaknya biarkan aku melakukan hal yang sederhana ini untukmu," Rune bersikeras.     

Akhirnya, Rose menyerah dan mengangguk. "Baik."     

"Hehehe ... Terima kasih," kata Rune dengan senyum lebar. Pemuda itu lalu dengan hati-hati membuka botol sampanye dan meminta JM memberinya gelas untuk diisi. "Siapa lagi yang mau minum?"     

Rose mengangkat tangannya. Setelah upacara panjang tadi, ia juga berpikir dia butuh minum.     

Tetapi bukan karena ia merasa kehausan seperti JM.     

Sebenarnya... Rose berharap mereka menyimpan minuman keras yang lebih kuat di mobil ini.      

Oh, tunggu .. tidak. Tidak baik mabuk di depan orang asing pada hari pernikahan Leon, pikirnya lagi. Orang-orang akan menggosipkannya. Rose tidak bisa mengambil risiko.     

Rune menuangkan wine ke dalam gelas yang diserahkan kepadanya. JM mengambil satu gelas, lalu Rose, lalu Terry, dan akhirnya, ia menuangkan sampanye untuk dirinya sendiri.     

Setelah ia meletakkan botol di ember es, Rune dengan cepat meminum sampanyenya, untuk mencegah Terry atau JM bersulang untuk pernikahan.     

Sampanye ini bukanlah minuman perayaan bagi Rose. Ini harus diminum seperti minum air mineral saja.     

Uff .. JM seharusnya mengambil botol air, bukan sampanye, keluh Rune dalam hati. Dasar JM. Pasti dia pasti sudah terbiasa minum minuman keras dalam profesinya sehingga dia secara otomatis mengambil sampanye dari minibar.     

"Ini barang bagus," komentar JM. "Pantas saja. Soalnya ada di mobil anggota kerajaan Medion."     

"Terima kasih," kata Rose sambil tersenyum.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.